Hingga Selasa (11/6/2019) atau satu pekan berlalu, akses Jalan Trans-Seram di Pulau Seram, Maluku, masih lumpuh menyusul putusnya sejumlah jembatan.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
AMBON, KOMPAS — Hingga Selasa (11/6/2019) atau satu pekan berlalu, akses Jalan Trans-Seram di Pulau Seram, Maluku, masih lumpuh menyusul putusnya sejumlah jembatan. Aliran logistik dan mobilitas warga pun terhenti. Angkutan laut yang menjadi alternatif tidak banyak membantu. Di sisi lain, belum ada kepastian pulihnya jalur tersebut.
Jembatan yang putus itu berada di tiga titik, yakni dua di Kabupaten Seram Bagian Barat dan satu di Kabupaten Maluku Tengah. Jalan Trans-Seram yang membentang sejauh 914 kilometer itu meliputi tiga kabupaten. Satu kabupaten lainnya adalah Seram Bagian Timur. Trans-Seram merupakan urat nadi aliran logistik dari Pulau Ambon ke Pulau Seram, pulau terbesar di Maluku.
Putusnya jembatan yang terjadi pada Rabu, 5 Juni, itu akibat meluapnya sungai setelah hujan dengan intensitas lebat mengguyur selama beberapa hari. Dua titik kerusakan, yakni Waikaputih dan Waisia, sudah dapat dilewati. Namun, titik kerusakan di Waikaka belum bisa dilalui. Polisi memasang tanda larangan agar kendaraan dan masyarakat tidak melintas.
”Jembatannya sudah miring sekali. Kemarin sempat ada mobil dan motor yang nekat lewat, tapi sekarang polisi sudah melarang. Lintas Seram sekarang lumpuh. Belum ada tanda-tanda jalur itu akan kembali normal,” ujar Stevin Melay, warga Kota Ambon yang tengah berada di Seram, saat dihubungi dari Ambon.
Normalnya, dalam satu hari, ribuan kendaraan melintasi jalur tersebut. Trans-Seram merupakan jalur utama setelah penyeberangan dari Pelabuhan Hunimua di Pulau Ambon ke Pelabuhan Waipirit di Pulau Seram. Jalur penyeberangan Waipirit-Hunimua dilayani empat feri yang beroperasi setiap hari mulai pukul 05.00 hingga 22.00 waktu setempat. Lamanya waktu penyeberangan 2 jam.
Jalur alternatif dari Seram ke Ambon dapat melalui Pelabuhan Amahai ke Pelabuhan Tulehu dan Pelabuhan Amahai ke Pelabuhan Waai. Jalur Amahai-Tulehu hanya untuk penumpang dengan bagasi terbatas karena menggunakan kapal cepat berbahan fiber. Adapun jalur Amahai-Waai menggunakan feri yang beroperasi hanya satu kali sehari.
”Jalur alternatif yang menggunakan feri ini tidak banyak membantu. Kapal cuma satu dan rutenya lebih panjang dan lebih lama. Kapal masih singgah di beberapa pulau, seperti Saparua, Nusalaut, dan Haruku. Waktu tempuh hampir satu hari. Dengan kondisi cuaca saat ini, banyak orang tidak berani berlayar,” tutur Stevin. Saat ini, terjadi penumpukan calon penumpang feri di sekitar Amahai.
Gubernur Maluku Murad Ismail telah memerintahkan dinas terkait untuk mempercepat pembukaan akses tersebut. Status Jalan Trans-Seram merupakan jalan nasional sehingga pemerintah daerah berkoordinasi dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat melalui Balai Jalan dan Jembatan Wilayah Maluku. ”Akan diusahakan secepatnya,” ujar Murad.
Sebelumnya, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Maluku Ismael Usehamu mengatakan, putusnya jembatan itu akan diatasi dengan membuat jembatan bailey. Berdasarkan informasi yang dihimpun Kompas, belum ada tanda-tanda penanganan jembatan itu secara efektif. Rapat untuk membahas penanganannya pun baru digelar pada Selasa petang di Kantor Gubernur Maluku di Ambon.
Sementara itu, setelah diguyur hujan dengan curah hujan mencapai 195 milimeter per hari atau tergolong ekstrem pada pekan lalu, cuaca di Kota Ambon kembali membaik. Pada Selasa, langit di kota itu mulai cerah. Hujan ringan terjadi beberapa kali. Secara periodik, wilayah Ambon berada pada musim hujan, terhitung dari Mei hingga Agustus.