Interaksi dan Komunikasi Karyawan Perusahaan Telekomunikasi dengan Huawei Dibatasi
NEW YORK, SENIN — Sejumlah perusahaan raksasa teknologi di dunia telah melarang karyawannya membahas teknologi dan standar teknis dengan orang-orang dari Huawei Technologies Co Ltd. Ini merupakan respons Amerika Serikat yang menempatkan perusahaan China itu ke dalam daftar hitam.
Perusahaan produsen cip, Intel Corp dan Qualcomm Inc, firma riset InterDigital Wireless Inc, dan perusahaan Korea Selatan LG Uplus, telah membatasi karyawannya untuk percakapan informal dengan Huawei, produsen peralatan telekomunikasi terbesar di dunia.
Pertemuan informal biasanya rutin dilakukan sebagai bagian dari pertemuan internasional di mana pada insinyur berkumpul untuk menetapkan standar teknis untuk teknologi telekomunikasi, termasuk generasi terbaru jaringan ponsel atau dikenal dengan 5G.
Departemen Perdagangan AS tidak melarang perusahaan-perusahaan tersebut melakukan kontak dengan Huawei. Namun pada 16 Mei, departemen tersebut menempatkan Huawei ke dalam daftar hitam, membatasinya untuk melakukan bisnis dengan perusahaan AS tanpa persetujuan pemerintah AS. Beberapa hari kemudian, Departemen Perdagangan AS mengizinkan perusahaan AS untuk berinteraksi dengan Huawei dalam standar tertentu hingga Agustus ”sebagaimana diperlukan untuk pengembangan standar 5G”.
Meski demikian, untuk menghindari potensi masalah yang muncul dari Pemerintah AS, sejumlah perusahaan telekomunikasi AS juga di luar AS kemudian telah membatasi beberapa bentuk interaksi langsung karyawannya dengan Huawei.
Intel dan Qualcomm menyatakan, mereka telah memberikan instruksi kepada karyawannya tanpa memberikan penjelasan lebih lanjut.
Sementara seorang juru bicara IntelDigital menyebutkan, pihaknya telah menyiapkan panduan bagi karyawannya agar patuh pada aturan Pemerintah AS.
Seorang pejabat LG Uplus mengatakan, perusahaannya ”secara sukarela menahan diri berinteraksi dengan pekerja Huawei di luar pertemuan untuk pemasangan peralatan jaringan dan urusan pemeliharaan”. LG Uplus memberikan pernyataan kepada Reuters bahwa mereka tidak memiliki kebijakan formal untuk membatasi percakapan dengan Huawei.
Adapun Huawei sendiri tidak memberikan tanggapan atas informasi tersebut.
5G melambat
Pembatasan baru ini bisa memperlambat pengembangan teknologi 5G yang diharapkan bisa mendukung pengiriman video kecepatan tinggi hingga mobil swakendara.
Pada pertemuan membahas standar 5G di Newport Beach, California, semua peserta yang hadir menyatakan kekhawatirannya kepada Reuters bahwa kerja sama antarinsinyur yang terjalin lama yang diperlukan dalam mengembangkan jaringan telekomunikasi secara global bisa menjadi korban dalam ”perang teknologi” antara AS dan China.
Seorang wakil dari perusahaan Eropa yang telah turut serta mengembangkan aturan interaksi dengan Huawei menggambarkan mereka yang terlibat dalam pengembangan 5G ”terguncang”. Hal ini bisa membuat semuanya tercerai berai.
Yang pasti, sejumlah karyawan di perusahaan telekomunikasi yang lebih kecil menyatakan bahwa mereka belum mendapat informasi soal pembatasan diskusi standar teknis dengan Huawei dan banyak perusahaan tetap melanjutkan perjanjian kerja sama yang ada dengan Huawei. Tidak jelas seberapa jauh pembatasan interaksi dengan Huawei yang harus dipatuhi industri telekomunikasi.
”Terdapat banyak kesalahpahaman dari apa yang saya lihat dan dengar dari klien dan kolega soal pembatasan oleh Departemen Perdagangan,” kata Doug Jacobson, seorang pengacara kontrol ekspor yang berbasis di Washington.
Jacobson mengatakan, perusahaan-perusahaan yang melarang karyawannya berkomunikasi dengan Huawei ”berlebihan karena pembatasan tidak menghalangi komunikasi, tapi transfer teknologi”.
Huawei, yang peralatan buatannya dituduh AS bisa digunakan China untuk memata-matai, telah muncul menjadi tokoh utama dalam perang dagang antara AS dan China. Telah berulang kali AS menyangka bahwa perusahaan itu dikontrol oleh Pemerintah China, militer, atau badan intelijen.
China, AS, dan Eropa telah berbeda pendapat dalam standar untuk Wi-Fi, jaringan seluler, dan teknologi lainnya. Tekanan soal tarif antara Bejing dan Washington telah meningkatkan kekhawatiran munculnya perbedaan dalam hal lain.
Huawei adalah pemain utama dalam sejumlah organisasi global yang menetapkan spesifikasi teknis. Sebagai salah satu perusahaan terbesar dalam ponsel pintar dan alat penting lain dalam jaringan telekomunikasi seperti routers dan switches, Huawei perlu hadir dalam pembahasan standar teknis untuk memastikan konsumen memiliki pengalaman yang memuaskan ketika teknologi 5G sudah luas dipakai dan menjadi kelaziman.
Percakapan informal
Para insinyur dan desainer sistem telekomunikasi mewakili perusahaan mereka berkumpul pada Generation Partnership Project ke-3 (3GPP), sebuah konsorsium asosiasi industri global yang bertujuan menetapkan spesifikasi 5G pada Maret 2020, biasanya berlangsung formal, berlanjut dalam diskusi informal yang lebih kecil. Pembicaraan di antara mereka umumnya tidak didokumentasikan karena mereka berusaha untuk mencapai kesepakatan tertentu dengan rival industri masing-masing.
Akan tetapi, di pertemuan 3GPP minggu lalu di California, salah satu dari tiga pimpinan kelompok, yaitu Balazs Bertenyi dari Nokia, menyampaikan pada para peserta bahwa lebih banyak percakapan ”luring” dari biasanya yang akan didokumentasikan oleh badan standar.
Menurut Bertenyi, hal itu merupakan ”implikasi praktis” dari aturan baru Departemen Perdagangan AS yang memberikan kehatia-hatian pada industri untuk berbicara meski ada pengecualian dalam perbincangan soal 5G.
Perusahaan-perusahaan ingin membatasi pertemuan informal di mana justru di situlah para insinyur mereka merasa nyaman membahas teknologi eksklusif dengan pesaingnya untuk meyakinkan bahwa riset dan inovasi mereka lebih baik dari yang lain.
Sementara badan standar lainnya, the Institute of electrical and electronics Engineers (IEEE), membatasi keikutsertaan insinyur Huawei mengkaji publikasi ilmiah. Kebijakan ini mengundang kritik, baik dari industri China maupun lainnnya. IEEE yang menolak berkomentar di luar apa yang sudah dipublikasi di laman miliknya.
Mereka juga tidak menanggapi permintaan atas komentar Jorge Contreras, profesor hukum di University of Utah sekaligus anggota IEEE, yang mengatakan bahwa ”Huawei bukan sekadar perusahaan. Mereka adalah pemimpin dalam teknologi 5G. Mengecualikan mereka akan sulit dilakukan dan akan mengganggu seluruh proses.”
”Apabila idenya adalah mengembangkan 5G non-China, saya tidak yakin ini bisa dilakukan. Bahkan seandainya bisa pun, apakah sama baiknya,” ujar Jorge. (REUTERS)