Dampak ekonomi aktivitas mudik berpotensi diperluas sehingga tidak hanya bersifat musiman. Salah satu cara memperluas dampak tersebut melalui mobilisasi perantau sukses untuk menumbuhkan investasi di daerah asal.
"Ini satu potensi besar yang cukup jarang dilirik," kata Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal ketika dihubungi, Senin (10/6/2019).
Faisal menambahkan, Indonesia sebenarnya dapat memanfaatkan potensi investasi dalam negeri secara maksimal, termasuk melalui momentum mudik Lebaran. Potensi ekonomi momentum Lebaran antara lain tergambar lewat transfer tunai hingga belanja dalam bentuk konsumsi.
Menurut catatan CORE, peningkatan barang dan jasa selama libur Lebaran berpotensi mendongkrak pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan II-2019 di kisaran 5,1 persen. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2019 yang sebesar 5,01 persen.
"Semestinya bisa lebih produktif dan berkelanjutan. Jadi, momen mudik ini bukan sekadar konsumsi dari kota ke desa, tetapi juga memobilisasi orang-orang yang sukses di kota untuk menjadi investor di desa dengan skala yang tidak terlalu besar," ujarnya.
Meskipun investasi di desa dari perantau tersebut kecil, tambah Faisal, namun jika diakumulasi menjadi besar. Investasi tersebut dinilai cukup menghela pertumbuhan aktivitas ekonomi di desa yang relatif minim.
Sektor pertanian di desa, misalnya, membutuhkan investasi agar semakin berdaya saing. "Sulit kalau hanya mengandalkan penanaman modal asing untuk menggarap sektor pertanian skala kecil di desa-desa," tambah Faisal.
Tumpuan dapat diharapkan dari perantau sukses untuk berinvestasi di desa asal mereka. Kepedulian dan semangat orang asal desa untuk membangun daerah akan berbeda dibandingkan dengan yang bukan berasal dari desa tersebut.
"Peluang ini yang seharusnya diambil pemimpin daerah dan desa. Kalau kreatif, mereka bisa berinisiatif memobilisasi perantau sukses menjadi investor di daerah asal," ujarnya.
Terkait potensi usaha kecil menengah di daerah, Kepala Bidang Organisasi International Council for Small Business (ICSB) Indonesia, Samsul Hadi, mengatakan, keunikan atau lokalitas suatu produk memiliki nilai jual tersendiri dibandingkan dengan produk massal pabrikan besar.
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Pengembangan Kawasan Ekonomi Sanny Iskandar beberapa waktu lalu menuturkan, pemerintah daerah berperan mendorong penyebaran pertumbuhan ekonomi. Hal yang dibutuhkan investor dari pemerintah daerah antara lain sikap kooperatif dalam aspek kemudahan perizinan.
Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal, total realisasi penanaman modal triwulan I-2019 senilai Rp 195,1 triliun, yang terdirid ari penanaman modal asing Rp 107,9 triliun dan penanaman modal dalam negeri Rp 87,2 triliun. (CAS)