Angkutan Massal Akan Diprioritaskan pada Mudik Mendatang
Oleh
ADITYA DIVERANTA
·3 menit baca
KOMPAS/ADITYA DIVERANTA
Warga menunggu kereta di Stasiun Madiun, Jawa Timur, Sabtu (8/6/2019) siang. Pada H+2 lebaran tersebut, kepadatan pemudik pada moda ini berangsur-angsur meningkat.
JAKARTA, KOMPAS — Kementerian Perhubungan berencana meningkatkan kualitas moda angkutan massal untuk menghadapi masa mudik lebaran pada tahun mendatang. Ini karena jumlah kendaraan pribadi di jalur tol semakin meningkat setiap tahun saat mudik. Rencana tersebut diharapkan dapat menggeser kecenderungan masyarakat dalam menggunakan kendaraan pribadi.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menilai, salah satu penyumbang kepadatan di jalur adalah kendaraan pribadi. Bila melihat data PT Jasa Marga (Persero) Tbk, kendaraan yang menuju ke arah Jabodetabek dari Gerbang Tol Cikampek Utama selama H+1 sampai H+3 lebaran sebanyak 276.989 kendaraan. Jumlah itu meningkat 48 persen dibanding tahun lalu atau senilai 186.353 kendaraan.
“Tahun depan, kami berencana memprioritaskan peningkatan fasilitas moda angkutan massal. Mungkin yang dapat dilakukan dalam jangka setahun mendatang adalah perbaikan fasilitas di moda bus dan kereta api,” ujar Budi Karya saat ditemui di Kantor Kementerian Perhubungan, Senin (10/6/2019) sore.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi saat meninjau Pelabuhan Kali Adem, Penjaringan, Jakarta Utara, Jumat (7/6/2019) siang.
Budi Karya mengatakan, hal yang dapat dilakukan saat ini yaitu perbaikan sarana dan prasarana bagi moda angkutan darat. Terutama pada bus dan kereta, kedua moda ini dianggap berpotensi lebih banyak digunakan oleh pemudik di Jawa.
Menurut dia, untuk menggaet minat pemudik, kenyamanan dan kemudahan fasilitas pada kedua moda ini harus didukung. Tahun ini, ia memprioritaskan perbaikan terminal bus di sejumlah kota tujuan mudik di Jawa, serta mendorong peningkatan kualitas moda kereta api.
“Tahun ini, fokusnya adalah perbaikan prasarana moda pada terminal bus dan stasiun kereta di kota tujuan mudik. Seperti pada kunjungan Sabtu (8/6/2019) lalu, PT Kereta Api Indonesia kami dukung untuk melakukan investasi sarana kereta api. Sementara itu, prasarana jalur hingga di stasiun akan didukung oleh Kementerian Perhubungan,” ucap Budi Karya.
KOMPAS/NINO CITRA ANUGRAHANTO
Petugas sedang membersihkan rangkaian gerbong kereta api, di Stasiun Lempuyangan, Yogyakarta, Senin (10/6/2019).
Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Budi Setiyadi mengatakan, tahun ini ia akan menerima anggaran sebesar Rp 500 miliar untuk perbaikan 10 terminal bus tipe A yang ada di Jawa. Adapun terminal tipe A ini berfungsi melayani moda angkutan antar kota antar provinsi (AKAP).
“Pak menteri ingin agar terminal kualitasnya sama dengan di bandara, baik dari segi fasilitas hingga bentuk bangunan. Ada beberapa kota yang tercatat untuk diperbaiki, seperti di Semarang, Jogjakarta, Tegal, Demak, atau Salatiga. Karena ada 10 terminal, asumsikan anggaran untuk setiap terminal sekitar Rp 50 miliar,” kata Budi Setiyadi.
YOLA SASTRA UNTUK KOMPAS
Beberapa bus AKAP di Terminal Bus Kalideres, Jakarta Barat, Minggu (17/6/2018). Saat arus mudik lebaran tahun lalu, moda bus menjadi salah satu moda andalan bagi sebagian warga untuk mudik.
Mengenai konsep seperti bandara, ia menyampaikan, terminal bus akan dibuat lebih nyaman dengan kejelasan zonasi antara penumpang yang belum memegang tiket dengan yang sudah memegang tiket. Fasilitasnya jelas akan beda, seperti pendingin ruangan serta kursi ruang tunggu yang lebih nyaman.
Peningkatan fasilitas itu ingin dilakukan dengan memperjelas adanya pihak pengelola terminal bus secara resmi. Sebab, selama ini belum ada lembaga tertentu yang didedikasikan khusus untuk mengurusi terminal bus, contohnya seperti PT Angkasa Pura II pada fasilitas bandar udara.
“Kami telah bersurat dengan Kementerian BUMN mengenai hal ini. Kementerian Perhubungan bisa saja membangun fasilitas, namun yang menjadi tantangan selanjutnya adalah perawatan. Adanya kelembagaan khusus untuk menangani prasarana terminal bus perlu segera digagas,” ucap Budi Setiyadi.
KOMPAS/RADITYA HELABUMI
Loket penjualan tiket di Terminal Kalideres, Jakarta, Rabu (29/5/2019). Memasuki H-7 Lebaran, penumpang bus memadati Terminal Kalideres untuk mudik ke sejumlah kota di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Sumatera. Selama ini, pembelian tiket bus belum banyak memanfaatkan jasa daring. Pembeli harus datang ke terminal untuk membeli tiket.
Budi Karya menambahkan, kemudahan fasilitas terkait pembelian tiket secara daring juga perlu ditingkatkan. Terutama pada moda bus, saat ini pihak Pengusaha Otobus (PO) hanya bekerjasama dengan jasa perjalanan daring seperti Traveloka dan Bosbis.
“Ke depan, kemudahan membeli tiket bus melalui daring ini yang perlu ditingkatkan, sehingga timbul persepsi bahwa naik moda angkutan umum itu tidak ribet,” ujarnya.