Pelaku usaha di jalur pantai utara Jawa Barat masih terpuruk akibat terdampak keberadaan Tol Trans-Jawa. Namun, di sisi lain, keberadaan tol menumbuhkan harapan baru.
INDRAMAYU, KOMPAS Sebagian besar pelaku usaha di jalur pantai utara Jawa Barat masih terpuruk akibat terdampak Jalan Tol Trans-Jawa. Pendapatan dan omzet mereka turun drastis. Di sisi lain, keberadaan tol turut menumbuhkan harapan baru bagi sektor lain.
Pada masa mudik dan arus balik, sejumlah warga di jalur pantura kembali berjualan dengan mendirikan warung dadakan. Sebab, pada hari biasa, mereka tak memperoleh penghasilan.
Berdasarkan pantauan di sisi jalur pantura dari Kecamatan Tegalgubug, Kabupaten Cirebon, hingga Sukagumiwang, Indramayu, Sabtu (8/6/2019) petang, terdapat beberapa warung dan penjual bensin eceran.
”Saya capek jaga warung karena enggak ada pembeli. Makanya enggak jualan kalau arus balik,” ujar Kusniah (44), warga yang dulu sempat memiliki warung sebelum ada Tol Cipali.
Warung dadakan itu baru berdiri sepekan terakhir ketika arus mudik dimulai. Namun, sore itu, warungnya sepi. ”Yang ramai cuma Rabu (29/5) malam, setelah itu sepi,” ucap Kusniah. Menurut dia, sejak Jalan Tol Cikopo-Palimanan (Cipali) yang menghubungkan Jakarta dengan Cirebon beroperasi pertengahan 2015, warung di pantura kehilangan pelanggan.
Rumah Makan Padang ”Surya” di Jalan Raya Patrol, Indramayu, juga hampir kolaps. Syafrizal (54), pemilik RM Surya, mengakui, sebelum ada Tol Cipali, dia bisa mengantongi pendapatan Rp 9 juta per hari. Sementara saat ini, mencari uang Rp 1,5 juta pun, ia harus bekerja keras.
Dulu, ia mampu mempekerjakan 15 karyawan di RM Surya, tetapi sekarang ini yang tersisa hanya dua orang. Ketua DPRD Indramayu Taufik Hidayat mengatakan, Pemkab Indramayu tengah membahas rencana tata ruang wilayah (RTRW) untuk mencanangkan kawasan industri dan perdagangan di empat kecamatan. Hal ini dapat membangkitkan geliat ekonomi di wilayah Indramayu yang meredup sejak kehadiran tol.
Kunjungan wisata
Di sisi lain, keberadaan Tol Trans-Jawa menumbuhkan harapan baru. Dengan adanya tol, waktu tempuh yang lebih cepat dapat menarik lebih banyak wisatawan berkunjung. Di Kota Cirebon, misalnya, jumlah wisatawan yang berkunjung pada 2017, sesudah ada tol, 1,03 juta orang, sementara sebelum ada Tol Cipali pada tahun 2014 hanya 520.184 orang.
Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Hariyadi Sukamdani mengatakan, pembangunan Tol Trans-Jawa tahun ini menyebabkan pemudik dan wisatawan tersebar lebih merata, terutama ke daerah-daerah yang sebelumnya jarang dikunjungi. Kondisi ini berpengaruh pada tingkat okupansi hotel.
Menurut Hariyadi, keterisian hotel yang dilalui Tol Trans-Jawa turut menaikkan okupansi regional sebesar 10 persen Peneliti senior Institute for Development of Economics and Finance, Enny Sri Hartati menilai pemerintah daerah perlu kreatif untuk memanfaatkan Tol Trans-Jawa guna memajukan perekonomian daerah.
Dengan kreativitas pemda setempat, kota atau kabupaten yang tadinya hanya menjadi daerah transit bisa menjadi destinasi utama karena faktor konektivitas.(IKI/FRD/DIV/HRS/TAM)