Abu Vulkanis Sinabung Tutupi Lahan, Jalan, dan Atap Bangunan
Abu vulkanis letusan Gunung Sinabung menumpuk di jalan, atap rumah, dan ladang warga di Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Warga diminta segera membersihkan atap rumah dari tumpukan abu, karena atap bisa roboh terutama bila hujan turun.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS – Hingga Senin (10/6/2019) malam, abu vulkanis letusan Gunung Sinabung masih menumpuk di jalan, atap rumah, dan ladang warga di Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Warga diminta segera membersihkan atap rumah karena berisiko roboh, terutama bila hujan turun.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karo Martin Sitepu mengatakan, tumpukan abu vulkanis di tiga kecamatan, yakni Payung, Naman Teran, dan Tiganderket sangat mengganggu aktivitas warga, Senin (10/6/2019). “Abu menumpuk di jalan dan atap rumah dengan tebal hingga dua sentimeter,” kata Martin.
Abu vulkanis tersebut merupakan letusan Sinabung yang memuntahkan abu dengan tinggi kolom 7.000 meter, Minggu (9/6). Berdasar tinggi kolom abunya, letusan itu termasuk yang terbesar dalam beberapa tahun ini.
Erupsi besar Sinabung terakhir kali terjadi 19 Februari 2018 dengan tinggi kolom abu 5.000 meter. Namun, dampaknya ketika itu lebih besar karena disertai awan panas guguran yang meluncur hingga 4.900 meter ke arah tenggara-selatan dan 3.500 meter ke arah barat-selatan.
Martin mengatakan, tim tanggap darurat yang terdiri atas BPBD Karo, Kodim 0205 Tanah Karo, Kepolisian Resor Karo, dan relawan dari unsur masyarakat berfokus menanggulangi dampak abu vulkanis yang dirasakan warga.
Petugas mengerahkan mobil pemadam kebakaran dan kendaraan taktis meriam air untuk menyiram tumpukan abu di jalan. “Tumpukan abu sangat mengganggu aktivitas warga karena beterbangan saat kendaraan melintas. Jarak pandang berkendara juga sangat pendek,” katanya.
Martin mengatakan, mereka membagikan masker kepada warga yang melintas di jalan dan kepada anak-anak di sejumlah sekolah.
Abu vulkanis juga menumpuk di ladang-ladang warga dan menempel di daun tanaman sehingga berpotensi merusak tanaman. Para petani pun berupaya mengurangi dampak abu dengan menyiram daun tanaman.
Komandan Tim Tanggap Darurat Bencana Sinabung yang juga Komandan Kodim 0205 Tanah Karo Letnan Kolonel (Inf) Taufik Rizal Batubara mengatakan, mereka memprioritaskan keselamatan masyarakat, lahan dan harta benda, serta mitigasi dampak letusan.
“Kami menjaga jalan masuk ke zona merah dan berpatroli ke ladang warga di zona merah. Warga yang masuk ke ladang di zona merah kami minta untuk keluar. Kami ingatkan bahwa Sinabung bisa meletus kapan saja,” katanya.
Taufik mengatakan, meskipun tingkat aktivitas Gunung Sinabung telah diturunkan dari Awas ke Siaga pada 20 Mei lalu, ancaman bahaya Sinabung masih tetap ada, yakni awan panas guguran, gas beracun, guguran lava, aliran lava, serta lontaran batu pijar. Bahaya lainnya adalah lahar hujan, hujan abu, dan lontaran material pijar.
Pengamat di Pos Pengamatan Gunung Api Sinabung Rudra Wibowo mengatakan, aktivitas vulkanis pada Senin mulai menurun. Hasil pengamatan hingga pukul 19.00 WIB tidak ada letusan. Aktivitas kegempaan juga cukup rendah.
Rudra menghimbau agar masyarakat yang bermukim di dekat sungai yang berhulu di Sinabung waspada terhadap bahaya lahar hujan. Masyarakat juga diminta mengamankan sumber air bersih agar tidak tercemar abu.
Para wisatawan juga dimita tidak beraktivitas di zona merah Sinabung. Bahaya awan panas guguran kini meluas ke arah utara yakni ke arah Danau Lau Kawar.