JAKARTA, KOMPAS – Sesudah pengoperasian Jalan Tol Trans-Jawa, sejumlah pelaku usaha di jalur pantai utara (pantura) Jawa mengalami penurunan penghasilan karena banyak pengendara yang lebih memilih melintasi jalan tol daripada jalur pantura. Untuk mengatasi persoalan itu, pemerintah daerah diminta kreatif memanfaatkan Tol Trans-Jawa guna memajukan perekonomian daerah.
“Kalau terkait masalah di pantura, sebenarnya tinggal bagaimana kreativitas pemerintah daerah,” kata peneliti senior Institute for Development of Economics and Finance, Enny Sri Hartati, saat dihubungi dari Jakarta, Sabtu (8/6/2019).
Enny memaparkan, sebelum adanya Tol Trans-Jawa, kota-kota di wilayah pantura, misalnya Indramayu, Cirebon, Brebes, Tegal, dan Pekalongan, memang ramai dikunjungi para pengendara yang lewat. Namun, Enny menyebut, para pengendara tersebut sebenarnya hanya sekadar transit atau mampir sehingga pendapatan yang diperoleh daerah pun terbatas.
“Kalau orang hanya transit, seberapa besar sih pengeluarannya karena mereka hanya berhenti sejenak untuk makan dan minum lalu melanjutkan perjalanan,” ungkap Enny.
Sesudah pengoperasian Tol Trans-Jawa, Enny menyatakan, sejumlah kota di pantura justru berpotensi tidak hanya menjadi kota transit sehingga perekonomian daerah-daerah itu bisa lebih maju. “Dulu kan kota-kota itu kan sekadar untuk transit. Sebenarnya kalau pemerintah daerah punya kreativitas, kota-kota itu bisa menjadi tidak hanya untuk transit,” katanya.
Enny mencontohkan, dengan adanya Jalan Tol Trans-Jawa, Kota Cirebon, Jawa Barat, sangat berpotensi menjadi destinasi wisata favorit bagi warga Jakarta dan sekitarnya. Hal ini karena keberadaan jalan tol membuat perjalanan Jakarta-Cirebon menjadi jauh lebih cepat.
Apalagi, Cirebon memiliki sejumlah daya tarik, misalnya obyek wisata religi, pusat kuliner, serta Kampung Batik Trusmi yang telah dikenal luas. Enny menyebut, sesudah keberadaan Tol Trans-Jawa, pemerintah daerah harus mengoptimalkan berbagai daya tarik itu agar lebih banyak wisatawan yang berkunjung ke Cirebon.
“Kalau dioptimalkan, bisa saja nanti banyak orang Jakarta yang langsung belanja ke Kampung Batik Trusmi,” kata Enny.
Dia menambahkan, Kota Pekalongan, Jawa Tengah, juga bisa mengoptimalkan potensi kerajinan batiknya untuk menarik lebih banyak wisatawan dari Jakarta dan sekitarnya. Sebab, dengan adanya Tol Trans-Jawa, perjalanan dari Jakarta ke Pekalongan juga menjadi lebih cepat dan mudah.
Sementara itu, sejumlah wilayah di pantura yang tidak memiliki potensi wisata bisa mengembangkan aktivitas ekonomi lain dengan memanfaatkan keberadaan Tol Trans-Jawa. Enny mencontohkan, Kabupaten Subang, Jawa Barat, bisa mengembangkan kawasan industri dengan menjadikan Tol Trans-Jawa sebagai salah satu daya tarik.
“Ini memang butuh level kreativitas baru. Kalau tadinya mereka hanya mengandalkan pemasukan dari orang-orang yang transit, sekarang mereka harus membuat daya tarik baru,” ujar Enny.
Terkait upaya pemerintah daerah yang memafasilitasi pedagang di pantura untuk berjualan di rest area atau tempat istirahat di jalan tol, Enny menilai upaya tersebut kurang memberi dampak ekonomi yang luas. Apalagi, ada kemungkinan tidak semua pelaku usaha di pantura bisa mendapat tempat di rest area. “Upaya semacam itu tidak memiliki dampak yang massif dan luas,” katanya.