Dukungan ke Sopir Bus yang Dibajak Terus Meningkat
Dukungan publik terhadap pengemudi Transjabodetabek, terus meningkat. Pengemudi bernama Oki yang busnya dibajak sejumlah remaja mendapat sumbangan berupa uang dari warga. Simpati itu disampaikan sebagai bentuk kepedulian kepada Oki yang mendapat sanksi karena dianggap membiarkan busnya dinaiki remaja di malam takbiran.
Oleh
Ayu Pratiwi
·3 menit baca
KOMPAS/RADITYA HELABUMI
Warga menggunakan kendaraan saat mengikuti takbir keliling malam takbiran di kawasan Jalan KH Mas Mansyur, Tanah Abang, Jakarta, Selasa (4/6/2019). KOMPAS/RADITYA HELABUMI.
JAKARTA, KOMPAS – Dukungan publik terhadap pengemudi Transjabodetabek, terus meningkat. Pengemudi bernama Oki yang busnya dibajak sejumlah remaja mendapat sumbangan berupa uang dari warga. Simpati itu disampaikan sebagai bentuk kepedulian kepada Oki yang mendapat sanksi karena dianggap membiarkan busnya dinaiki remaja di malam takbiran.
Warga menilai sanksi pada Oki tidak seharusnya dijatuhkan. Namun operator bus Mayasari Bakti menjatuhkan denda Rp 1,2 juta kepada Oki karena mangangkut penumpang remaja di atap bus. Beberapa di antara mereka sempat terjepit saat bus melintasi terowongan Tanah Abang, Selasa (4/6/2019).
Sebelumnya, ada sekitar 50 remaja menyetop bus yang dikendarai Oki di Blok A Tanah Abang. Kemudian, mereka meminta hingga mengancam Oki untuk mengantar mereka jalan-jalan merayakan malam takbiran.
Merasa ada sesuatu yang tidak fair, ratusan warga menyampaikan dukungannya terhadap Oki dengan menghimpun dana di situs kitabisa.com. Hingga Minggu (9/6/2019) sore, lebih dari Rp 13 juta uang yang terkumpulkan dari penyumbang. Nilai ini hampir 13 kali lipat dari jumlah sanksi kepada Oki yang sebesar Rp 1,2 juta.
Aksi pengumpulan dana itu dimulai pada 7 Juni 2019. Hingga Minggu sore, ada hampir 350 orang yang menyalurkan donasinya. Masing-masing berkisar antara Rp 2.000 hingga Rp 300.000 per orang.
Diana Leiwakabessy, selaku pihak yang menginisiasi donasi itu, menyatakan, “Agak kesel ya baca berita tentang supir Mayasari Bakti yang kena sanksi dan harus bayar denda gara-gara segerombolan orang yang tidak bertanggung jawab pas malam takbira”.
Pengamat transportasi Djoko Setijowarno mengatakan, kasus itu tidak hanya jadi tanggungjawab pengemudi, tetapi juga penumpang yang memaksa naik ke atap bus. “Yang salah dalam kasus ini adalah penumpang yang memaksa naik ke atap bus dan mengancam apabila pengemudi tidak menurut. Pengemudi berada dalam situasi yang serba salah,” katanya ketika dihubungi di Jakarta, Minggu.
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO
Konvoi warga memenuhi Jalan KH Mas Mansyur, Tanah Abang, Jakarta Pusat, saat menyemarakkan malam takbiran, Kamis (14/6/2018). Mereka menyambut datangnya bulan Syawal setelah selama bulan Ramadhan berpuasa. KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO.
Baginya, dalam menanggapi insiden itu, pemerintah seharusnya lebih mengedepankan aspek keselamatan berlalu lintas, demi keamanan diri sendiri serta orang lain. “Sayangnya, ada lebih banyak nuansa politis, dibanding upaya mendidik masyarakat,” tambah Djoko.
Dalam pernyataan Gubernur DKI Anies Baswedan, Rabu (5/6/2019), ia lebih mempermasalahkan sikap pengemudi bus dibanding sikap kelompok remaja yang naik ke atap bus. “Nanti dibikin aturan khusus supaya sopir-sopir bertanggung jawab. Tidak boleh membawa lagi orang di atas,” ucapnya.
Pernyataan itu disetujui Yoga Adiwinarto, Country Director Institute for Transportation & Development Policy. “Saya setuju dengan Pak Gubernur. Seharusnya memang sopir yang bertanggungjawab jika ada penyalahgunaan armada. Armada itu tidak boleh digunakan untuk konvoi,” katanya.
Tidak hanya kepada pengemudi, bagi Yoga, sanksi juga seharusnya dikenakan kepada operator bus juga. “Mayasari Bakti seharusnya, dalam kasus ini, juga diberikan sanksi. Seharusnya, bus itu sudah terhubung GPS (sistem pemosisi global), di mana kantor pusat bisa langsung memastikan posisi bus (apabila bus jalan di luar trayeknya),” tuturnya.
Remaja duduk atap bus Kopaja yang tengah melaju saat hujan mengguyur kawasan Pejompongan, Jakarta, Rabu (16/12/2015). Foto sebagai ilustrasi berita.
Manajer Operasional PT Mayasari Bakti Daryono mengaku, bus Transjabodetabek di bawah Mayasari Bakti belum dipasang sistem GPS yang dapat melacak pergerakan bus. “Pengemudi pun tidak berani melanggar rute bus yang ditentukan,” tambahnya.
Saat kejadian, bus Transjabodetabek yang melayani rute APTB 07 (Bekasi-Tanah Abang) diminta para remaja untuk diantar jalan-jalan di luar rute yang ditentukan, yaitu Slipi-Karet-Blok A Tanah Abang.