Daya Magis Media Sosial untuk Sopir Mayasari Bakti
Kegeraman warganet pada masalah sosial biasanya mewujud dalam komentar pedas, bahkan berisi kata-kata kasar, di media sosial. Namun, ternyata ada manifestasi yang positif dan nyata membantu mengatasi masalah, salah satunya lewat penggalangan dana.
Oleh
J Galuh Bimantara
·3 menit baca
KOMPAS/RADITYA HELABUMI
Warga menggunakan kendaraan saat mengikuti takbir keliling malam takbiran di kawasan Jalan KH Mas Mansyur, Tanah Abang, Jakarta, Selasa (4/6/2019).
Kegeraman warganet pada masalah sosial biasanya mewujud dalam komentar pedas, bahkan berisi kata-kata kasar, di media sosial. Namun, ternyata ada manifestasi yang positif dan nyata membantu mengatasi masalah, salah satunya lewat penggalangan dana.
Seorang penyiar radio, Diana Leiwakabessy, baru saja merasakan efek positif media sosial. Ia menumpahkan kekesalannya terhadap pengenaan denda bagi sopir bus Mayasari Bakti bernama Oki lewat Twitter sekaligus mengajak masyarakat berdonasi agar uang bisa digunakan Oki membayar denda. Ajaibnya, setelah sekitar tujuh jam, donasi yang terkumpul sudah lebih dari 2,5 kali lipat jumlah yang diusulkan Diana.
”Gue juga enggak nyangka. Netizen kalau sudah ada orang tertindas gitu ya, cepet geraknya. Asli,” tuturnya, saat dihubungi pada Jumat (7/6/2019).
Gerakan penggalangan dana bermula ketika sebuah video viral di media sosial, yang memperlihatkan sejumlah remaja terjepit antara atap bus dan langit-langit terowongan Tanah Abang, Jakarta Pusat, Rabu (5/6/2019). Bus tersebut kemudian diketahui sebagai armada PT Mayasari Bakti bernomor polisi B 7627 TGA dan dikemudikan Oki, beroperasi sebagai bus Transjabodetabek melayani rute APTB 07 (Tanah Abang-Bekasi).
Perusahaan operator bus menyatakan, pengemudi diberi sanksi berupa denda Rp 1,2 juta serta diberi peringatan keras untuk tidak mengulangi lagi perbuatan itu (Kompas, Jumat). Padahal, hasil pemeriksaan menunjukkan, remaja-remaja itu diduga membajak bus disertai ancaman pada sopir. Mereka meminta diantar berkeliling saat malam takbiran.
Kejadian ini menggugah Diana untuk mencuit di akun Twitter-nya. Bunyinya: ”Bis dibajak, supir diancam, pembajak kejepit, supir yang kena sanksi… Otak gue nggak nyampe…”.
DOKUMENTASI AKUN INSTAGRAM @VEBBYPUTRI
Segerombolan remaja terjepit di antara atap bus dan terowongan Tanah Abang, Jakarta, Rabu (5/6/2019).
Sejak dilontarkan pukul 11.36 hari Jumat ini, cuitan Diana pukul 18.46 sudah disukai oleh 1.908 pemilik akun Twitter dan dicuitkan kembali oleh 4.649 akun.
”Terus temen gue bilang, Rp 1,2 juta itu gede ya bok,” lanjut Diana. Ia sependapat, apalagi untuk Oki yang bekerja sebagai sopir bus, kehilangan Rp 1,2 juta bisa berarti tidak berlebaran dengan keluarga. Ia pun berinisiatif menggalang dana. Agar tidak dikira menyalahgunakan jika menggalang menggunakan rekening pribadi, ia membuat akun di kitabisa.com dan membuka penggalangan dana bagi Oki.
Diana memasang target jumlah dana terkumpul Rp 2 juta selama delapan hari. Ia juga mempromosikan link penggalangan dana itu pada utas cuitannya. ”Ternyata gue tinggal tidur siang, bangun-bangun udah hampir Rp 3 juta aja,” tuturnya.
Dana yang masuk belum juga berhenti. Pantauan pukul 18.53, dana terkumpul Rp 5.399.900 dari 113 donatur. Diana sampai memberitahukan di Twitter agar warganet yang berniat menyumbang bisa menyalurkan ke program penggalangan lain di kitabisa.com, tidak terpusat pada bantuan bagi Oki.
Namun, pengelola kitabisa.com tidak mempermasalahkan jika dana yang masuk melebihi target. Malah, menurut Manajer Humas kitabisa.com Alvi Anugerah, penggalangan dana ini bisa memantik pihak-pihak berotoritas untuk segera mengambil langkah. Dana melebihi target biasa terjadi untuk kasus-kasus yang viral.
”Biasanya, dana yang berlebih merupakan luapan ekspresi ketidakpuasan, selain memang bertujuan untuk membantu,” ujarnya.
Nantinya, pengelola kitabisa.com akan mengambil 5 persen dana yang terkumpul untuk administrasi guna menutup biaya operasional serta pengembangan dan layanan untuk kemudahan menggalang dana dan berdonasi.
Karena masih akan ada sisa, uang bakal diserahkan pada Oki untuk kebutuhan lain. Alvi mengatakan, akan ada tim penilai dari kitabisa.com yang mendampingi Oki menentukan kebutuhan-kebutuhan prioritas guna dibiayai sumbangan dan mengelola penggunaan dana.
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN
Pendukung Persija Jakarta, duduk di atap bus yang membawa mereka ke stadionsaat melintas di Jalan Sultan Agung, Jakarta Pusat, 27 November 2011.
Ketegasan aparat
Terpisah, Andreas, mantan kenek bus Mayasari P9 Pondokgede-Pasarbaru, mengaku pernah mengalami pembajakan bus seperti dirasakan Oki. ”Waktu itu enggak ada pilihan lain, kecuali nurutin kemauan pembajak. Kalau enggak, kendaraan kita dijamin dirusak,” kata Andreas.
Dari pengalaman itu, Andreas menekankan pentingnya peran polisi, dinas perhubungan, dan satpol PP untuk mencegah pembajakan. Dia pernah lolos dari pembajakan karena ada aparat di sekitarnya yang mencegah pembajak.
”Bukan malah membiarkan orang membajak, apalagi sampai naik di atap. Apalagi ujungnya kru yang kena,” kata Andreas.
Bukan malah membiarkan orang membajak, apalagi sampai naik di atap. Apalagi ujungnya kru yang kena.
Kru, menurut Andreas, sulit melapor karena bus harus ditahan sebagai barang bukti sehingga tidak bisa digunakan untuk mengangkut penumpang dan berujung kru tidak mendapatkan pemasukan. ”Kalau enggak lapor, ya, siap kena klaim kerusakan bus seperti kaca pecah atau AC rusak.” (ART)