Jepang mengupayakan apa pun yang bisa dilakukan demi terwujudnya dialog Iran-AS. Jepang dekat dengan AS ataupun Iran. Jepang salah satu konsumen besar minyak Iran.
Tokyo, Kamis Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe dipastikan akan melawat Iran pekan depan. Abe diharapkan bisa menjadi penengah bagi Iran dan Amerika Serikat. Sekretaris Kabinet Jepang Yoshihide Suga mengatakan, perincian lawatan sedang dimatangkan. ”Kami berusaha keras membuat ini berarti,” ujarnya, Kamis (6/6/2019), di Tokyo, Jepang.
Rencana lawatan Abe sudah diumumkan sejak Mei 2019. Jepang bisa dekat dengan Amerika Serikat ataupun Iran. Jepang adalah salah satu konsumen terbesar minyak Iran. Saat AS melarang pembelian minyak Iran, Jepang mendapat pengecualian untuk terus mengimpornya. Namun, keringanan itu telah dicabut AS.
”Kami yakin amat penting, di tingkat pemimpin, kami mengajak Iran sebagai kekuatan utama kawasan untuk meredakan ketegangan, mempertahankan kesepakatan nuklir, dan memainkan peran konstruktif bagi keamanan kawasan,” kata Yoshihide Suga.
PM Abe sebelumnya telah mengatakan, Jepang mengupayakan apa pun yang bisa dilakukan demi terwujudnya dialog Iran-AS. ”Jepang dan AS harus berkolaborasi erat agar ketegangan di sekitar Iran mereda dan tak ada konflik bersenjata,” kata Abe, Mei lalu.
Presiden AS Donald Trump menyokong rencana Abe. ”Perdana Menteri (Abe) telah menyampaikan kepada saya tentang itu (lawatan ke Iran) dan saya yakin Iran mau berdialog. Jika mereka mau berdialog, kami mau juga,” ujar Trump di Tokyo bulan lalu.
Tanpa syarat
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan, AS siap berdialog tanpa syarat. Akan tetapi, AS tidak akan mengurangi tekanan kepada Iran sampai Teheran mengubah perilakunya di Timur Tengah.
”Kami siap berhubungan tanpa syarat. Kami siap duduk dengan mereka. Akan tetapi, upaya AS untuk melawan aktivitas merusak negara itu akan terus berlanjut,” ujarnya saat bertemu Menteri Luar Negeri Swiss Ignazio Cassis.
Swiss dulu pernah menjadi perantara AS-Iran. ”Keadaan amat tegang dan kedua belah pihak sangat paham ketegangan ini. Swiss, tentu saja, berharap tidak ada peningkatan ke arah kekerasan. Kedua belah pihak kini meningkatkan tekanan. Namun, kami tidak bisa melakukan apa pun tanpa mandat dari kedua belah pihak,” ujar Cassis seraya menyatakan siap menjadi perantara, bukan mediator AS-Iran.
Di sisi lain Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Khamenei menyebut, AS mengancam Iran dengan penuh permusuhan. ”Mereka mau kita menyerah dan karena kita tidak mau melakukan itu, mereka mengancam kita. Perlawanan butuh biaya. Namun, ongkos menyerah lebih besar lagi,” ujarnya.
Ia mendesak pejabat Iran tidak mengacuhkan tawaran perundingan AS. ”Di mana pun AS berdiri terjadi perang, perang saudara dimulai, hasutan disebar, atau eksploitasi atau penjajahan dimulai,” ujarnya seraya menyatakan Iran dalam tekanan merundingkan program rudal yang sudah bisa dipakai sebagai penggentar
Perkiraan hasil
Sejumlah pakar diplomasi menyebut, hasil yang mungkin dicapai Abe adalah membujuk AS-Iran agar kembali menghidupkan dialog langsung. Kini, kedua belah pihak berusaha mencari cara berkonfrontasi dan bantuan Abe sudah tepat. ”Hal terbaik yang bisa dikatakan Abe adalah membujuk pemimpin Iran duduk bersama Presiden AS tanpa syarat apa pun,” kata seorang mantan diplomat Jepang.
Langkah Abe mungkin akan berisiko tinggi, terutama terkait pemilu senat Jepang pada Juli 2019. Selain itu, ada juga spekulasi ia akan mempercepat pemilu DPR yang seharusnya berlangsung pada 2021. Meskipun demikian, Abe diprediksi mendapat sinyal positif dari kedua pihak.
”Abe mungkin mengambil risiko, tetapi saya pikir Iran tidak akan mengancam Abe. Saya tidak yakin Iran akan membiarkan Abe pulang dengan tangan kosong,” kata mantan diplomat itu. Para diplomat sepakat Abe tidak akan melakoni lawatan penting itu tanpa jaminan apa pun dari Washington. ”Abe sepertinya punya beberapa jaminan bahwa apa pun yang dilakukannya tidak akan menyerang balik,” katanya. (AFP/REUTERS/RAZ)