JAKARTA, KOMPAS - Pertemuan sejumlah elite politik saat Hari Raya Idul Fitri 1440 H semakin menguatkan harapan akan hadirnya komunikasi yang lebih baik diantara mereka. Sementara itu, pentingnya menjaga kebersamaan dan persatuan menjadi pesan dalam khotbah Salat Ied di sejumlah tempat.
Pesan itu, antara lain disampaikan Guru Besar Universitas Islam Negeri Syarif Hidyatullah Jakarta, Said Agil Husin Al Munawar, saat bertindak sebagai imam sekaligus khatib pada Salat Ied di Masjid Istiglal, Jakarta. Rabu (5/6/2019). Hadir dalam Salat Ied itu, antara lain, Presiden Joko Widodo.
Dalam kotbahnya selama sekitar 23 menit yang mengangkat tema \'Menebar Maaf, Membangun Kebersamaan" Said Aqil antara lain mengatakan tentang pentingnya menjadikan maaf sebagai muara penyelesaian berbagai masalah guna mewujudkan kebersamaan sebagai bangsa Indonesia.
Ada kalanya meminta maaf itu, lanjut Said Aqil, tidaklah mudah. Pasalnya, dibutuhkan kesadaran dan kerendahan hati untuk menyesali kesalahan. Untuk dapat memaafkan, juga butuh hati yang lapangnusia harus tetap mengutamakan keikhlasan hati.
Sementara itu, Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia Din Syamsuddin, dalam kotbah shalat Idul Fitri di Lapangan Masjid Agung Al-Azhar, Jakarta menuturkan, Idul Fitri menjadi momentum yang paling tepat untuk menyatukan kembali perbedaan yang terjadi dalam seperti di pemilu lalu.
Usai Salat Ied, Presiden menggelar open house di Istana Kepresidenan. Setelah untuk pejabat negara dan duta besar negara sahabat, open house dibuka untuk masyarakat umum.
Guna mengikuti open house ini, masyarakat awalnya antri di kawasan Monas, untuk kemudian dibawa ke Istana Kepresidenan dengan memakai bus. Sejumlah warga dari luar Jakarta, turut antri untuk mengikuti open house ini.
Melihat banyaknya warga di kawasan Monas yang antri ingin mengikuti open house di Istana, Presiden lalu mendatangi mereka.
“Pertama-tama saya ingin mengucapkan selamat Idul Fitri 1440 H. Mohon maaf lahir dan batin, minal aidin wal faizin. Saya mohon maaf ada yang di Istana, ada yang di sini, dan jauh lebih banyak (jumlahnya), sehingga saya lebih baik datang sendiri ke sini,” kata Presiden yang disambut riuh oleh massa di Monas
Komunikasi
Hadir dalam open house yang digelar Presiden di Istana kepresidenan, antara lain sakil Presiden Jusuf Kalla dan calon Wakil Presiden Ma\'ruf Amin.
Dua putra Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono, yaitu Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas), juga hadir di Istana Kepresidenan untuk menemui Presiden Jokowi. Setelah itu, mereka mengunjungi Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri.
Puan Maharani, Putri Megawati, mengunggah foto pertemuan AHY dan Ibas di rumah Megawati, dalam akun media sosialnya.
AHY dan Ibas, juga mengunjungi Presiden ke-3 RI BJ Habibie serta Sinta Nuriyah, istri Presiden ke-4 RI Abdurrahman wahid.
Sekretaris Kabinet Prabomo Anung menuturkan, pertemuan seperti yang terjadi saat AHY dan Ibas datang ke rumah Megawati, adalah silaturahim yang membuka komunikasi. "Kalau komunikasi mempermudah untuk saling mengerti dan saya yakinlah apa yang menjadi ketegangan pada saat pemilu kemarin, sekarang ini sudah hampir tidak ada," ujarnya.
Seusai bersilaturahmi dengan Presiden Jokowi di Istana Kepresidenan, Ketua DPR Bambang Soesatyo menilai Idul Fitri adalah momentum untuk menurunkan tensi politik sekaligus merajut kembali komunikasi. Hubungan yang sempat retak semestinya dijalin kembali untuk kepentingan bangsa.
Ma\'ruf Amin pun mengajak semua pihak untuk kembali membangun persaudaraan dan saling memaafkan. Idul Fitri menjadi momentum untuk menjalin keutuhan bangsa, merajut persatuan, dan membangun Indonesia ke depan.
Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto sepakat bahwa saat ini adalah momentum rekonsiliasi dan mengakhiri kontestasi yang terjadi di Pemilu lalu. Komunikasi diantara elite partai maupun tokoh politik perlu semakin diintensifkan. Masyarakat juga mesti ikut mendorong kegiatan-kegiatan positif untuk membangun Indonesia.