Mengenang Pendaratan Normandia dan Mereka yang Tiada
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·3 menit baca
PANTAI OMAHA, JUMAT — Sejumlah pemimpin dunia beserta para veteran perang, Kamis (6/6/2019), memperingati 75 tahun peristiwa Pendaratan Normandia di Perancis. Pendaratan besar-besaran tentara sekutu pada Perang Dunia II itu menjadi titik balik keruntuhan pasukan Jerman yang diperintah pemimpin fasis Adolf Hitler.
Dua pemimpin dunia, Presiden Perancis Emmanuel Macron dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump, hadir dalam peringatan di Pantai Omaha, Normandia tersebut. Peringatan ditandai dengan pidato dalam suasana hening yang mendalam dengan harapan besar untuk mengakhiri pertumpahan darah.
Macron dan Trump memberikan penghormatan kepada para prajurit, pelaut, dan penerbang yang mengambil bagian dalam invasi 6 Juni 1944 yang dikenal dengan nama sandi Operation Overlord atau D-Day (Hari H) itu.
Kedua pemimpin tersebut mengatakan, misi sekarang adalah untuk menghormati prajurit yang gugur dan menjaga ingatan bahwa mereka tetap hidup, 75 tahun setelah operasi D-Day yang menandai akhir Perang Dunia II.
Trump mengatakan, invasi itu adalah titik balik yang mengakhiri tirani Nazi dan memastikan perdamaian di Eropa. Dengan pendaratan besar-besaran tentara sekutu di Normandia, terbentuklah front kedua melawan Hitler dan Nazi Jerman. D-Day menandai arus balik yang mempercepat keruntuhan Nazi di Eropa.
”Anda adalah kebanggaan bangsa kami, Anda adalah kemuliaan republik kami, dan kami berterima kasih dari lubuk hati kami,” kata Trump tentang para pejuang yang gugur di Pantai Omaha, salah satu dari lima pantai pendaratan tentara sekutu yang paling berdarah.
Sekitar 160.000 tentara ikut serta dalam D-Day. Dari jumlah tersebut, 73.000 tentara berasal dari AS dan 83.000 lainnya dari Inggris dan Kanada. Pertempuran Normandia mempercepat kekalahan Jerman kurang dari setahun kemudian.
Pasukan mulai mendarat semalam dari udara kemudian bergabung dengan kekuatan besar melalui laut di Pantai Omaha, Utah, Juno, Sword, dan Gold. Mereka diangkut dengan 7.000 kapal. Pendaratan tentara sekutu itu dipimpin Jenderal Dwight D Eisenhower.
Adapun Macron memberi hormat terhadap keberanian, kemurahan hati, dan semangat yang menggerakkan para prajurit untuk membantu warga sekitar yang bahkan tidak mereka kenal.
Para prajurit yang gugur, kata Makron, mengorbankan nyawanya untuk memerdekakan kawasan yang bukan merupakan tanah air mereka. Tidak ada alasan lain yang melatarbelakangi pengorbanan itu selain untuk kebebasan dan demokrasi.
Macron menyatakan, Perancis berutang terhadap AS karena telah membebaskan mereka dari Nazi. Macron memberikan lima veteran AS dengan Chevalier of Legion of Honor, sebuah penghargaan tertinggi Perancis.
”Kami tahu kami berutang apa kepada Amerika, veteran kebebasan kami. Atas nama bangsaku, aku hanya ingin mengucapkan terima kasih,” katanya.
Sehari sebelumnya, peringatan diadakan di Portsmouth, Inggris. Portsmouth merupakan titik keberangkatan utama untuk kapal angkut. Kemudian para pejabat datang ke tebing dan pantai Normandia, tempat para veteran mengenang apa yang mereka lihat 75 tahun yang lalu.
”Air itu penuh dengan orang mati, pantai telah membakar kapal pendarat,” kata Jim Radford (90), seorang veteran D-Day Inggris dari Hull. Ia menggambarkan pemandangan di dekat Gold Beach, tempat tentara Inggris mendarat.
Tidak diundang
Dari beberapa pemimpin dunia yang hadir dalam peringatan, Presiden Rusia Vladimir Putin justru tidak termasuk dalam pejabat negara yang diundang. Padahal, Putin sempat diundang dan menghadiri peringatan ke-70 D-Day lima tahun lalu.
Kendati demikian, Putin tak mempermasalahkan hal itu. Ia mengatakan, dirinya punya kesibukan cukup banyak di Rusia.
”Kita juga tak selalu mengundang orang lain dalam sebuah perayaan. Jadi mengapa saya harus diundang? Saya punya kesibukan sendiri di sini,” ujar Putin dalam forum ekonomi di St Petersburg, Rusia dilansir dari BBC.
Pernyataan Putin ini muncul seusai Pemerintah Rusia menyatakan, pendaratan Normandia bukanlah ”pengubah arah Perang Dunia II”. Pemerintah Rusia berulang kali menuduh Barat mengabaikan peran signifikan negeri yang dulu bernama Uni Soviet itu pada masa Perang Dunia II.
”Pendaratan Normandia tidak memberikan hasil yang menentukan dalam Perang Dunia II,” ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova. (AP)