Kemacetan berpotensi terjadi pada arus balik Lebaran 2019 karena rentang waktunya lebih pendek daripada arus mudik. Jalur alternatif perlu dimaksimalkan untuk mengurangi kepadatan lalu lintas di Tol Trans-Jawa yang masih jadi pilihan utama pemudik.
Oleh
HARIS FIRDAUS/TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Kemacetan berpotensi terjadi pada arus balik Lebaran 2019 karena rentang waktunya lebih pendek daripada arus mudik. Jalur alternatif perlu dimaksimalkan untuk mengurangi kepadatan lalu lintas di Tol Trans-Jawa yang masih menjadi pilihan utama pemudik.
Selain jalur pantai utara Jawa atau pantura, jalur alternatif yang dapat digunakan adalah jalur tengah Bandung-Cirebon, Jawa Barat. Jalur ini melintasi Kabupaten Cirebon, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Bandung, dan Kota Bandung.
Jalur tersebut relatif lengang saat arus mudik. ”Tidak ada kemacetan. Mungkin kebanyakan pemudik memilih lewat tol karena menganggap perjalanan bisa lebih cepat,” ujar Rohimah (42), warga Jatiwangi, Majalengka, Selasa (4/6/2019).
Jarak dari Palimanan, Kabupaten Cirebon, ke Kota Bandung melalui jalur tengah sekitar 130 kilometer. Sementara jarak lewat Tol Trans-Jawa yang berlanjut ke Tol Purbaleunyi sekitar 198 km.
Estimasi waktu tempuh di tol saat lalu lintas lancar sekitar 3 jam. Sementara lewat jalur tengah memakan waktu sekitar 4,5 jam.
Jalur tengah Bandung-Cirebon relatif mulus. Kendaraan yang melintas didominasi sepeda motor, truk, dan bus.
Dengan lebar jalan sekitar 6 meter, jalur ini kurang mendukung jika dilintasi kendaraan besar. Apalagi, terdapat sejumlah jalan berkelok dan menanjak, terutama di wilayah Sumedang.
Jalur tengah Bandung-Cirebon relatif mulus. Kendaraan yang melintas didominasi sepeda motor, truk, dan bus.
Menurut Supendi, (29), warga Desa Tomo, Sumedang, belum banyak pemudik dari luar Jabar yang menggunakan jalur tersebut. Hal itu dapat diketahui dari kode nomor polisi kendaraan yang melintas.
”Kebanyakan yang lewat sini pemudik jarak pendek, seperti dari Cirebon menuju Bandung atau sebaliknya,” ujarnya.
Di jalur itu terdapat sejumlah titik keramaian, seperti Pasar Ciborelang dan Alun-alun Jatiwangi, Majalengka, serta Pasar Cimalaka dan Pasar Tanjungsari, Sumedang. Selain itu, beberapa persimpangan juga berpotensi memicu kepadatan kendaraan.
Memasuki Kabupaten Sumedang, pemudik juga mempunyai rute alternatif selain Jalan Cadas Pangeran yang biasanya digunakan. Sebab, Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu) dapat dipakai secara fungsional sepanjang sekitar 5 km.
Tol fungsional ini menjadi alternatif jika terjadi kepadatan lalu lintas di Jalan Cadas Pangeran. Minimnya penerangan membuat pemudik harus berhati-hati saat melintas. Selain itu, kendaraan besar, seperti bus dan truk, juga dilarang masuk.
Tol itu memiliki dua terowongan masing-masing sepanjang lebih dari 400 meter di Pamulihan, Sumedang. Namun, akses menuju tol ini harus melalui jalan desa yang relatif sempit.
Selain menuju Bandung, jalur tengah juga bisa digunakan menuju Jakarta. Dari Cirebon, pemudik dapat melewati Jalan Raya Subang-Cikamurang menuju Purwakarta. Setelah itu, perjalanan dilanjutkan ke Jakarta melalui Cikampek, Kabupaten Karawang, atau lewat Jonggol, Kabupaten Bogor.
Pemudik dari Bandung dan sekitarnya juga mempunyai jalur mudik lain kecuali Tol Purbaleunyi. Jalur alternatif itu antara lain melalui Jalan Padalarang-Purwakarta, Jalan Raya Cibogo-Ciranjang untuk menuju Jonggol, dan lewat jalur Puncak.
Akan tetapi, perjalanan melalui jalur Puncak rentan terjebak macet karena aktivitas pengunjung di kawasan wisata itu. Kompas melalui jalur ini pada Rabu, 5 Juni. Perjalanan Bandung-Jakarta membutuhkan waktu 11 jam. Terjadi kemacetan hingga lebih dari 5 km di Cipanas, Cianjur, dan Cisarua, Bogor, pada Rabu malam.