Tren penggunaan uang elektronik terus meningkat, tetapi peredarannya tidak serta menggantikan uang tunai saat musim Lebaran. Permintaan uang tunai di Hari Raya selalu meningkat dari tahun ke tahun.
Oleh
ANDREAS YOGA PRASETYO/AGUSTINA PURWANTI
·4 menit baca
Tren penggunaan uang elektronik terus meningkat, tetapi peredarannya tidak serta menggantikan uang tunai saat musim Lebaran. Permintaan uang tunai di Hari Raya selalu meningkat dari tahun ke tahun.
Perkembangan teknologi informasi dan digital turut mendorong meningkatnya sistem jasa keuangan di Indonesia. Salah satunya adalah maraknya penggunaan uang elektronik. Data Bank Indonesia menunjukkan bahwa penggunaan uang elektronik di Indonesia terus meningkat.
Pertumbuhan penggunaan instrumen uang elektronik pada 2018 hampir mendekati 100 persen dari tahun sebelumnya. Bahkan pertumbuhan nominal transaksi pada tahun yang sama mencapai 281 persen dari tahun sebelumnya.
Berdasarkan definisi Bank Indonesia, uang elektronik merupakan alat pembayaran dalam bentuk elektronik di mana nilai uangnya disimpan dalam media elektronik tertentu.
Kendati demikian, pada musim lebaran menunjukkan fenomena yang berbeda. Kebutuhan uang tunai di Indonesia saat lebaran selalu mengalami peningkatan 5 tahun belakangan.
Genggam Uang
Bank Indonesia memproyeksikan kebutuhan uang tunai lebaran tahun ini sebesar Rp 217,1 triliun. Angka ini meningkat 13,49 persen dari tahun sebelumnya, sebesar Rp 191,30 triliun. Sekalipun persentase pertumbuhannya lebih kecil dari periode sebelumnya, kebutuhan uang tunai saat lebaran konsisten meningkat setiap tahun.
Sepanjang tiga tahun terakhir, pertumbuhan kebutuhan uang tunai saat lebaran selalu di atas 10 persen. Pada 2018, pertumbuhan kebutuhan tunai di Hari Raya lebih kurang sebesar 17,36 persen. Tahun sebelumnya mencapai 11,64 persen. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat masih percaya akan penggunaan uang tunai di tengah maraknya penggunaan uang elektronik.
Salah satu faktor penyebabnya adalah kebiasaan memegang uang tunai saat lebaran. Sebuah tradisi unik yang hingga kini masih melekat di Indonesia adalah membagikan uang saat lebaran.
Hal ini biasanya dilakukan dengan membagikan uang tunai kepada anak-anak, yatim piatu, dan sanak saudara. Uang pecahan yang dibagikan biasanya dengan besaran nominal dua ribuan hingga dua puluh ribuan.
Budaya membagikan uang tunai saat lebaran ini menjadi keunikan tersendiri bagi Indonesia. Kendati Lebaran adalah perayaan hari raya keagamaan yang digelar di seluruh dunia, kegiatan berbagi juga dilakukan beberapa masyarakat di negara lainnya.
Namun, bukan uang yang dibagikan. Turki, India, Pakistan, dan Bangladesh, misalnya. Setelah melakukan Salat Eid, terdapat kebiasaan membagikan coklat, permen, atau makanan lainnya kepada anak-anak dan sanak keluarga. Bahkan di Afghanistan ada perayaan dengan lomba memecahkan telur.
Penukaran uang
Kebiasaan berbagi uang tunai di Indonesia didukung oleh otoritas bank sentral. Sebuah program dicanangkan oleh Bank Indonesia bertajuk “Rupiah Untuk Negeri”, di mana Bank Indonesia bekerja sama dengan perbankan untuk menyediakan jasa penukaran uang.
Pada 2018, terdapat 160 titik penukaran uang di Jabodetabek bersama 15 bank yang dilakukan selama kurang lebih 2 minggu. Lebih dari 2.000 titik lainnya tersedia di luar Jabodetabek untuk melakukan pelayanan yang sama bagi masyarakat Indonesia.
Jumlah titik penukaran ini bertambah hampir 2 kali lipat dari tahun 2017 yang hanya berjumlah 1.136 titik di seluruh pelosok negeri. Tahun ini, Bank Indonesia kembali menyediakan layanan penukaran uang.
Terdapat 2.900 titik penukaran uang di seluruh nusantara termasuk di daerah Terdepan, Terluar, dan Terpencil (3T). Penukaran uang ini dilakukan mulai 13 Mei hingga 1 Juni 2019. Kegiatan penukaran uang ini di lakukan di beberapa titik keramaian, seperti, kantor perbankan, instansi, jalur mudik, bahkan terdapat juga penukaran uang kapal laut.
Uang tunai yang disediakan sebesar Rp 217,1 triliun dibagi ke masing-masing Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) sesuai proporsi masing-masing daerah. KPwBI Bali, misalnya, bersinergi dengan 51 bank umum di Pulau Dewata menyediakan Rp 4,4 triliun untuk layanan penukaran uang.
KPwBI Cirebon menyediakan Rp 8 triliun untuk layanan penukaran uang tahun ini. Jumlah ini lebih besar dari tahun sebelumnya yang berjumlah Rp 5 triliun. Penukaran uang di Cirebon dilakukan di 19 titik. Untuk menjangkau mobilitas pemudik, KPwBI Cirebon juga menyediakan jasa penukaran uang di rest area Tol Cipali.
Berbeda dengan kegiatan penukaran uang pada umumnya, KPwBI Lampung melakukan penukaran uang perdana di dalam kapal roro (roll on-roll of) yang berlayar dari Pelabuhan Bakauheni menuju Pelabuhan Merak, Banten.
Terdapat juga jasa penukaran uang di terminal kedatangan Pelabuhan Bakauheni. Pelayanan yang diperluas ini sangat membantu masyarakat yang tidak sempat menukarkan uang di kantor cabang. KPwBI Lampung menyediakan kas sebesar Rp 5 triliun, lebih besar dari tahun 2018 sebesar Rp 3,1 triliun.
Tren pertumbuhan jumlah penukaran uang dan jangkauan lokasi penukaran memberikan gambaran tetap populernya uang tunai bagai masyarakat Indonesia saat Lebaran. Keunikan tradisi berbagi uang tunai juga memiliki makna eratnya kekerabatan.
Sensasi mendapatkan beberapa lembar uang tunai yang rata-rata berupa uang baru dari kerabat atau tetangga, bukan saja menambah kegembiraan, tetapi juga memupuk kerukunan keluarga/lingkungan yang menjadi ciri khas masyarakat Indonesia.