Ribuan orang memadati Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin I Jayo Wikramo, Palembang, Sumatera Selatan, untuk menjalankan shalat Idul Fitri 1440 Hijriah, Rabu (5/6/2019). Jemaah bahkan shalat sampai di atas Jembatan Ampera. Kepolisian Daerah Sumsel menutup Jembatan Ampera sejak pukul 06.30 hingga 08.00.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Ribuan orang memadati Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin atau SMB I Jayo Wikramo, Palembang, Sumatera Selatan, untuk melaksanakan shalat Idul Fitri 1440 Hijriah, Rabu (5/6/2019). Jemaah bahkan shalat sampai di atas Jembatan Ampera. Kepolisian Daerah Sumatera Selatan menutup Jembatan Ampera sejak pukul 06.30 hingga 08.00.
Sejak Rabu pagi, warga berdatangan ke Masjid Agung bersama sanak keluarga dan handai taulan. Mereka datang dari berbagai penjuru. Tidak hanya melalui darat, warga yang tinggal di kawasan hulu kota Palembang menggunakan ketek (perahu motor) untuk menyeberangi Sungai Musi.
Sejak pagi, Jembatan Ampera ditutup. Warga menjadikan Sungai Musi sebagai tempat berwudu sebelum melaksanakan shalat Id di Masjid Agung Palembang.
Pedagang koran dadakan pun bermunculan. Mereka menjual koran untuk dijadikan sajadah. Ini menjadi hal yang setiap tahun terjadi. Ahmad Ramadhan (23), warga, mengaku, ia bersama teman-temannya sengaja datang ke Jembatan Ampera untuk beribadah shalat Id.
Menurut Ahmad, shalat di sekitar Jembatan Ampera memberi kesan tersendiri. ”Di sini, saya dapat merasakan antusiasme warga dan kekhusyukan beribadah saat merayakan Idul Fitri,” katanya.
Bahkan, karyawan swasta ini datang sejak pukul 06.00 untuk mendapatkan tempat yang strategis, yaitu di depan Bundaran Air Mancur Palembang yang berada di antara Masjid Agung SMB I Palembang dan Jembatan Ampera. Sesusai shalat Id, banyak warga yang mengabadikan momen tahunan ini dengan menggunakan telepon genggam.
Petugas kepolisian pun berjaga di sejumlah titik untuk mengamankan pelaksanaan shalat Id. Sebelumnya, Kapolda Sumsel Inspektur Jenderal Zulkarnain Adinegara mengatakan, pihaknya sudah mengerahkan petugas untuk mengamankan pelaksanaan shalat Idul Fitri.
Tidak hanya di kawasan Jembatan Ampera, pengamanan juga dilakukan di sejumlah masjid yang melaksanakan shalat Id. ”Biasanya, shalat Idul Fitri dilakukan di beberapa masjid yang memiliki halaman yang luas,” katanya.
Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru mengatakan, pengamanan harus dilakukan tidak hanya di jalan raya, tetapi juga di permukiman warga. ”Kita tidak boleh lalai dan tetap bersiaga,” katanya.
Seusai pelaksanaan shalat Idul Fitri, petugas kebersihan langsung mengumpulkan semua kertas koran yang bertebaran di jalan. Sejumlah truk sampah pun disiagakan untuk membersihkan jalan.
Kemeriahan Idul Fitri tidak hanya di Jembatan Ampera, tetapi juga di Kampung Arab Alawiyin Al-Kautsar, Jalan Ali Gathmir, Kelurahan 10 Ilir, Kecamatan Ilir Timur II, Palembang. Itu tepatnya di Mushala Al-Kautsar. Di sana, puluhan warga mengadakan shalat Idul Fitri sekitar pukul 08.00.
Pelaksanaan shalat Id dilaksanakan lebih lambat daripada shalat Idul Fitri pada umumnya karena warga di kampung ini melakukan ziarah terlebih dahulu. Seusai shalat, mereka langsung bersalam-salaman untuk mengucapkan selamat Idul Fitri sembari menyanyikan pujian kepada Allah.
Setelah itu, jemaah menyantap hidangan yang sudah disiapkan berupa nasih putih dicampur dengan kari daging dan ayam, serta kerupuk. Sebelum menyantap hidangan, jemaah membentuk kelompok dengan satu nampan makanan dikelilingi oleh empat orang.
Tidak hanya itu, tradisi rumpakan juga langsung dilaksanakan seusai shalat Idul Fitri. Tradisi rumpakan merupakan tradisi saling mengujungi warga yang membuka pintunya untuk besilaturahmi. Suasana kebersamaan kian terasa di kampung yang sudah ada sejak abad ke-18 ini.
Pengurus Mushala Al-Kautsar, Habib Farhan Syekhabubakar, mengatakan, tradisi ini berlangsung secara turun-temurun dari para pendahulu. Tujuan diadakannya tradisi ini untuk memperkuat silaturahmi dan juga mensyukuri karena sudah melewati bulan Ramadhan dan kembali fitrah.