Kereta Api, Pilihan Utama Moda Transportasi Mudik 2019
Mudik ke kampung halaman menjadi tradisi yang tidak terpisahkan dengan perayaan hari raya Idul Fitri. Untuk tahun ini, puncak arus mudik bergeser satu hari dibandingkan tahun lalu. Pilihan moda transportasi pun berubah, tahun lalu didominasi pesawat terbang, sementara tahun ini beralih ke kereta api.
Oleh
YOESEP BUDIANTO
·5 menit baca
Mudik ke kampung halaman menjadi tradisi yang tidak terpisahkan dengan perayaan hari raya Idul Fitri. Untuk tahun ini, puncak arus mudik bergeser satu hari dibandingkan tahun lalu. Pilihan moda transportasi pun berubah, tahun lalu didominasi pesawat terbang, sementara tahun ini beralih ke kereta api.
Puncak arus mudik lebaran 2018 terjadi pada H-3, tepatnya hari Senin tanggal 11 Juni 2018. Saat itu, jumlah warga yang mudik mencapai 1,25 juta jiwa, tersebar dalam lima moda angkutan, yaitu jalan, penyeberangan, kereta api, laut, dan udara.
Pantauan arus mudik sebenarnya dimulai pada H-7 lebaran. Pada tahun 2018, jumlah penumpang terpantau mencapai 966.285 jiwa pada hari pertama arus mudik. Jumlah tersebut terus bertambah hingga dua hari berikutnya. Namun, turun sekitar 5,5 persen pada hari keempat menjelang lebaran.
Meskipun turun pada H-4 lebaran, jumlah pemudik saat itu sudah mencapai 1,17 juta jiwa. Keesokan harinya, pemudik naik 6,5 persen dan mencapai jumlah tertinggi selama arus mudik lebaran 2018. Setelah mencapai puncak mudik, angka pemudik terus turun sekitar 23,6 persen hingga sehari sebelum lebaran (942.745 jiwa).
Kondisi musim mudik lebaran tahun 2019 memiliki sedikit perbedaan. Arus puncak mudik bergeser satu hari dibandingkan tahun lalu, yaitu pada hari keempat menjelang lebaran (1 Juni 2019). Jumlah pemudik mencapai 1,15 juta jiwa, turun 8 persen dari puncak arus mudik 2018.
Hari pertama arus mudik 2019, jumlah pemudik mencapai 960 ribu jiwa, kemudian naik 139 ribu jiwa pada hari kedua. Tak berselang lama, keesokan harinya, jumlah pemudik turun 44,2 ribu jiwa, sebelum mencapai puncaknya pada hari keempat.
Secara umum, pemudik tahun ini berkurang, terlihat dari tren pantauan jumlah penumpang harian berdasarkan moda angkutan. Jumlah yang tercatat hingga dua hari sebelum lebaran mencapai 5,8 juta jiwa, lebih rendah 20,5 persen dari tahun lalu.
Moda Transportasi
Sementara untuk pilihan moda transportasi, pemudik paling banyak menggunakan pesawat terbang pada arus mudik 2018, mencapai lebih dari 2 juta jiwa. Pilihan transportasi berikutnya adalah moda angkutan jalan, meliputi mobil, sepeda motor, dan bus (1,83 juta jiwa).
Minat mengendarai mobil, sepeda motor, dan bus terlihat pula dari banyaknya pengguna jasa penyeberangan. Oleh sebab itu, jumlah pemudik yang menyeberang ke pulau lain memiliki jumlah hampir sama dengan yang menggunakan moda angkutan jalan. Moda transportasi laut masih menjadi pilihan terakhir untuk mudik. Data penumpang pada arus mudik 2018 hanya sekitar 488.000 jiwa.
Berbeda dengan tahun 2018, moda transportasi pemudik tahun 2019 ini didominasi kereta api (26,9 persen). Sedangkan pesawat terbang turun tajam sekitar 32,6 persen dibandingkan tahun lalu. Ada peralihan moda angkutan yang dipilih masyarakat untuk mudik.
Pesawat terbang makin tidak populer karena mahalnya harga tiket. Beragam cara telah dilakukan pemerintah Indonesia, tetapi belum signifikan menekan harga tiket. Bahkan, sempat menjadi perbincangan publik tentang tiket kelas bisnis Bandung-Medan yang mencapai Rp 21 juta.
Selain tingginya harga tiket, calon penumpang moda transportasi pesawat terbang diharuskan membayar biaya bagasi. Masyarakat juga diperhadapkan dengan banyaknya alternatif moda transportasi saat ini, sehingga dapat dengan mudah beralih sarana transportasi lain.
Sementara moda angkutan darat menggunakan mobil, sepeda motor, atau bus masih menjadi andalan bagi sebagian besar pemudik tahun ini. Salah satu faktor penyebabnya adalah beroperasinya jalan Tol Trans-Jawa dan Sumatera.
Mudik lebaran tahun ini menjadi yang pertama bagi masyarakat untuk menjajal Tol Trans-Jawa yang terhubung dari Merak, Banten, hingga Probolinggo, Jawa Timur. Jalan Tol tersebut menjadi magnet utama pada mudik lebaran tahun ini.
Kementerian Perhubungan RI (Kemenhub) memprediksi total kendaraan roda empat yang melintasi tol sepanjang 965 kilometer tersebut, mencapai lebih dari 150.000 kendaraan tiap harinya. Sementara pilihan jalur lain di Pulau Jawa adalah jalan pantura, jalur selatan Jawa, atau jalan alternatif.
Badan Litbang Kemenhub juga menerangkan bahwa pengguna Tol Trans-Jawa meningkat 80 persen dibandingkan sebelum tol dioperasikan secara menyeluruh. Hal serupa terjadi pada pengguna angkutan bus yang juga meningkat.
Senada dengan Tol Trans-Jawa, keberadaan Tol Trans-Sumatera mendapat banyak apresiasi dari pemudik, sebab mampu memangkas jarak dan waktu. Diprediksi jumlah pemudik yang menggunakan Tol Trans-Sumatera mencapai 5.300 kendaraan per hari.
Prediksi Arus Balik
Selain arus mudik meninggalkan Jakarta, data mudik ini juga memberikan gambaran pola arus balik setelah Lebaran. Setelah masa mudik dan lebaran selesai, masyarakat yang sebelumnya mudik harus kembali ke tempat asalnya.
Pada tahun 2018, jumlah orang yang mengikuti arus balik mencapai 10,68 juta jiwa, naik 25,6 persen dibandingkan pemudik. Artinya, makin banyak orang baru yang ikut ke kota-kota besar setelah libur lebaran.
Tahun lalu puncak arus balik terjadi pada H+4 (19 Juni 2018) dengan jumlah penumpang seluruh moda angkutan mencapai 1,34 juta jiwa. Jumlah tersebut mengalami kenaikan 7 persen dibandingkan hari pertama arus balik.
Tak beda dengan arus mudik, pilihan moda angkutan arus balik 2018 masih didominasi kereta api. Total jumlah penumpang kereta api mencapai 2,39 juta jiwa. Urutan kedua ditempati pesawat terbang (2,16 juta jiwa).
Menyiapkan arus balik tak kalah penting dari arus mudik. Melihat puncak arus balik tahun lalu, pemudik lebaran tahun ini perlu bersiap untuk menghadapi arus balik. Puncak arus balik tahun ini diperkirakan tidak akan berbeda jauh dari tahun lalu, yaitu sekitar H+3 dan H+4 lebaran.
Artinya, pola kebiasaan masyarakat dalam beberapa tahun terakhir merayakan Lebaran di kampung halaman, kira-kira berlangsung selama satu minggu. H+3 sesudah Lebaran, mereka sudah melakukan perjalanan kembali ke Jakarta. Pemerintah perlu mengantisipasi lonjakan pergerakan arus balik, agar kenyamanan perjalanan balik juga terjaga. (LITBANG KOMPAS)