JAKARTA, KOMPAS – Upaya rekonsiliasi antarmasyarakat hingga elit politik terus dilakukan untuk memelihara Indonesia sebagai negara kesepakatan yang telah dibangun oleh para pendiri bangsa sejak dahulu.
"Kita bersyukur sudah sampai di penghujung bulan Ramadhan. Mudah-mudahan puasa ini bisa memberikan manfaat buat kita, bangsa, dan negara. Meski kemarin ada sedikit gangguan pascapemilu, tapi insya Allah tidak mengganggu keutuhan bangsa," kata Calon Wakil Presiden Maruf Amin di Jakarta, Senin (3/6/2019).
Ma\'ruf menyampaikan hal ini dalam rangka silaturahmi di kediaman Ketua Dewan Perwakilan Daerah Oesman Sapta Odang. Menurutnya, silaturahmi ini sebagai langkah menjaga keutuhan bangsa.
Meski hasil penghitungan suara dari Komisi Pemilihan Umum menyatakan bahwa pasangan Joko Widodo-Maruf Amin lebih unggul, tetapi Amin menyampaikan bahwa kemenangannya "masih digantung". Sebab, masih menunggu keputusan Mahkamah Konstitusi pada 28 Juni 2019.
KPU mencatat, hasil perolehan suara Pemilu 2019, pasangan Jokowi-Amin mendapat 85.607.362 suara atau 55,5 persen suara. Sementara pasangan Prabowo-Sandi mendapat 68.650.239 suara atau 44,5 persen. Selisih suara kedua pasangan 16.957.123 suara.
Terkait hal ini, Oesman menyampaikan selamat atas terpilihnya Jokowi-Amin sebagai presiden dan wakil presiden 2019-2024. Menurut dia, sebagai negara yang bermartabat, sudah selayaknya kita menjaga persatuan dan keutuhan bangsa.
"Jangan sampai ada hal-hal yang dilakukan di luar ketentuan undang-undang yang berlaku. Jika demikian, itu namanya makar," ujar Oesman.
Negara kesepakatan
Amin juga menyampaikan rasa syukurnya atas para pendiri bangsa yang telah mengawal kemajemukan bangsa hingga dapat membentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia. Negara yang terdiri dari beragam suku, bahasa, agama, serta budaya.
"Negara kita ini negara Darul Mitsaq, yaitu negara kesepakatan. Memang tidak mudah menyamakan pendapat, tapi dengan sikap toleran dan lapang dada, maka keutuhan bangsa akan tetap terjaga," tuturnya.
Amin berharap agar warisan sikap dari para pendiri bangsa dapat terus dihidupi di masa kini. Bahwa perbedaan hendaknya diselesaikan melalui kesepakatan, bukan permusuhan.