Teguhkan Komitmen Persatuan dan Toleransi
JAKARTA, KOMPAS - Peringatan Hari Lahir Pancasila menjadi momentum untuk meneguhkan nilai-nilai luhur Pancasila seperti persatuan dan toleransi. Pancasila merupakan benteng dari berbagai ideologi lain dan menjadi rumah bersama bagi seluruh komponen bangsa.
Presiden Joko Widodo, mengatakan, dengan berlandaskan Pancasila, bangsa Indonesia yang besar dan majemuk mampu menghadapi masa-masa sulit. Bangsa Indonesia bahkan kian kokoh bersatu saat menghadapi tantangan.
"74 tahun perjalanan Republik Indonesia telah membuat bangsa kita semakin dewasa dan matang. 74 tahun penuh dinamika, naik dan turun, tetapi kita bisa mengelolanya dan semakin memperkokoh persatuan kita," ujar Presiden Jokowi, Sabtu (1/7/2019) dalam upacara peringatan Hari Lahir Pancasila di Gedung Pancasila di Kementerian Luar Negeri, Jakarta.
Hadir dalam peringatan tersebut, antara lain Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri, Wakil Presiden ke-6 RI Tri Sutrisno, Wapres ke-11 RI Boediono, Ketua MPR Zulkifli Hasan, Ketua DPR Bambang Soesatyo, Ketua DPD Oesman Sapta Odang, serta sejumlah menteri kabinet kerja. Upacara berlangsung semarak karena hampir seluruh peserta upacara dan undangan mengenakan pakaian tradisional Indonesia. Presiden yang memimpin upacara pun mengenakan baju tradisional dari Solo.
Tantangan
Presiden mengingatkan, banyak tantangan, baik yang berasal dari luar maupun dalam negeri, yang mencoba mengganggu persatuan bangsa dan Pancasila. Tantangan itu, antara dari berasal dari perkembangan teknologi khususnya teknologi informasi yang semakin memberi ruang kepada berita bohong, ujaran kebencian, dan fitnah. Di sisi lain, permasalahan dalam negeri seperti kemiskinan dan ketimpangan juga masih menjadi persoalan serius.
“Tetapi kita harus optimistis, kita harus yakin telah berada pada jalur yang benar. Kita telah membangun infrastruktur yang mempersatukan kita. Kita telah berhasil menurunkan angka kemiskinan, kita telah berhasil menurunkan ketimpangan dan kita telah berhasil menjaga pertumbuhan ekonomi dan peluang kerja di tengah ekonomi dunia yang sedang bergejolak,” tambah Presiden.
Keberagaman
Staf Khusus Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Benny Susetyo mengapresiasi penggunaan pakaian tradisional dalam upacara peringatan Hari Lahir Pancasila.
“Ini simbol perbedaan yang ada di Indonesia dan disatukan dalam Pancasila. Jadi, meski hiruk-pikuk politik masih terasa panas, semua perbedaan tetap bisa dipersatukan Pancasila,” tuturnya.
Hal senada diungkapkan anggota Dewan Pengarah BPIP Sudhamek. Menurutnya, simbol-simbol yang ditampilkan di peringatan Hari Lahir Pancasila menunjukkan persatuan dalam keberagaman dan itulah Pancasila.
“Ini sekaligus menunjukkan bahwa yang tampil bukan sesuatu yang diciptakan baru, namun memang sudah ada di masyarakat. Jadi, masyarakat kita memang seperti itu dan Pancasila sesungguhnya sudah jadi denyut nadi yang berdetak di Bangsa Indonesia,” tutur Sudhamek yang berpakaian tradisional Bugis.
Simbol-simbol yang ditampilkan di peringatan Hari Lahir Pancasila menunjukkan persatuan dalam keberagaman dan itulah Pancasila
Politisi muda Dwidyawati Esther Mopeng yang hadir mengenakan baju adat kabasaran dari Sulawesi Utara merasakan betul keberagaman Indonesia dalam peringatan Hari Pancasila.
“Ini menjelaskan Indonesia betul-betul Bhineka Tunggal Ika dan Hari Pancasila ini benar-benar momen penting untuk merefleksikan Indonesia adalah bineka tunggal ika dan kita punya Pancasila yang harus betul dipahami dan diamalkan,” tuturnya.
Ke depan, lanjut Sudhamek, BPIP tak ingin berhenti pada simbol ini saja. Namun, untuk mengingatkan kembali pada sejarah, BPIP akan menerbitkan buku “Sejarah Pancasila” pada 19 Juni. Hal ini dilanjutkan dengan panduan ideologi Pancasila untuk seluruh Bangsa baik kementerian/lembaga, pemerintah pusat dan daerah, swasta, sipil, maupun militer.
Panduan ini kemudian dikembangkan menjadi kurikulum Pancasila dengan metode pengajaran partisipatif baik secara formal maupun nonformal. Sudhamek menambahkan, BPIP mengingat pembelajaran Pancasila ini harus tetap menyenangkan dan tidak semata kognitif. Karenanya, Pancasila akan didekati dengan budaya maupun permainan. Untuk itu, BPIP berkolaborasi dengan berbagai kementerian/lembaga serta dunia pendidikan.
ASN
Tahun ini, peringatan Hari Lahir Pancasila bertepatan dengan arus mudik Lebaran 2019 hingga sebagian aparatur sipil negara (ASN) telah mengambil cuti. Terkait hal itu, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi mengizinkan ASN mengikuti upacara di daerah asalnya. Kehadiran dalam upacara ini harus dibuktikan dengan foto dan surat keterangan yang ditandatangani pejabat setempat.
Apabila masih ada yang membolos, menurut Ketua Korps Pegawai Negeri Zudan Arif Fakrulloh, sanksi akan diberikan. Sanksi itu mulai dari teguran sesuai Peraturan Pemerintah No 53/2010 tentang Disiplin PNS. Adapun di lingkungan Badan Kepegawaian Negara (BKN) diterbitkan surat edaran yang menyebutkan sanksi pemotongan tunjangan bila mangkir dari upacara padahal tidak berstatus cuti.
Aturan ini pun, antara lain membuat Koordinator Lapangan Balai Besar Bahan dan Barang Teknik Kementerian Perindustrian, Agus Budi Pamungkas, mengikuti upacara peringatan Hari Lahir Pancasila di alun-alun Kejaksaan Kota Cirebon, Jawa Barat, sekitar 150 kilometer dari kantornya di Bandung.
“Satuan kerja mewajibkan untuk ikut upacara meski di daerah,” ujarnya. Lokasi upacara juga hanya berkisar 10 menit dari rumahnya.
Hal serupa dilakukan ASN di daerah lain seperti Makassar, Sulawesi Selatan, Palu, Sulawesi Tengah.