Beberapa saat sebelum Ny Ani Yudhoyono mengembuskan napas terakhirnya, keluarga besar tidak meninggalkan Ny Ani sejengkal pun. Doa tak berhenti dipanjatkan. Pesan terakhir pun sempat dibisikkan oleh Susilo Bambang Yudhoyono.
Oleh
ADY/AGE/IGA/SPW
·4 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan sambutannya saat jenazah Ny Ani Yudhoyono disemayamkan di pendopo di kediaman keluarga Yudhoyono, di Puri Cikeas, Bogor, Jawa Barat, Minggu (2/6/2019). Pelayat yang hadir di rumah duka hanyut dalam suasana haru.
Jenazah Ny Ani diantarkan dari kediaman Yudhoyono ke pendopo, sekitar pukul 10.13. Iring-iringan keluarga besar Yudhoyono turut didampingi sejumlah tokoh elite nasional membawa jenazah Ibu Negara ke-6 Ani Yudhoyono. Setibanya di pendopo, Yudhoyono memberi sambutan kepada pelayat selama sekitar 14 menit.
Dengan suara bergetar, Yudhoyono menyatakan, Ny Ani sangat sayang kepada saudara-saudaranya, yakni rakyat Indonesia, tanpa membeda-bedakan latar belakangnya. Selama 10 tahun mendampinginya sebagai Presiden RI (2004-2014), Ny Ani sangat menjaga persaudaraan dan kerukunan dengan saudara-saudaranya lintas identitas.
”Apa pun identitasnya, apa pun agamanya, apa pun etnisnya, aliran politiknya, Ibu Ani memperlakukan semua sebagai saudara,” katanya.
Awal Februari 2019, Ny Ani dirawat di Singapura karena mengidap kanker darah dengan kategori sangat ganas. Kabar itu membuat banyak warga Indonesia mendoakan Ny Ani di banyak tempat ibadah, yakni di masjid, gereja, kelenteng, wihara, dan pura.
”Ibu Ani selalu meneteskan air mata melihat saudaranya masih mendoakan di tengah-tengah perjuangan berat Ibu Ani melawan blood cancer dengan kategori very aggressive itu,” tutur Yudhoyono.
Kepada siapa pun yang mendoakan, baik yang hadir di pendopo maupun tidak hadir, Yudhoyono sangat berterima kasih atas ketulusan dan keikhlasan mendoakan kesembuhan Ny Ani. Namun, tambahnya, Allah SWT menentukan lain. ”Saya yakin sebagai seorang yang beriman, keputusan Tuhan pasti lebih baik dari apa yang dipikirkan oleh manusia,” katanya.
Doa dan testimoni
Beberapa saat sebelum Ny Ani mengembuskan napas terakhirnya, keluarga besar tidak meninggalkan Ny Ani sedetik pun. Persisnya, selama tiga hari tiga malam. Ny Ani, dalam keadaan berbaring, berusaha melawan dan bertahan. Melihat perjuangan istrinya, Yudhoyono lalu menyampaikan doa kepada Tuhan, yang kemudian diamini anak-anaknya.
”Waktu itu saya katakan seperti ini, panjangkanlah usia istri tercinta kalau itu membawa kebaikan baginya. Namun, ya Allah, kami ikhlas jika Engkau memanggil istri tercinta kalau itu membawa kebaikan baginya,” kata Yudhoyono.
Doa itu disampaikannya sebelum Ny Ani mengembuskan napas terakhir. Satu per satu anggota keluarga kemudian membisikkan kata-kata testimoni, doa, dan harapan kepada Ny Ani. Saat itu, ia berada dalam keadaan dibius.
Menurut Yudhoyono, dalam keadaan tertidur lelap, seharusnya Ny Ani tidak dapat mendengar apa yang disampaikan keluarganya. ”Tetapi, semua yang kami sampaikan, termasuk yang saya sampaikan, Ibu Ani membalasnya dengan menitikkan air mata di sudut-sudut matanya. Berarti Ibu Ani mendengar apa yang dibisikkan dari hati kami,” tutur Yudhoyono melanjutkan.
Melihat reaksi tersebut, Yudhoyono lantas mengambil tisu untuk membersihkan titik-titik air mata yang menggenang di mata Ny Ani. Ia menambahkan, ”Tetapi, air mata saya pun menetes di keningnya. Saya menyatukan air mata itu dan mohon kepada Allah: inilah bersatunya air mata kami, air mata cinta, air mata kasih, dan air mata sayang. Semoga ini bermanfaat bagi pengambilan keputusan-Mu, ya Allah,” ujarnya.
Inilah bersatunya air mata kami, air mata cinta, air mata kasih, dan air mata sayang. Semoga ini bermanfaat bagi pengambilan keputusan-Mu, ya Allah.
Setelah itu, semuanya berlangsung cepat. Beberapa saat kemudian, Ny Ani dengan sangat tenang, tanpa guncangan apa pun, mengembuskan napas terakhir. Setelah Yudhoyono melantunkan doa kepada istrinya, ia mencium keningnya. ”Saya ucapkan, selamat jalan istri tercinta, goodbye. Semoga engkau hidup tenang dan bahagia di sisi Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa,” tutur Yudhoyono.
Pada 31 Mei 2019, kondisi kesehatan Ny Ani disebut sudah sangat berat. Sebagian petugas medis dan perawat menyatakan beliau tak akan bisa bertahan. Namun, Ny Ani masih berusaha bertahan 24 jam ke depan.
”Saya mendampingi (Ny Ani) 46 tahun. Dari hati, mata, dan wajahnya, Ibu Ani mencoba tetap bertahan sampai batas yang bisa dilakukan manusia kuat dan tangguh,” ungkap Yudhoyono.
Meski telah berpulang, Yudhoyono meyakini itu adalah kehendak Tuhan. Sebab, jika masih bertahan, akan sangat berat bagi Ny Ani.
”Saya tidak mau Ibu Ani suffering too much yang di luar batas manusia. Terima kasih Allah karena telah membebaskan Ibu Ani dari penderitaan yang tidak sepatutnya dia tanggung,” katanya.
Cita-cita terakhir
Di pengujung sambutannya, Yudhoyono menyampaikan ada cita-cita yang belum dipenuhi istrinya. Cita-cita Ny Ani jika sembuh, papar Yudhoyono, ialah mengantar anak cucu, kembali berkebun, serta kembali menggeluti fotografi. Selain itu, Ny Ani ingin bertemu saudara-saudaranya, yakni rakyat Indonesia, dalam suasana rileks bebas dari kepentingan politik apa pun.
Yudhoyono menyatakan, pihak keluarga akan berusaha mewujudkan cita-citanya melalui tulisan.
”Saya akan tulis insya Allah untuk menjadi pengetahuan dari saudara kami, ada seorang manusia yang terlahir dengan nama Kristiani Herrawati dan kemudian menjadi Ani Yudhoyono, yang berpikir mulia dengan segala kelebihan dan kekurangannya, to serve this nation, berbaik sangka ke orang lain meski sering di-bully dan difitnah. Tetapi, ibu tetap paham,” tutur Yudhoyono menutup sambutan.