Jokowi: Flamboyan Telah Pergi, tetapi Tetap Hidup di Hati
Flamboyan disinggung Presiden Joko Widodo dalam pidatonya di upacara pemakaman Ny Ani Yudhoyono. Flamboyan seperti diberitakan Kompas, 2 Juni 2019, merujuk pada puisi yang dibuat oleh Yudhoyono untuk Kristiani Herrawati atau Ani Yudhoyono saat jadi taruna Akademi Militer Magelang, Jawa Tengah, pada 1970-1973.
Oleh
Benediktus Krisna Yogatama, Karina Isna Irawan, dan Elsa Emiria Leba
·4 menit baca
”Flamboyan telah pergi, tetapi akan tetap hidup di hati kita semua, rakyat Indonesia yang mencintainya.”
Demikian pernyataan Presiden Joko Widodo di akhir pidatonya saat upacara pemakaman Ny Ani Yudhoyono, istri presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono, di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta, Minggu (2/6/2019).
Flamboyan, seperti diberitakan Kompas, 2 Juni 2019, merujuk pada puisi yang dibuat oleh Yudhoyono untuk Kristiani Herrawati atau Ani Yudhoyono saat menjadi taruna Akademi Militer Magelang, Jawa Tengah, pada 1970-1973.
Ny Ani Yudhoyono disebut Presiden Jokowi akan tetap hidup di hati rakyat karena jasa-jasa semasa hidupnya untuk bangsa dan negara.
”Kita bangsa Indonesia telah kehilangan salah seorang tokoh wanita terbaik, seorang ibu negara yang penuh kasih sayang, pejuang kemanusiaan yang tulus, ibu dari sebuah keluarga panutan yang senantiasa memberi inspirasi dan teladan sebagai seorang ibu, istri, dan ibu negara,” kata Presiden Jokowi.
Presiden melanjutkan, Ny Ani juga istri yang sangat setia dalam suka dan duka, melewati hari-hari yang tidak mudah dalam mendampingi Yudhoyono selama dua periode menjadi presiden (2004-2014).
”Almarhumah sepanjang hayat mendedikasikan hidup kepada nilai-nilai kemanusiaan, aktif dalam memberantas buta huruf, mengembangkan kerajinan nasional, memberdayakan dan menyejahterakan keluarga, terutama kaum perempuan dan anak-anak. Beliau juga aktif memberikan pelayanan kesehatan, pelestarian lingkungan hidup, budaya, dan meningkatkan rasa kepedulian pada masyarakat di daerah konflik, bencana, dan perbatasan,” jelasnya.
Atas jasa dan pengabdiannya kepada bangsa dan negara itu, Ny Ani memperoleh anugerah Bintang Mahaputra Adipradana tahun 2011.
”Dan pada acara ini, saya mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk mengucapkan terima kasih dan penghormatan yang tinggi atas darma bakti beliau, dan mendoakan beliau, semoga beliau diterima dan ditempatkan di sisi terbaik Allah SWT, dan semoga husnul khotimah,” katanya.
Joko Widodo menjadi inspektur upacara pemakaman Ny Ani. Dalam upacara pemakaman itu, hadir presiden ke-3 RI BJ Habibie, presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri, istri dari presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid, Shinta Nuriyah Wahid, mantan Wakil Presiden Try Sutrisno, dan mantan Wakil Presiden Boediono beserta istri. Selain itu, hadir pula menteri-menteri Kabinet Kerja dan pimpinan lembaga negara.
Dari pihak keluarga Ny Ani Yudhoyono, selain Susilo Bambang Yudhoyono, terlihat pula kedua putra mereka, yaitu Agus Harimurti Yudhoyono dan Edhie Baskoro Yudhoyono.
Tidak menyerah
Saat mewakili keluarga memberikan sambutan, Agus mengenang ibunya sebagai sosok yang setia, kuat, tangguh, dan inspiratif.
”Semasa hidupnya, Ibu Ani adalah sosok yang setia, kuat, tangguh, dan inspiratif, sarat dengan nilai-nilai. Sebagai perempuan yang lahir dari keluarga prajurit, menjadi istri prajurit, dan ibu dari seorang prajurit TNI, Ibu Ani dibentuk dan terbentuk menjadi pribadi yang tegar dan pejuang keras. Karakter itu secara konsisten ditunjukkan hingga akhir hayat,” kata Agus.
Agus pun bercerita bahwa ibunya tidak menyerah sekalipun dokter memvonisnya mengidap penyakit kanker darah, awal Februari lalu.
”Ketika empat bulan lalu saat pertama kali divonis mengidap penyakit kanker darah, Ibu seraya meneteskan air mata menyatakan, saya pasrah, tetapi saya tak akan menyerah. Beliau tidak mau menyalahkan siapa pun atas penyakitnya. Setiap treatment medis dari dokter dicatat dengan tulisan tangan dan sama sekali tidak ada keluh kesah dari beliau,” jelasnya.
Ani, menurut Agus, merasa telah diberikan banyak kemuliaan sehingga penyakit kanker adalah tantangan yang harus siap dihadapinya.
”Kalau sekarang Allah SWT memberi saya ujian penyakit seperti ini, saya tak boleh mengeluh atau marah. Saya harus terima dengan ikhlas, dan saya akan berjuang untuk melawan penyakit ini,” ujar Agus menirukan pernyataan ibunya.
Dalam kesempatan itu, Agus juga mengucapkan terima kasih kepada Presiden Jokowi dan pemerintah yang telah membantu proses pemakaman Ny Ani. Selain itu, dia berharap agar masyarakat mendoakan Ny Ani.
Testimoni tokoh
Sementara itu, sejumlah tokoh dan pejabat negara yang hadir mengenang banyak kebaikan dari Ny Ani.
Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Jenderal (Pol) Tito Karnavian mengatakan, Ny Ani sosok yang menaungi dan mengayomi.
Sementara Menteri Luar Negeri periode 2009-2014 Marty Natalegawa mengenal Ibu Ani sebagai sosok terbuka dan mampu menjadi duta negara. Mendiang disebutnya sangat aktif di berbagai kegiatan internasional sembari mendampingi suami. Dalam setiap aktivitasnya, Ibu Ani membawa nama Indonesia dengan penuh tanggung jawab.
”Saya ingat betul bagaimana beliau bukan hanya secara langsung mewakili Indonesia, tetapi peduli mempelajari budaya dan pandangan negara lain,” ujar Marty.
Marty mengatakan, dirinya banyak mendapat ucapan dukacita dari rekan-rekan di luar negeri. Selama ini Ibu Ani dikenal sebagai sosok yang pandai berinteraksi dengan tamu kenegaraan. Dia juga tak sungkan ambil bagian dalam percakapan dan menyampaikan sesuai kedudukannya sebagai ibu negara.
Bu Ani juga dikenal sebagai sosok yang baik oleh pemimpin-pemimpin daerah. Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, misalnya, bercerita, almarhumah sempat datang memberikan semangat ketika dirinya mencalonkan diri sebagai gubernur. Ganjar juga pernah menemani Bu Ani berwisata kuliner di Kudus dan berziarah ke Solo.
”Beliau sampai makan ndak pakai sendok, pakai tangan, saking nikmatnya. Almarhumah sosok yang selalu memberikan semangat, kehangatan, dan keterbukaan,” kata Ganjar.