Ibu Negara ke-4 Sinta Nuriyah Wahid mengatakan, puasa dapat memadamkan api kebencian dan hoaks. Bangsa Indonesia perlu menyudahi pertengkaran apalagi perpecahan akibat kontestasi politik. Kedepankan kerukunan dan toleransi agar kehidupan berbangsa dan bernegara sejuk dan tenteram.
Oleh
AMBROSIUS HARTO
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS – Ibu Negara ke-4 Sinta Nuriyah Wahid mengatakan, puasa dapat memadamkan api kebencian dan hoaks. Bangsa Indonesia perlu menyudahi pertengkaran apalagi perpecahan akibat kontestasi politik. Kedepankan kerukunan dan toleransi agar kehidupan berbangsa dan bernegara sejuk dan tenteram.
“Kerukunan dan toleransi seperti ini perlu terus dipelihara,” ujar Sinta Nuriyah saat menghadiri sahur bersama masyarakat lintas iman dan warga miskin sekaligus memperingati Hari Lahir Pancasila, Sabtu (1/6/2019), di Gereja Santa Maria Tak Bercela, Surabaya, Jawa Timur. Acara mengambil tema Dengan Puasa Kita Padamkan Api Kebencian dan Hoaks.
Menurut Sinta, istri mendiang Presiden ke-4 Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, sahur bersama di gereja setidaknya punya dua tujuan mulia. Pertama, meneguhkan keyakinan kalangan umat Islam untuk dapat beribadah puasa terutama mereka yang kesulitan ekonomi sehingga sulit atau tidak bisa sahur. Kedua, mendorong kerukunan antarumat beragama dan memelihara sikap toleransi.
Sahur bersama di Gereja SMTB merupakan acara yang diinisiasi oleh Aliansi Nasional Bhinneka Tunggal Ika dengan Yayasan Puan Amal Hayati. Bersama yayasan yang dipimpinnya itu, Sinta Nuriyah sejak 2000 mengadakan program Sahur Keliling dengan sasaran utama kaum miskin dan masyarakat lintas iman dan lintas suku, agama, ras, antargolongan (SARA).
Penting bagi kita untuk meyakini dan mengamalkan Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
Menurut Sinta, program Sahur Keliling dilaksanakan dengan perhatian utama kepada kaum miskin. Mereka patut diberi perhatian dan semangat. Sahur bersama kaum miskin di kolong jembatan, permukiman kumuh, pasar, atau tepi jalan, bagi Sinta, mendatangkan banyak pengalaman dan pelajaran. Mereka perlu terus diperjuangkan agar sejahtera lahir dan batin.
“Penting bagi kita untuk meyakini dan mengamalkan Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” kata Sinta Nuriyah. Puasa juga bisa menjadi sarana untuk memperjuangkan Pancasila dalam ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan.
Tahun ini, Sahur Keliling yang dijalani oleh Sinta Nuriyah diadakan di 36 kabupaten/kota di Jawa, Nusa Tenggara Barat, dan Kalimantan Selatan. Aliansi menjadi panitia mitra yayasan dalam Sahur Keliling di Jakarta Timur, Jakarta Utara, Solo, Yogyakarta, dan Surabaya. Surabaya menjadi lokasi penutup program Sahur Keliling 2019 yang sekaligus bertepatan dengan peringatan Hari Lahir Pancasila.
Di sisi lain, meski tidak berhubungan, 31 Mei 2019 merupakan Hari Jadi Kota Surabaya ke-726 Kota Surabaya. Pemilihan Surabaya sebagai lokasi terakhir Sahur Keliling 2019 setidaknya memberi arti istimewa bagi kalangan warga.
“Saya datang ke sini sengaja untuk sahur bersama, mendengarkan tausiyah, dan jika memungkinkan bersalaman dengan Ibu Sinta, istri mendiang Gus Dur, Presiden yang saya kagumi,” kata Suparto, warga Surabaya.
Koordinator Acara Sahur Bersama FX Ping Teja menambahkan, Sinta Nuriyah yang meminta agar sahur bersama diadakan di Gereja SMTB. “Kami sangat berterima kasih dan tentu bangga karena acara ini merupakan bagian dari upaya memelihara toleransi,” katanya.
Saya datang ke sini sengaja untuk sahur bersama, mendengarkan tausiyah, dan jika memungkinkan bersalaman dengan Ibu Sinta, istri mendiang Gus Dur, Presiden yang saya kagumi,
Adapun acara berlangsung cukup meriah meski persiapan panitia singkat. Sahur bersama itu juga dihiasi oleh pertunjukan musisi jalanan, seni hadrah, lawakan tunggal, dan paduan suara.