Lima hari jelang Lebaran, jumlah penumpang bus antarkota antarprovinsi membeludak di Medan, Sumatera Utara, Jumat (31/5/2019). Tiket bus untuk dua hari ke depan hampir ludes.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Lima hari menjelang Lebaran, jumlah penumpang bus antarkota antarprovinsi membeludak di Medan, Sumatera Utara, Jumat (31/5/2019). Tiket bus untuk dua hari ke depan hampir ludes. Penumpang bus pada angkutan Lebaran tahun ini meningkat dibandingkan dengan tahun lalu seiring meroketnya harga tiket pesawat.
Suasana di sejumlah pul bus di Jalan Sisingamangaraja, Medan, tampak dipadati penumpang, baik yang baru tiba maupun yang hendak berangkat. Penumpang membawa berbagai jenis barang mulai dari tas, kardus, karung, hingga sepeda motor. Para penumpang mengantre di loket untuk memesan tiket keberangkatan beberapa hari ke depan.
”Hari ini sudah mulai memasuki puncak arus mudik. Kami memberangkatkan 20 bus dengan total sekitar 800 penumpang. Semua tiket habis terjual,” kata mandor perusahaan otobus PT Raja Perdana Inti (Rapi) Selamat Simarmata.
PT Rapi memberangkatkan sejumlah bus ke sejumlah kota di Sumatera, seperti Pekanbaru, Dumai, Jambi, dan Palembang. Pada hari biasa, mereka biasanya hanya memberangkatkan sekitar 10 bus dengan tingkat keterisian tempat duduk 50-70 persen. Sejak lima hari belakangan, mereka memberangkatkan 20 bus per hari dan seluruh tempat duduk penuh.
Menurut Selamat, jumlah penumpang pada masa angkutan Lebaran tahun ini lebih tinggi daripada tahun lalu. Tahun lalu, tingkat keterisian bus mereka tidak mencapai 100 persen.
Meskipun jumlah penumpang pada masa angkutan Lebaran meningkat tajam, kata Selamat, mereka hanya menaikkan harga tiket pada batas wajar, yakni 25 persen untuk periode 29 Mei sampai 12 Juni. Tiket Medan-Pekanbaru kelas ekonomi dengan fasilitas AC dan toilet naik dari Rp 195.000 menjadi Rp 245.000 per orang. Untuk rute Medan-Palembang naik dari Rp 410.000 menjadi Rp 515.000.
Andi Sulaiman (45), salah seorang penumpang, mengatakan, ia biasanya mudik ke Palembang bersama keluarganya dengan pesawat terbang. ”Namun, tahun ini kami naik bus karena harga tiket penerbangan murah saja sudah Rp 1,5 juta. Padahal, biasanya hanya Rp 700.000 per orang,” kata Andi.
Menurut Andi, kenaikan harga tiket bus masih dalam batas wajar. Ia pun akhirnya bisa pulang ke kampung halaman bersama istri dan dua anaknya. Ia juga bisa membawa barang lebih banyak. ”Kalau pulang kampung itu wajib bawa oleh-oleh. Kalau naik pesawat, oleh-olehnya pun harus bayar jika harus disimpan di bagasi. Ongkos bagasinya bisa lebih mahal dari oleh-olehnya,” katanya.
Penumpang bandara menurun
Berbeda dengan jumlah penumpang bus yang meningkat, jumlah penumpang di Bandara Kualanamu, Deli Serdang, Sumatera Utara, pada masa angkutan Lebaran tahun ini diperkirakan menurun sekitar 20 persen dibandingkan dengan tahun lalu. Tidak ada tambahan penerbangan pada masa angkutan Lebaran ini di Bandara Kualanamu. Padahal, sebelumnya selalu ada setiap tahun.
Manajer on Duty Bandara Kualanamu Supri Handoyo mengatakan, jumlah penumpang di Bandara Kualanamu pada puncak arus mudik, yakni H-4 dan H-3 tahun ini diperkirakan hanya sekitar 26.000 penumpang per hari. ”Jumlah itu menurun sekitar 20 persen dibandingkan dengan tahun lalu yang mencapai 32.000 orang per hari,” kata Supri.
Menurut Supri, penurunan jumlah penumpang disebabkan mahalnya harga tiket pesawat yang ditawarkan maskapai. Penurunan jumlah penumpang pun sudah terjadi sebelum masa angkutan Lebaran.