JAKARTA, KOMPAS — Kejuaraan Dunia Angkat Besi Yunior IWF 2019 akan dipakai sebagai ajang untuk mencetak generasi baru angkat besi Indonesia. Di kejuaraan ini, Windy Cantika Aisah dan kawan-kawan diharapkan bisa meneruskan estafet prestasi lifter-lifter senior Indonesia.
Pelatih kepala angkat besi Indonesia, Dirdja Wiharja mengatakan, Indonesia sudah lama tidak mempunyai juara angkat besi yunior. “Terakhir kali Eko Yuli Irawan (pada 2007 dan 2009) dan Sri Wahyuni Agustiani (2014). Kami harapkan, generasi sekarang bisa meneruskan prestasi pendahulu mereka,” ujar Dirdja, saat dihubungi dari Jakarta, Kamis (30/5/2019).
Kejuaraan Dunia Angkat Besi Yunior IWF bergulir di Suva, Fiji, pada 1-8 Juni 2019. Tim Indonesia mengirimkan tujuh lifter. Mereka adalah Cantika dan Riska Nur Amanda (49 kg), Juliana Klarisa (55 kg), dan Yuripah Melsandi (64 kg). Di kelompok putra, tim Merah Putih diperkuat oleh Muhammad Faathir (61 kg), Mohammad Yasin (67 kg), dan Rahmat Erwin Abdullah (73).
Dirdja mengatakan, lifter-lifter yang dikirim ke Fiji merupakan pelapis para senior. Cantika dan Riska adalah pelapis lifter peraih medali perak Olimpiade Rio de Janeiro 2016 dan Asian Games 2018, Sri Wahyuni Agustiani. Juliana Klarisa merupakan pelapis Syarah Anggraini. Riska Nur Amanda adalah pelapis lifter putri di kelas berat, Nurul Akmal.
Di tim putra, Faathir menjadi pelapis lifter senior peraih tiga medali Olimpiade, Eko Yuli Irawan. Mihammad Yasin tampil sebagai lifter pelapis Deni. Adapun Rahmat Erwin Abdullah tampil sebagai pelapis lifter senior, Triyatno.
Beberapa atlet yunior sudah bergabung dengan tim angkat besi sejak persiapan Asian Games 2018. Sebagian lainnya baru dipanggil memperkuat tim “Merah Putih” sejak Januari 2019. Di Kejuaraan Dunia Yunior, lifter putri Cantika diharapkan bisa mengumpulkan poin menuju Olimpiade Tokyo 2020. Sementara untuk lifter-lifter yunior lainnya, ajang ini dipakai untuk mengasah mental dan jam terbang menuju Sea Games 2019.
Wakil Ketua Umum PB PABBSI Djoko Pramono menuturkan, sulit melihat adanya kejutan dari penampilan atlet yunior karena ketatnya peta persaingan dunia. Latihan tim angkat besi juga belum maksimal karena dijalani kurang dari setahun. “Kami ingin melihat progres latihan mereka. Mudah-mudahan bisa memberikan yang terbaik,” kata Djoko.
Djoko menjelaskan, kekuatan tim angkat besi Indonesia masa kini ada di pundak lifter-lifter yunior. Oleh karena itu, mereka akan dibina sebaik mungkin untuk menjadi penerus senior. “Generasi yang sekarang bagus-bagus. Angkatan mereka mendekati senior. Mudah-mudahan dalam setahun hingga dua tahun ke depan penampilan semakin baik,” katanya.
Cantika menuturkan, dirinya tidak bisa menjanjikan prestasi di Kejuaraan Dunia Yunior 2019. Namun, Cantika siap tampil maksimal dan menjalankan instruksi pelatih semaksimal mungkin.
Menurut Cantika, instruksi pelatih sangat membantunya memecahkan tiga rekor dunia remaja di Kejuaraan Angkat Besi Asia 2019. Pada kejuaraan yang bergulir di Ningbo, China, April lalu, Cantika mengikir rekor dunia untuk angkatan snatch 80 kg, clean and jerk 97 kg, dan total 177 kg. “Saat itu, saya hanya berusaha maksimal menjalankan perintah pelatih,” katanya.
Dengan hasil itu, Cantika merasa tanggung jawabnya semakin besar. Apalagi dia ditargetkan tampil di Olimpiade Tokyo 2020. Untuk bersaing di Fiji, Cantika berlatih untuk mempertajam kekuatan dasar dan memperbaiki teknik.