Kepadatan Lalu Lintas di Kota Surabaya Semakin Terurai
Warga Kota Surabaya semakin banyak pilihan, akses jalan dari satu wilayah ke wilayah lain, dengan diresmikannya Jembatan Ujung Galuh dan jalan arteri Middle East Ring Road (MERR) atau Jalan Ir Soekarno sepanjang 10,8 kilometer. Jalan MERR, sejak 2012 menjadi rangkaian jalan arteri primer di Kota Pahlawan ini dan bahkan sebagai pintu gerbang Kota Surabaya di wilayah timur.
Oleh
AGNES SWETTA PANDIA
·6 menit baca
SURABAYA, KOMPAS – Warga Kota Surabaya semakin banyak pilihan, akses jalan dari satu wilayah ke wilayah lain, dengan diresmikannya Jembatan Ujung Galuh dan jalan arteri Middle East Ring Road (MERR) atau Jalan Ir Soekarno sepanjang 10,8 kilometer. Jalan MERR, sejak 2012 menjadi rangkaian jalan arteri primer di Kota Pahlawan ini dan bahkan sebagai pintu gerbang Kota Surabaya di wilayah timur.
Keberadaan MERR dengan lebar 30 meter dan dilengkapi taman serta pedesterian 10 meter, kepadatan lalu lintas di Kota Surabaya semakin terurai. Tersambungnya MERR dari Jalan Kenjeran hingga Gunung Anyar, tak hanya membuat harga tanah di wilayah ini semakin mahal. Sepanjang Jalan Ir Soekarno itu menjadi bak "bumi" baru di Surabaya karena hampir seluruh restoran dan kafe serta tempat usaha lain berlomba membuka cabang di sepanjang MERR.
Proyek pembangunan MERR ini tertuang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Surabaya Tahun 2014 - 2034. Selain itu, jalan MERR juga salah satu prioritas pembangunan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kota Surabaya Tahun 2016 - 2021. Dengan adanya jalan ini, diharapkan menjadi solusi untuk mengatasi permasalahan lalu lintas, yaitu kemacetan yang ada di koridor utara – selatan di wilayah tengah Kota Surabaya.
Wali Kota Surabaya Tri Rsimaharini pada Jumat (31/5/2019), persis pada Hari Jadi Kota Surabaya ke 726 mengatakan, sepanjang tahun ini ada banyak fasiltas umum terumata jalan dan jembatan yang bisa dinikmati oleh warga Surabaya. Pembangunan MERR sempat tertahan di Jalan Rungkut Madya karena terhanjal pembebasan tanah. Kini rangkaian MERR dari Jalan Kenjeran hingga Gunung Anyar sudah tembus.
Alhamdulillah juga bisa kelar, meskipun prosesnya agak lama dengan aturan yang baru
Risma mengatakan selama ini pembebasan lahan untuk pengerjaan Jalan MERR, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya dibantu dengan Kejaksaan Negeri (Kejari) Surabaya. Sehingga proses pengerjaannya bisa sesuai waktu yang ditetapkan. Keberadaan MERR sangat penting untuk mengurangi kepadatan arus lalu lintas di tengah kota. “Alhamdulillah juga bisa kelar, meskipun prosesnya agak lama dengan aturan yang baru,” kata Wali Kota Risma saat peresmian Jalan MERR di Gunung Anyar Surabaya, Kamis, (30/5/2019).
Setelah ini Pemkot Surabaya akan meneruskan pengerjaan Jalan Lingkar Luar Timur (JLLT), lalu melakukan pengerjaan Jalur Lingkar Luar Barat (JLLB). “Untuk proyek box culvert tahun depan harus selesai. Kemudian mulai menggarap penjebolan dari Jalan Wiyung sampai ke Jalan Lakarsantri,” kata Risma.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Pematusan (DPUBMP) Kota Surabaya, Erna Purnawati, mengatakan total panjang Jalan MERR mencapai 10,8 kilometer, dimulai Jalan Kenjeran hingga Jembatan (Tol) Tambak Sumur Sidoarjo.
Jalan MERR terbagi menjadi tiga segmen, pertama Merr 2a mulai Jalan Kenjeran sampai perempatan Kampus C Universitas Airlangga (UNAIR) Surabaya. MERR 2b mulai perempatan Kampus C UNAIR sampai perempatan Jalan Arif Rahman Hakim. Sementara MERR 2c, mulai perempatan Jalan Arif Rahman Hakim sampai Jembatan / Tol Tambak Sumur.
“Setidaknya, untuk menyelesaikan pembangunan Jalan MERR tersebut, Pemkot Surabaya telah melakukan pembebasan persil lahan sebanyak 608. Pembebasan lahan dilakukan mulai tahun 2009 sampai 2018 dengan anggaran total mencapai Rp 392.171.413.000," kata Erna.
Untuk jalan MERR 2c segmen Gunung Anyar dibangun menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Surabaya. Erna mengungkapkan, MERR 2c atau segmen Gunung Anyar, panjang jalan mencapai 1,8 kilometer.
Jalan ini memiliki 2 jalur dan 3 lajur, dengan lebar jalan mencapai 40 meter. Namun, untuk lebar badan jalan 30 meter dan sisa 10 meter digunakan pedestrian dan saluran air di tengah.
Saat ini, MERR 2c sisi timur atau arah luar kota sudah dibuka, sementara sisi barat arah dalam kota dalam tahap rekonstruksi. Anggaran sekitar Rp 297 miliar digunakan untuk pembebasan dan fisik pembangunan jalan
“Saat ini, MERR 2c sisi timur atau arah luar kota sudah dibuka, sementara sisi barat arah dalam kota dalam tahap rekonstruksi. Anggaran sekitar Rp 297 miliar digunakan untuk pembebasan dan fisik pembangunan jalan," jelasnya.
Mengurangi kepadatan
Sementara itu, Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Surabaya, Irvan Wahyudrajat, mengatakan Jalan MERR 2c ini mampu mengurangi kepadatan arus lalu lintas yang cukup signifikan biasa terjadi di tengah kota seperti Jalan Ahmad Yani Surabaya. Ia menyebut, sebelum ada Jalan MERR 2c, saat sore hari antrian panjang kendaraan di tengah kota ke arah Sidoarjo bisa menyentuh Masjid Al-Falah Raya Darmo dan Jalan Diponegoro.
"Sehingga ketika ada pembebanan (kendaraan) yang kemudian dialihkan ke MERR 2c, kepadatan lalu lintas di tengah kota bisa berkurang kisaran 40-60 persen harian lalu lintas rata-rata. Sehingga sekarang tidak terjadi lagi antrian sampai ke Masjid Al-Falah Raya Darmo," kata Irvan.
Irvan menjelaskan berdasarkan kesepakatan dan kajian bersama Forum Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ), batas kecepatan kendaraan yang diperbolehkan melaju di Jalan MERR 2c maksimal 40 kilometer. Berdasarkan evaluasi yang dilakukan Dishub Surabaya, selama dua minggu terjadi peningkatan volume kendaraan. "Sekarang dilakukanpemasangan kamera pemantau (CCTV). Tapi ke depan akan dilengkapi dengan Rambu Pendahulu Petunjuk Jalan (RPPJ) dan speed kamera pemantau kecepatan," pungkasnya.
Surabaya barat
Setelah Patung Suro dan Boyo, lalu Jalan Middle East Ring Road (MERR) diresmikan, kali ini Pemkot Surabaya membuka sekaligus meresmikan Underpass Bundaran Satelit Jalan Mayjend Sungkono Surabaya, Jumat sore. Proyek pengurai kemacetan di wilayah Surabaya Barat ini menjadi yang pertama di kota dengpan penduduk 3,2 juta jiwa ini.
Proyek ini menurut Risma merupakan hasil sumbangan dana dari pengembang di wilayah Surabaya Barat, sedangkan untuk pengaspalan dan pekerjaan utilitas, dikerjakan oleh pemkot. "Tujuan dibangunnya sarana ini untuk memecah kemacetan lalu lintas di bundaran Satelit. Karena selama ini kawasan Surabaya barat berkembang dengan pesat,” ujarnya.
Jalur underpass ini memiliki panjang 450 meter, lebar jalur 16,8 meter. Jalan ini memiliki 4 lajur dengan 2 arah pembagi. Sementara untuk kelandaian jalan sekitar tiga persen. Sebelumnya terdapat 4 titik simpang, sekarang tinggal 2 simpang, sehingga jumlah Traffic Light (TL) juga berkurang.
Menurut Irvan sebelum ada underpass dan overpass, untuk menuju Jalan HR Muhammad dari Jalan Mayjend Sungkono, dibutuhkan waktu 10 menit. Dengan adanya underpass hanya membutuhkan waktu 2 menit. ”Underpass ini bisa mengurangi 51,4 persen panjang antrean pada simpang bundaran Satelit, sehingga kemacetan otomatis berkurang di kawasan tersebut,” ujarnya.
Selain itu, Dishub Surabaya juga melakukan pengaturan arus lalu lintas di overpass jalur sisi barat pergerakan utara – selatan dan jalur sisi timur, pada pergerakan selatan – utara. Selain melakukan rekayasa lalin, Dishub Kota Surabaya juga memasang empat titik kamera CCTV di lokasi tersebut.
Sementara Ketua Persatuan Perusahaan Realestat Indonesia (REI) Jawa Timur, Danny Wahid mengatakan proyek ini merupakan sumbangsih dari 19 pengembang di wilayah Surabaya barat.
Melalui bantuan tersebut, pihaknya ingin masyarakat tahu, bahwa pengembang tidak hanya membuat bangunan tapi juga memberikan sumbangan kepada masyarakat. “Ini menurut saya embrio yang bagus, mungkin ke depan bisa ada seperti ini lagi dan diikuti oleh organisasi lain,” katanya.