Pertumbuhan ekonomi dunia belum beranjak dari ketidakpastian. Hal itu menyebabkan berbagai lembaga ekonomi dunia mengoreksi pertumbuhan ekonomi dunia. Di sisi lain, negara-negara di dunia, termasuk Indonesia, mencoba mencari ruang pertumbuhan.
Dana Moneter Internasional (IMF) menyebutkan, ekonomi dunia diperkirakan hanya tumbuh 3,3 persen pada tahun ini. Adapun Organisasi negara-negara Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) memproyeksikan ekonomi dunia turun drastis dari perkiraan awal 3,7 persen menjadi 2,6 persen.
Perang dagang Amerika Serikat dan China masih disebut-sebut sebagai biang keladi utama. Namun, dunia tidak tinggal diam. Baik APEC maupun IMF menyebutkan, negara-negara di dunia atau yang terikat dengan kerja sama ekonomi regional tetap berdaya tahan. Mereka mempunyai cara untuk bertahan hidup di tengah tekanan ketidakpastian ekonomi global.
Dalam Forum Ekonomi Astana di Kazakhstan pada 16 Mei 2019, Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde mengatakan, ”Kita tengah berada di sabana. Inspirasi apa yang bisa kita berikan terhadap lingkungan dan kondisi kita untuk menggapai pertumbuhan yang lebih tinggi?”
Dalam pidatonya berjudul ”Finding a Path to the Higher Plain of Inclusive Growth”, Lagarde juga mengutip kata-kata penyair Kazakhstan, Abai Qunanbaiuly, yaitu ”Sambil berjalan perlahan, melangkah dengan percaya diri”. Lagarde mengajak para perwakilan pemimpin dunia yang hadir dalam forum itu untuk ’sembari berjalan perlahan, melangkah dengan percaya diri’ mencari jalan kecil menuju pertumbuhan inklusif yang tinggi dan berkelanjutan.
Lagarde mengajak perwakilan pemimpin dunia yang hadir dalam forum itu untuk ’sembari berjalan perlahan, melangkah dengan percaya diri’ mencari jalan kecil menuju pertumbuhan inklusif yang tinggi dan berkelanjutan.
Christine Lagarde mengajak para perwakilan pemimpin dunia yang hadir dalam forum itu untuk ’sembari berjalan perlahan, melangkah dengan percaya diri’ mencari jalan kecil menuju pertumbuhan inklusif yang tinggi dan berkelanjutan.
Dalam pertemuan Para Menteri yang Bertanggung Jawab di Bidang Perdagangan (MRT) APEC di Vina del Mar, Chile, 17-18 Mei 2019, APEC menentukan jalan kecil itu. Pertumbuhan inklusif negara dan kawasan menjadi kunci.
APEC fokus memperdalam integrasi ekonomi regional. APEC juga menyerukan pentingnya reformasi Organisasi Perdagangan Dunia dan sistem perdagangan multilateral di tengah arus proteksionisme.
Untuk mencapainya, APEC memiliki empat prioritas. Pertama meningkatkan partisipasi perempuan, usaha kecil menengah, dan pertumbuhan inklusif. Kedua membangun masyarakat digital. Ketiga mengintegrasikan teknologi 4.0. Keempat mengedepankan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.
APEC juga berkomitmen menyediakan ruang kerja dan ruang hidup bagi masyarakat yang terpinggirkan akibat percaturan ekonomi dan perdagangan global. Hal itu dilakukan dengan cara memajukan inklusi ekonomi, keuangan, dan sosial, termasuk upaya mendorong pembangunan perdesaan dan meningkatkan standar kehidupan.
Dalam MRT APEC 2019, Pemerintah Indonesia yang diwakili Kementerian Perdagangan menyerukan pentingnya meningkatkan perdagangan yang adil di tengah ketidakpastian ekonomi global akibat perang dagang. Pembuatan Perjanjian Perdagangan Bebas Asia-Pasifik (FTAAP) harus berpijak pada prinsip inklusif, mengurangi kesenjangan pembangunan antarnegara, dan mengatasi kemiskinan.
FTAAP perlu mengedepankan kesejahteraan masyarakat dan pemerataan ekonomi, bukan semata-mata menguntungkan pelaku usaha. Selain itu, APEC perlu mengantisipasi transformasi digital yang dapat mendisrupsi sumber-sumber ekonomi lama dan tenaga kerja.
Tak heran Ketua APEC sekaligus Menteri Luar Negeri Chile Roberto Ampuero membuka forum itu dengan menjelaskan makna instalasi di tengah ruang sidang. Instalasi itu berupa alat-alat kerja nelayan dan petani serta lentera.
Artinya, di tengah kondisi ketidakpastian ekonomi global, para perwakilan negara juga diajak tetap memperhatikan masyarakat kecil. Memberikan ruang hidup, kerja, dan meningkatkan kapasitas mereka. Memasukkan mereka ke dalam rantai pasok global, baik melalui kolaborasi dengan perusahaan besar maupun memajukan usaha kecil mereka dengan memanfaatkan teknologi digital, menjadi salah satu komitmen APEC.
Indonesia juga berupaya meningkatkan kapasitas UKM dan memperluas pasar ekspor ke negara-negara nontradisional. Salah satunya dengan El Mercado Común del Sur (Mercosur). Mercosur merupakan blok kerja sama ekonomi regional yang kini beranggotakan Argentina, Brasil, Uruguay, dan Paraguay. Dengan Chile, Indonesia pada Agustus tahun ini siap mengimplementasikan Kerja Sama Ekonomi Komprehensif Indonesia-Chile (IC-CEPA).
Di tengah ketidakpastian ekonomi, terutama perdagangan dunia, peluang atau jalan kecil itu diperlukan. Tentu tak sekadar komitmen ikatan kerja sama ekonomi, tetapi juga keseriusan mengimplementasikannya. Dalam konteks nasional, keberlanjutan merintis jalan kecil sangat diperlukan. (Hendriyo Widi)