KH Tolchah Hasan Sosok yang Sangat Peduli Pendidikan
Menteri Agama di era Pemerintahan Presiden Abdurachman Wahid, KH M Tolchah Hasan dikenal sebagai sosok yang sangat peduli dengan dunia pendidikan. Sejumlah lembaga pendidikan hingga klinik kesehatan, baik di Malang maupun luar daerah, lahir dari pemikiran almarhum.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·2 menit baca
MALANG, KOMPAS-Menteri Agama di era Pemerintahan Presiden Abdurachman Wahid, KH M Tolchah Hasan dikenal sebagai sosok yang sangat peduli dengan dunia pendidikan. Sejumlah lembaga pendidikan hingga klinik kesehatan, baik di Malang maupun luar daerah, lahir dari pemikiran almarhum.
KH Tolchah Hasan meninggal dunia Rabu (29/5/2019), sekitar pukul 14.10, di Rumah Sakit Syaiful Anwar Malang. Jenazah almarhum dikebumikan Rabu (29/5) malam, usai Shalat Tarawih, di makam keluarga di Pesantren Bungkuk, Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Sebelum dibawah ke rumah duka di Jalan Ronggolawe 22 Kelurahan Pagentan, Singosari, untuk dimakamkan, jenazah sempat dishalatkan di masjid Universitas Islam Malang (Unisma) dan Masjid Sabilillah di Kota Malang.
Salah satu menantu almarhum, Hardardi Airlangga, menuturkan, almarhum tidak hanya berkecimpung di dunia politik tetapi juga pendidikan. Bahkan, keterlibatan almarhum di dunia pendidikan lebih lama dibandingkan politik.
“Beliau pernah ikut menggagas berdirinya Partai Kebangkitan Bangsa bersama Gus Dur (Presiden Abdurachman Wahid) namun sebentar. Justru yang lama di bidang pendidikan,” ujarnya.
Beberapa lembaga pendidikan yang didirikan oleh teman sejawat Gus Dur ini, antara lain mendirikan Unisma, Lembaga Pendidikan Islam Sabilillah, dan Lembaga Pendidikan Al Maarif Singosari. “Di Riau dan Samarinda (Kalimantan Timur) juga ada pondok pesantren modern,” ucapnya.
Beliau pernah ikut menggagas berdirinya Partai Kebangkitan Bangsa bersama Gus Dur (Presiden Abdurachman Wahid) namun sebentar. Justru yang lama di bidang pendidikan
Almarhum, kata Hardardi, merupakan pemimpin yang mengayomi. Salah satu kata KH Tolchah yang ia ingat adalah “jangan bersaing dengan anak buah”. Karena itu, saat menjadi pemimpin partai dia memersilahkan kader-kadernya untuk bisa masuk lembaga legislatif.
Sebagai politikus dan agamawan, gaya bicara almarhum selalu memberi petunjuk tentang kehidupan. Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama ini juga demokratis. Semua anaknya tidak ada yang menuntut ilmu di sekolah agama namun aktivitas mereka di Nahdlatul Ulama tetap berjalan.
“Waktunya banyak dicurahkan kepada umat. Sayangnya kepada keluarga juga luar biasa. Misalnya, tahun 2019 ini, beliau minta umroh bersama keluarga dan cucu,” ucapnya.
Sementara itu Pelaksana Tugas Bupati Malang M Sanusi yang hadir dalam pemakaman dan mewakili masyarakat Malang, mengatakan, banyak jasa yang telah diberikan oleh almarhum. Hidupnya didedikasikan untuk pendidikan, menjadikan masyarakat Malang yang intelektual dan islami.
“Muridnya ribuan. Unisma menjadi salah satu buah pemikirannya, menjadi universitas NU terbesar di dunia. Semoga saat ini kita bisa melanjutkan perjuangannya,” katanya.
Menurut Sanusi saat ini ada 80 hektar lahan di Karangploso (Kabupaten Malang) yang akan menjadi area pengembangan Unisma. Sanusi juga mendapat tugas dari almarhum untuk mencari lahan di wilayah Malang selatan guna pengembangan beberapa fakultas dengan tujuan agar pendidikan di Kabupaten Malang merata.