Ketika Arek Suroboyo Merajut Asa Murid Sekolah Dasar Negeri Obel-obel
Setelah menempuh perjalanan selama tiga jam dari Bandara Internasional Lombok, Nusa Tenggara Timur, rombongan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini bersama 10 siswa SD dan SMP tiba di SDN Obel-obel 1, Kecamatan Sambelia, Kabupaten Lombok Timur. Acara inti adalah penyerahan gedung sekolah tahan gempa dari Pemerintah Kota Surabaya kepada Pemerintah Kabupaten Lombok Timur.
Setelah menempuh perjalanan selama tiga jam dari Bandara Internasional Lombok, Nusa Tenggara Timur, rombongan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini bersama 10 siswa SD dan SMP tiba di SDN Obel-obel 1, Kecamatan Sambelia, Kabupaten Lombok Timur. Acara inti adalah penyerahan gedung sekolah tahan gempa dari Pemerintah Kota Surabaya kepada Pemerintah Kabupaten Lombok Timur.
Penyerahan bangunan gedung sekolah tahan gempa yang menelan biaya sekitar Rp 1,5 miliar ini pada Selasa (28/5/209) disaksikan pula oleh 10 siswa SD dan SMP dari Surabaya sebagai perwakilan penyumbang.
”Setiap Pemkot membuka posko bencana di Taman Surya, banyak anak-anak sekolah yang menyumbangkan uang dengan membawa langsung celengannya. Jadi, celengan itu dipecahkan di depan petugas yang jaga posko,” ujar Aulia Izza, siswa SDN Kandangan, yang ikut menyerahkan bangunan sekolah pada Selasa (28/5/2019).
Begitu Risma dan rombongan tiba di lokasi sekolah, senyum terpancar dari semua siswa dan wali murid yang sudah berbaris menyambut tamu. Mereka tampak gembira karena sebentar lagi bisa belajar di ruang kelas yang baru dan tahan gempa.
Baca juga: Bantuan bagi Penyandang Difabel
Baca juga: Bantuan Warga Surabaya Kembali Dikirim ke Lombok
Selama acara seremonial, satu dua siswa yang hadir sempat mengintip dan mencoba masuk ke ruang kelasnya yang masih kosong, tanpa meja dan kursi. Mereka yang setahun terakhir belajar di sekolah darurat di lokasi itu sepertinya tak sabar ingin menjajal ruang kelas yang baru.
Memang, bencana gempa bertubi-tubi di Lombok Timur sempat mengubur harapan mereka. Tak hanya rumah, sekolah mereka pun luluh lantak dan rusak parah. Sementara lokasi desa dari Kota Mataram berjarak 99,2 kilometer sehingga ditempuh paling tidak tiga jam perjalanan.
Posisi Desa Obel-obel diimpit Gunung Rinjani dan laut lepas. Jadi, ketika gempa meluluhlantakkan desa, bantuan pun lama baru tiba. Sebenarnya bantuan cepat mengalir ke Mataram, tetapi untuk sampai di lokasi seperti di Lombok Timur selalu terhadang di Lombok Tengah. Bantuan dari Surabaya pun sempat ditahan di Lombok Tengah, tetapi dengan segala upaya bisa lolos ke sasaran di Lombok Timur.
Belum tersentuh bantuan
Begitu ada bencana di Lombok Timur, Risma langsung membuka posko bencana di Taman Surya. Bantuan segera mengalir, termasuk uang tunai dari pelajar SD dan SMP. Setelah memberangkatkan bantuan berupa tandon air, pompa air, tenda, dan makan serta kebutuhan sehari-hari warga, Risma mengirim tim teknis ke lokasi.
”Tolong cari daerah yang paling jauh dari Kota Mataram, dengan kondisi kerusakan sangat parah, tetapi belum tersentuh bantuan. Informasi yang saya terima, ya, Desa Obel-obel ini,” begitu Risma mengulang pesannya kepada tim teknis yang berangkat tiga hari setelah bencana terjadi.
Tolong cari daerah yang paling jauh dari Kota Mataram, dengan kondisi kerusakan sangat parah, tetapi belum tersentuh bantuan. Informasi yang saya terima, ya, Desa Obel-obel ini.
Pada kesempatan itu, Risma juga memperkenalkan 10 pelajar dari Surabaya kepada hadirin sekaligus menyerahkan sejumlah perangkat pembelajaran dan olahraga, seperti bola dan raket. Saat itu, pelajar Surabaya memberikannya langsung kepada siswa-siswi SDN Obel-obel 1. Mereka pun bersalaman dan berpelukan serta bermain sekejap. ”Ayo, diserahkan sendiri bola dan raketnya,” ujar ibu dari dua anak ini kepada siswa dari Surabaya.
Baca juga: Siswa Surabaya Bantu Gedung Sekolah di Lombok Timur
Karena saat itu bola masih kempes, para siswa itu lantas berbaur dan saling membantu memompa bola, lalu bermain bersama sekitar 20 menit. Risma menjelaskan alasan mengajak siswa SD dan SMP ke desa itu agar anak-anak mengerti dan mengetahui bahwa ada teman-teman mereka yang tidak seberuntung mereka. ”Karena mereka ini yang memang menyumbang. Jadi, sumbangannya ada yang Rp 500 dan Rp 1.000. Mungkin dari uang saku mereka,” katanya.
Menurut Risma, ia sengaja meminta anak-anak untuk ikut urunan. Bahkan, ia tidak mempermasalahkan meskipun donasi yang disumbangkan itu uang receh. Namun, di balik itu semua, ada pesan, yakni ingin mengajarkan kepada pelajar Surabaya untuk selalu peduli kepada saudara-saudaranya yang terkena musibah.
Membuat senang
Kehadiran teman sesama murid sekolah membuat senang hati Yesi Oktabila, siswa SDN Obel-obel 1. Berkali-kali dia menyampaikan terima kasih kepada Wali Kota Risma. Bahkan, berkali-kali dia bersama teman-temannya minta bersalaman sambil mengucapkan terima kasih kepada Risma. ”Saya tidak tahu Bu Risma, tetapi karena dia sudah membantu membuatkan kami sekolah, saya yakin dia orang hebat,” kata Yesi.
Ia mengatakan semakin semangat sekolah dan belajar untuk mencapai cita-citanya karena sudah ada sekolah baru. Apalagi, sekolah baru itu tahan gempa sehingga dia tidak khawatir lagi kalau lagi belajar di kelas kemudian ada gempa seperti sebelum-sebelumnya.
”Dulu waktu ada gempa, saya dan teman-teman langsung lari, dan masih ada teman yang kena reruntuhan, terluka telinga dan kakinya. Dengan sekolah baru, kami tidak takut lagi akan gempa karena sekolah tahan gempa. Terima kasih, Bu Risma,” kata siswa kelas V itu.
Bupati Lombok Timur M Sukiman Azmy mengatakan telah membuktikan sendiri bahwa bangunan sekolah SDN Obel-obel 1, Kecamatan Sambelia, Kabupaten Lombok Timur, tahan terhadap getaran gempa. Gedung sekolah yang merupakan donasi masyarakat Surabaya dan bantuan Pemkot Surabaya itu memang didesain dengan konstruksi bangunan tahan terhadap getaran gempa.
”Sudah saya buktikan, saat gempa yang terakhir M 5,8 menggoyang Lombok Timur, bangunan (sekolah) ini gentengnya satu pun tidak ada yang jatuh, apalagi bangunannya,” kata Sukiman.
Dia menyebut, berkat kerja sama semua pihak serta tim ahli bangunan yang dikirim oleh Wali Kota Risma, gedung sekolah SDN Obel-obel 1 ini akhirnya rampung sehingga bisa segera digunakan. ”Pemkot Surabaya tak hanya membangun sekolah, tetapi juga mengirim tim teknis dan arsitek,” ujarnya.
Atas dasar itulah, kemudian Sukiman memberikan pemahaman kepada masyarakat Lombok Timur agar ke depan jika mendirikan bangunan rumah yang tahan terhadap gempa. Sebagaimana yang sudah diberi contoh Pemkot Surabaya, terutama Risma, yang terus memberikan instruksi kepada stafnya untuk meneliti dan merekonstruksi bangunan SDN Obel-obel 1 agar tahan terhadap getaran gempa.
”Mudah-mudahan kehadiran Ibu membawa berkah bagi kami, membawa manfaat bagi masyarakat kami. Jelas sekolahnya sudah ada dan insya Allah sekolah ini segera digunakan,” ujarnya.
Bupati Sukiman menyampaikan, selama ini Pemkot Surabaya telah banyak membantu warga terdampak gempa di Lombok. Ia menyebut, Pemkot Surabaya merupakan satu di antara tiga pemerintah daerah yang memberikan bantuan terbesar kepada Pemkab Lombok Timur. Bantuan Pemkot Surabaya sejak awal gempa pada Juli 2018 ialah mendatangkan bantuan berupa makanan, pakaian, selimut, bahkan yang dibutuhkan anak-anak dan kaum ibu.
Dalam kesempatan itu, Wali Kota Risma mengatakan, bangunan sekolah SDN Obel-obel 1 dibangun dari donasi masyarakat Surabaya dan bantuan Pemkot Surabaya. Sebelum memulai pembangunan gedung sekolah tersebut, ia menyatakan telah berkoordinasi dengan tim ahli supaya konstruksi bangunannya tahan terhadap getaran gempa. ”Proses pembangunan agak lama karena Pemkot minta tim Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya (ITS) untuk mendesain ulang agar bangunannya tahan getaran gempa,” katanya.
Tak hanya itu, bahkan sebelum mulai melakukan pembangunan, Wali Kota Risma sempat memikirkan bagaimana menyediakan kebutuhan air bersih. Karena lokasinya yang berada di atas ketinggian karena berada di kaki Gunung Rinjani, air sulit untuk naik.
”Saya membayangkan ketika air tidak bisa naik. Saya sampai buat gambar untuk bagaimana menarik air dari bawah ke atas. Jadi, dari bawah ditarik pakai tandon sehingga tandon pun dikirim karena daerah itu sulit air,” katanya.
Bangunan sekolah senilai Rp 1,5 miliar itu konstruksinya memang sengaja dibuat agar tahan terhadap getaran gempa mengingat struktur tanah di Lombok yang dinilai rawan. Bahkan, dia mengatakan terus melakukan evaluasi saat proses pembangunan sekolah itu berlangsung. Harapannya, sekolah itu ke depan dapat terus bertahan jika terjadi gempa dan utamanya supaya anak-anak merasa aman dan nyaman ketika menempuh pendidikan.
Misi membangun gedung SD Obel-obel adalah untuk merajut asa sesama anak bangsa yang setahun lalu diguncang gempa. Risma menegaskan, gedung SDN Obel-obel 1 tersebut didesain tahan gempa. Hal itu dilakukan guna mengantisipasi kembali terjadinya gempa di wilayah rawan tersebut.
Terkait biaya pembangunan sekolah tersebut, Risma menyebutkan, anggaran yang dihabiskan mencapai Rp 1,567 miliar. ”Ini anggarannya Rp 1,567 miliar. Kalau di Surabaya ini sudah bisa jadi gedung dua lantai. Tetapi, karena ini harus diperkuat supaya tahan gempa, harganya agak mahal,” ujar perempuan wali kota pertama di Surabaya itu.
Awalnya anggaran Rp 800 juta sama mebel, setelah dihitung ulang habisnya Rp 1,5 miliar lebih, karena supaya tahan gempa. Itu belum termasuk mebelnya. Insya Allah nanti Pemkot Surabaya mencarikan mebel untuk mengisi semua ruang kelas.
Anggaran yang dihabiskan memang melenceng dari perkiraan awal. Awalnya, Pemkot Surabaya menyiapkan anggaran Rp 800 juta untuk membangun ulang SDN Obel-obel 1 yang rusak parah waktu itu. Namun, setelah dihitung ulang, biaya yang dibutuhkan lebih mahal karena harus dirancang tahan gempa.
”Awalnya anggaran Rp 800 juta sama mebel, setelah dihitung ulang habisnya Rp 1,5 miliar lebih, karena supaya tahan gempa. Itu belum termasuk mebelnya. Insya Allah nanti Pemkot Surabaya mencarikan mebel untuk mengisi semua ruang kelas,” kata Risma.
Baca juga: Dua Gedung Sekolah bagi Korban Gempa Lombok
Kepala Bagian Administrasi Kesejahteraan Rakyat Pemkot Surabaya Imam Siswandi mengatakan, bantuan pembangunan SDN Obel-obel ini terdiri dari gedung sekolah satu lantai seluas 583 meter persegi dan rumah dinas kepala sekolah seluas 49 meter persegi. Gedung sekolah itu terdiri dari 6 ruang kelas, 1 perpustakaan, 1 ruang guru, dan 8 toilet.
”Pembangunan gedung murni dari Pemkot Surabaya. Karena bangun lama rusak parah, harus dirobohkan, dan lantas dibangun baru dari awal. Jadi, bukan sekadar renovasi,” ujarnya.
Ia juga memastikan bahwa biaya untuk membangun sekolah ini berasal dari sumbangan atau donasi para pelajar Surabaya, warga Surabaya, dan jajaran Pemkot Surabaya. Secara keseluruhan, pembangunan sekolah ini menelan biaya sebesar Rp 1.567.815.000. ”Bangunan gedung ini dirancang tahan gempa, pembangunannya dimulai November 2018 dengan tenggat enam bulan,” ujarnya.