Selama Ibu Kota belum aman, hidup polisi pun penuh ketidakpastian. Mereka harus berada di garda terdepan saat kerusuhan. Tidak ada yang menjamin kapan mereka kembali ke rumah. Bisa jadi, Lebaran ini mereka jauh dari anak-istri.
Oleh
Wisnu Aji Dewabrata
·4 menit baca
Selama Ibu Kota belum aman, hidup polisi pun penuh ketidakpastian. Mereka harus berada di garda terdepan saat kerusuhan. Tidak ada yang menjamin kapan mereka kembali ke rumah. Bisa jadi, Lebaran ini mereka jauh dari anak-istri.
Bripka Halim La Ata (43), anggota Sabhara Polres Bitung, Polda Sulawesi Utara, duduk santai di belakang Gedung Bawaslu, Jakarta Pusat, Selasa (28/5/2019). Halaman belakang Gedung Bawaslu menjadi tempat istirahat anggota Polri dan TNI. Mereka tidur beralas matras atau tempat tidur lipat di sela tumpukan perlengkapan anti huru-hara.
Halim adalah salah satu dari ribuan personel Polri yang didatangkan ke Jakarta untuk pengamanan pasca-pemilu. Halim tiba di Jakarta pada 19 Mei 2019. Mereka awalnya ditempatkan di Polres Metro Depok sebelum dipindahkan ke Gedung Bawaslu.
”Kami sudah 10 hari meninggalkan rumah. Belum tahu sampai kapan. Kami siap sampai kapan pun, tetapi mudah-mudahan situasi aman. Kami juga ingin Lebaran bersama keluarga. Semoga bisa pulang sebelum Lebaran. Itu doa kami semua,” ujar ayah empat anak itu.
Pengalaman paling tidak mengenakkan Halim adalah saat salah satu anaknya muntah dan diare karena keracunan makanan, sementara Halim sedang bertugas di Jakarta. Maka, jalan satu-satunya adalah meminta tolong tetangganya untuk mengantar anaknya ke rumah sakit.
”Saya telepon tetangga saya, minta tolong. Setelah dirawat tiga hari baru reda. Kalau anak sakit, saya pasti panik,” kata Halim.
Menghapus rindu
Telepon dan telepon video adalah satu-satunya cara untuk menghapus kerinduan kepada keluarga. Setiap malam Halim mengobrol dengan anak dan istrinya melalui sambungan telepon atau telepon video.
Halim hanya melakukan telepon video pada malam hari. Alasannya kalau siang hari terlihat jelas kondisi para prajurit di lapangan.
”Masak saya mau perlihatkan kondisi begini sama anak-bini. Nanti mereka di sana terharu. Kasihan bapakku. Kami harus jaga perasaan mereka di sana. Pesan dari keluarga, hati-hati di sana (Jakarta),” ucapnya.
Brigadir Apon Diko (34), anggota Sabhara Polres Bitung, Polda Sulawesi Utara, juga mengandalkan telepon dan telepon video untuk mengobrol dengan istri dan tiga buah hatinya.
”Pesan dari keluarga cuma hati-hati di jalan. Keluarga sudah tahu kalau di Jakarta mungkin rusuh. Keluarga merasa khawatir, mereka selalu menelepon saya supaya jaga kesehatan. Saya pun tiap hari menelepon atau video call,” katanya.
Apon ditugaskan menjaga kantor KPU saat kerusuhan 21-22 Mei 2019. Sebongkah batu yang dilempar dari kerumunan massa menghantam punggungnya dan meninggalkan memar. Meskipun massa beringas dan terus memprovokasi, para anggota Polri harus bergeming.
Apon menuturkan, perintah atasan kepada prajurit adalah jaga diri dan tidak usah melawan. Polisi di lapangan hanya membawa tameng dan tongkat. Adapun luka akibat lemparan batu, botol, atau petasan adalah risiko yang harus dihadapi.
”Dari pimpinan belum tahu sampai kapan (di Jakarta). Pokoknya sampai kondusif, sampai betul-betul aman baru kami ditarik semua. Harapan saya mudah-mudahan cepat aman kondusif supaya kita bisa kembali bersama keluarga, bisa Lebaran sama-sama,” ucapnya.
Khawatirkan keluarga
Bripka Suparman, anggota Brimob Polda Metro Jaya, mengaku waswas ketika perusuh menyerang asrama Brimob di Petamburan, Jakarta Barat. Suparman dan keluarganya tinggal di asrama Brimob Kwitang, Jakarta Pusat.
”Waktu asrama Brimob Petamburan menjadi sasaran rasanya waswas juga takutnya merembet ke asrama Kwitang. Malam itu semua sudah siaga. Tapi, saya waswas karena anak istri, kan, di asrama,” ujarnya.
Suparman mengatakan, meskipun tinggal di Jakarta, keluarganya tetap mengkhawatirkan dirinya. Keluarganya selalu menelepon menanyakan kondisinya.
Saat situasi genting, Suparman tidak pulang lima hari dari tanggal 21 sampai 24 Mei. Dia hanya pulang semalam tanggal 25 Mei, lalu paginya sudah siap di kantor Bawaslu.
”Kami berada di tengah kubu 01 maupun 02 supaya tidak bentrok, tapi malah dilempari. Kalau massa beringas, kami ikuti komando pimpinan. Kalau tidak boleh maju, ya, kami tidak maju. Kami berusaha sabar karena kami memang dilatih untuk sabar,” katanya.
Harapan Suparman sama dengan harapan Halim dan Apon. Mereka berharap Jakarta cepat aman agar semua bisa merayakan Lebaran bersama keluarga tercinta.