Ketidakpastian ekonomi global yang menekan perekonomian banyak negara diperkirakan masih akan terus berlangsung. Indonesia harus menyiapkan strategi lebih konkret dan detail, terutama terkait investasi, perdagangan, pengelolaan APBN, dan pengembangan industri.
"Ketidakpastian (ekonomi) terjadi di hampir semua negara. Banyak faktor global yang tidak bisa diperhitungkan. Kita harus siap menghadapi ketidakpastian," kata anggita Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) Hendri Saparini dalam acara buka bersama di Jakarta, Senin (2/5/2019).
Acara itu dihadiri antara lain Ketua KEIN Soetrisno Bachir dan Wakil Ketua KEIN Arif Budimanta.
Perekonomian Indonesia triwulan I-2019 tumbuh 5,07 persen secara tahunan. Pada 2018, perekonomian RI tumbuh 5,17 persen secara tahunan.
Sebagai negara terbuka, lanjut Hendri Saparini, ekonomi Indonesia, baik investasi langsung maupun portofolio, serta perdagangan, sangat dipengaruhi kondisi global.
Soetrisno Bachir mengungkapkan, Presiden Joko Widodo sudah menekankan, harus ada lompatan dan terobosan serta tidak bisa bekerja dengan cara yang biasa-biasa saja. Oleh karena itu, lanjut Soetrisno, para menteri atau kabinet dalam pemerintahan mendatang perlu memiliki terobosan dalam menghadapi kondisi yang berbeda, baik kondisi di dalam negeri maupun kondisi global.
Sementara, menurut Arif, kinerja ekspor dan investasi bisa dipacu dengan menstimulasi pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) untuk mengurangi ketergantungan impor bahan baku dan barang modal.
Di tempat terpisah, pendiri dan CEO Independent Research and Advisory Indonesia, Lin Che Wei, mengungkapkan, saat ini pemerintah dapat melakukan sejumlah hal yang mampu membangkitkan pasar. Ia mencontohkan, akibat perang dagang AS-China, banyak pabrik dari China merelokasi ke Vietnam, Thailand, dan Malaysia, namun tidak ke Indonesia.
"Jadi harus ada kebijakan yang bisa mendapatkan (relokasi) itu. Berdasarkan identifikasi, salah satu yang menghambat adalah aturan ketenagakerjaan," kata Lin Che Wei, dalam unjuk bincang Post Election Economic Updates, Senin.
Sementara, Director of Centennial Group dan Chief Executive Centennial Asia Advisors, Manu Bhaskaran, mengungkapkan, Asia Timur dan Asia Tenggara adalah arena-arena kunci kontestasi kekuatan besar dalam perang AS-China. Perang dagang AS-China yang terkait tarif mendorong relokasi produksi dari China ke beberapa negara di Asia Tenggara. Lokasi baru itu antara lain di Vietnam, Malaysia, dan Thailand. "Tetapi mereka tidak datang ke Indonesia. Pembuat kebijakan di Indonesia harus bertanya \'mengapa?\'," katanya. (FER/KRN/CAS)