Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat menyiapkan total anggaran sebesar Rp 106,7 miliar untuk perawatan dan perbaikan jalan nasional sepanjang 162 kilometer di Batam, Kepulauan Riau. Infrastruktur jalan itu adalah urat nadi perekonomian yang menghubungkan sejumlah kawasan industri dengan pelabuhan kargo.
Oleh
PANDU WIYOGA
·3 menit baca
BATAM, KOMPAS — Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat menyiapkan total anggaran Rp 106,7 miliar untuk perawatan dan perbaikan jalan nasional sepanjang 162 kilometer di Batam, Kepulauan Riau. Infrastruktur jalan itu adalah urat nadi perekonomian yang menghubungkan sejumlah kawasan industri dengan pelabuhan kargo.
Kepala Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah I Kepulauan Riau, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Hendri Jamal, Selasa (28/5/2019), mengatakan, pemeliharaan jalan sudah dimulai di sejumlah titik, salah satunya ruas jalan Nongsa hingga Galang sepanjang 64 km.
Khusus untuk ruas jalan Nongsa-Galang, pengerjaan difokuskan memperbaiki sistem drainase. Di ruas itu setidaknya ada enam titik rawan banjir jika hujan deras. Adapun lokasi yang paling sering tergenang banjir adalah ruas jalan di sekitar Waduk Tembesi di ujung tenggara Batam.
Untuk pemeliharaan badan jalan dan perbaikan ruas jalan Nongsa-Galang dialokasikan dana Rp 43,4 miliar. ”Saat ini proses lelang sudah rampung dan pengerjaan sudah bisa dimulai. Pekerjaan ini akan dilakukan secara bertahap sepanjang 2019,” kata Hendri.
Adapun pemeliharaan dua ruas jalan nasional lain, yaitu jalan Sei Harapan-Batu Aji dan Jalan Simpang Kabil-Simpang Jam, menelan dana Rp 56,6 miliar. Kementerian PUPR berencana melakukan pelebaran di kedua ruas jalan itu untuk mengurangi kemacetan parah yang selalu terjadi setiap jam berangkat atau pulang kerja.
”Kemacetan di kedua ruas jalan itu sudah lama dikeluhkan warga Batam. Untuk itu, upaya pelebaran sudah dilakukan bertahap tanpa menutup arus lalu lintas agar kemacetan tidak semakin parah,” ujar Hendri.
Menurut dia, pengerjaan jalan tanpa menutup arus lalu lintas itu bisa dilakukan di Batam karena lokasinya luas dan tidak terhambat bangunan lain. Di sisi kiri dan kanan ruas Jalan Sei Harapan-Batu Aji dan Jalan Simpang Kabil-Simpang Jam masih ada lahan kosong yang bisa digunakan menambah lebar jalan.
Kepala Subdirektorat Pembangunan Jalan, Jembatan, dan Transportasi Massal Badan Pengusahaan (BP) Batam Boy Zasmita menambahkan, perbaikan ruas jalan nasional memang kewenangan Kementerian PUPR. Untuk itu, BP Batam sebagai pengelola kawasan perdagangan bebas tidak bisa langsung turun melakukan pengerjaan jalan setiap kali ada keluhan masyarakat.
Jembatan Barelang
Hendri mengatakan, selain perawatan dan perbaikan jalan nasional, Kementerian PUPR menaruh perhatian besar terhadap nasib Jembatan Batam-Rempang-Galang (Barelang). Tahun ini dana Rp 6,7 miliar dikucurkan untuk perawatan Jembatan VI Barelang atau Jembatan Raja Kecil.
”Enam jembatan yang merupakan rangkaian Jembatan Barelang itu sering ditabrak kapal yang buang sauh di sekitarnya. Kami sudah minta kepada Kementerian Perhubungan segera menjauhkan lokasi buang sauh kapal,” kata Hendri.
Pada 2012, Jembatan Raja Kecil rusak karena ditabrak Kapal Tongkang APC Aussie 1. Tujuh tahun berselang, giliran Jembatan II Barelang atau Jembatan Nara Singa yang rusak ditabrak Kapal Tanker Eastern Glory pada 23 Januari 2019.
”Jembatan Barelang tidak dirancang untuk dilewati kapal besar. Lagi pula, setahu saya, juga tidak ada jalur pelayaran yang melewati jembatan itu, maka aneh jika kapal-kapal itu buang sauh di sana,” kata Hendri.
Ia menambahkan, perbaikan Jembatan Nara Singa akan dimulai bulan ini. Biayanya ditaksir Rp 9,3 miliar. Biaya itu ditanggung penuh Perusahaan Kargo Ocean Glory, pemilik tanker Eastern Glory, yang berbasis di Hong Kong.