Pemerintah optimistis konsumsi dapat menopang pertumbuhan ekonomi triwulan II-2019. Belanja masyarakat pada periode Ramadhan-Lebaran menjadi kunci.
JAKARTA, KOMPAS — Konsumsi akan memberi andil positif pada pertumbuhan ekonomi triwulan II-2019 karena peningkatan belanja masyarakat pada periode Ramadhan-Lebaran. Demi menjaga konsumsi, pemerintah berupaya mengendalikan inflasi.
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita berpendapat, di tengah prediksi pelambatan ekonomi global, konsumsi domestik mesti didorong. Oleh karena itu, pemerintah berupaya menstabilkan harga barang-barang kebutuhan.
”Saya berharap, bulan ini dan bulan depan tidak ada kenaikan harga, malah yang ada terjadi deflasi,” kata Enggartiasto saat ditemui di Jakarta, Senin (27/5/2019).
Menurut dia, deflasi yang diharapkan bukan disebabkan oleh pelemahan daya beli masyarakat, melainkan keseimbangan antara permintaan dan penawaran. Terkait itu, Kementerian Perdagangan menerjunkan tim ke pasar, antara lain untuk melaporkan bahan pangan pokok yang berpotensi naik harganya.
Pencairan Rp 40 triliun anggaran untuk tunjangan hari raya (THR) dan gaji ke-13 bagi aparatur sipil negara, anggota TNI/ Polri, dan pensiunan juga diharapkan menyokong konsumsi masyarakat.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan, selain mendorong pertumbuhan konsumsi rumah tangga di atas 5,1 persen, penyaluran THR dan gaji ke-13 menimbulkan efek positif bagi produsen dan pelaku perdagangan. Momentum pertumbuhan ekonomi triwulan II-2019 diyakini lebih besar dibandingkan dengan triwulan I-2019, antara lain disokong oleh investasi dan konsumsi.
Melonjak
Seperti periode Ramadhan-Lebaran sebelumnya, para pelaku perdagangan secara elektronik (e-dagang) mencatat lonjakan permintaan pada Ramadhan tahun ini. Selain momentum hari raya, peningkatan itu ditopang oleh promosi yang digelar oleh pengelola.
Head of Corp Communications & Public Affairs JD.ID Teddy Arifianto menyebutkan, penjualan melonjak hingga 60 persen pada periode tahun ini. Peningkatan itu antara lain karena ada program diskon yang digelar sejak awal Ramadhan.
Menurut Head of Business Development ShopBack Indonesia Yolanda Margaretha, berdasarkan pengalaman tahun 2018, peningkatan transaksi layanan telah terjadi 10 hari sebelum Ramadhan lalu berlanjut sampai pekan ketiga Ramadhan.
Bagi penyedia platform e-dagang, transaksi penjualan selama Ramadhan-Lebaran berperan penting untuk mendongkrak pendapatan tahunan. Sementara menurut Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia, penjualan selama periode Ramadhan-Lebaran memiliki andil 35 persen dalam pencapaian sepanjang tahun.
Ketua Umum Himpunan Penyewa Pusat Belanja Indonesia (Hippindo), Budihardjo Iduansjah berpendapat, pencairan THR menyokong belanja masyarakat. Selama periode itu, penjualan ritel di kategori mode bisa melonjak 2-3 kali lipat dibandingkan di luar Ramadhan-Lebaran. Adapun ritel barang konsumsi bergerak (fast moving consumer goods) meningkat 30 persen, sementara kategori ritel makanan-minuman berpotensi tumbuh 20-30 persen.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia Adhi S Lukman optimistis kinerja penjualan produk pangan olahan semester I-2019 lebih baik dibandingkan dengan tahun lalu. (JUD/MED/ARN/CAS)