Setelah digelar hampir 40 tahun, antusiasme warga meramaikan Festival Jakarta Great Sale 2019 masih tinggi. Sejumlah pengelola perbelanjaan mengklaim, kenaikan transaksi selama program diskon itu mencapai 30-100 persen.
Oleh
AYU PRATIWI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Setelah digelar hampir 40 tahun, antusiasme warga meramaikan Festival Jakarta Great Sale 2019 masih tinggi. Sejumlah pengelola perbelanjaan mengklaim, kenaikan transaksi selama program diskon itu mencapai 30-100 persen.
Festival Jakarta Great Sale (FJGS) 2019 digelar sejak 1982 dalam rangka merayakan ulang tahun Jakarta. Tahun ini, FJGS diikutsertakan oleh 82 pusat perbelanjaan di Jakarta, 34 gerai milik PD Pasar Jaya Jakmart dan mini distribution center, empat hotel, serta puluhan usaha kecil dan menengah binaan Dewan Kerajinan Sosial Daerah DKI Jakarta.
"Secara keseluruhan, saat acara FJGS 2019 berlangsung, kenaikan transaksi mencapai 30 persen. Untuk beberapa tenant (pemilik toko), kenaikannya mencapai 100 persen. Selain program lain yang kami gelar, program FJGS menambah antusias pengunjung untuk berbelanja," kata Manajer Humas Senayan City, Leonardo, melalui pesan tertulis yang diterima Kompas, Selasa (28/5/2019).
Ia menambahkan, sebagian besar pengunjung Senayan City terdiri dari keluarga, profesional, dan kaum milenial. "Pengunjung milenial saat ini menjadi salah satu target FJGS. Di mal kami, pengunjung banyak berbelanja di toko mode dan olahraga," ujar Leonardo.
Menjelang hari raya Idul Fitri, pakaian dan kebutuhan lain terkait perayaan itu menjadi salah satu barang belanjaan yang paling diminati pengunjung. Mengantisipasi hal tersebut, beberapa toko memberikan diskon hingga 70 persen untuk pakaian hari raya.
Dari total 250 toko yang berada di Senayan City, mayoritas berpartisipasi dalam program diskon FJGS. Potongan harga paling banyak ditawarkan oleh toko mode serta makanan dan minuman.
Kenaikan jumlah pengunjung juga dialami oleh toko di mal lain. Iluh, Sales Advisor dari toko baju H&M di Gandaria City misalnya menyatakan, jumlah transaksi selama digelarnya FJGS cukup banyak berkontribusi dalam mencapai target bulanan penjualan toko. "Selama FJGS, antrean pembeli yang membayar di kasir lebih panjang dari hari biasanya. Bisa sampai puluhan orang. Pada hari biasa, antrean tidak sampai 10 orang," kata Iluh.
Saking banyaknya orang yang membeli, toko pun terpaksa tutup lebih telat dari jam tutup yang ditetapkan. Selama FJGS, toko yang berpartisipasi menawarkan harga diskon pukul 20.00-24.00. "Karena antrean sangat panjang, kasir di toko kami baru selesai kerjanya pukul 24.30," tambah Iluh.
Warga senang
Melisa (28), karyawan perusahaan periklanan, merasa senang dengan diskon yang ditawarkan program FJGS. Biasanya, ia mengunjungi mal Central Park untuk menikmati acara potongan harga pada tengah malam itu.
"Seru programnya. Diskonnya gede. Cuma, pasti bakal berebutan (dengan pembeli lain)," ucap Melisa. Biasanya, ia mengincar produk baju, sepatu, dan aksesoris dengan harga tidak lebih dari Rp 300.000.
Amika Wardana, dosen Sosiologi dari Universitas Negeri Yogyakarta turut menikmati diskon pengelola mal menjelang Idul Fitri 2019. Program serupa juga digelar di Yogyakarta dengan menawarkan program belanja tengah malan yang seru-seru. Pekan lalu misalnya, Amika yang sedang membutuhkan kacamata baru memperoleh dua unit barang itu berkat tawaran beli satu dapat satu.
"Suasananya ramai sekali. Semua toko secara kompak menawarkan diskon menjelang tengah malam. Mal sudah sangat memperhitungkan apa yang mereka lakukan. Program diskon itu sengaja digelar sebelum masyarakat mudik. Pada setiap perayaan keagamaan, mal atau pusat perbelanjaan lainnya adalah yang pertama yang merayakan. Sebelum Ramadan dimulai misalnya, mereka sudah siap merayakan dengan beraneka barang kebutuhan Ramadan," tutur Amika.
Ia tidak mempersoalkan perilaku konsumtif atau kebiasaan berbelanja berlebihan yang dapat ditimbulkan oleh program-program diskon. Hal tersebut bukan masalah, selama belanja itu tidak membebani keuangan. "Kalau kita hanya produksi, tetapi tidak ada yang membeli, perekonomian kita akan rugi. Ekonomi tidak jalan. Hasil produksi perlu dijual. Untuk itu, masyarakat (seperti melalui program diskon) didorong untuk membeli," ucap Amika.