JAKARTA, KOMPAS – Komite Olimpiade Indonesia sepakat dengan Kementerian Pemuda dan Olahraga memandang SEA Games 2019 Filipina sebagai target antara menuju Olimpiade Tokyo 2020. Untuk itu, KOI hanya merekomendasikan 35 cabang olahraga untuk dikirm ke pesta olahraga negara Asia Tenggara tersebut.
Adapun cabang yang tidak punya potensi medali diminta tidak dikirim agar anggaran bisa dihemat untuk para cabang ataupun atlet yang punya potensi berprestasi di Olimpiade 2020.
Ketua KOI Erick Thohir di Jakarta, Minggu (26/5/2019), mengatakan, pascaAsian Games 2018, ekspektasi publik terhadap dunia olahraga Indonesia tinggi. Mereka berharap Indonesia terus menunjukkan pretasi terbaik di tiap ajang multi cabang, termasuk SEA Games 2019.
Namun publik sebaiknya tidak terlalu berharap Indonesia berprestasi di SEA Games 2019. Sebab, ajang tersebut dinilai hanya sebagai target antara dan sebaiknya dijadikan tempat pematangan atlet muda. Apalagi, SEA Games ini sangat subyektif dan menguntungkan negara tuan rumah.
Banyak cabang SEA Games adalah cabang yang menguntungkan atau dikuasai tuan rumah. Pada SEA Games ini, Filipina memasukan cabang yang awam bagi publik Indonesia, seperti arnis dan obstacle race. Bahkan, Indonesia tidak punya atlet atau pengurus cabang olahraga itu. ”Kita kan sudah punya prestasi tinggi di Asian Games. Seharusnya terus menatap prestasi di tingkat lebih tinggi, seperti ke Olimpiade,” ujarnya.
Erick menuturkan, dengan demikian pemerintah bisa menghemat anggaran untuk mempersiapkan cabang atau atlet yang benar-benar punya potensi di Olimpiade. Apalagi geliat olahraga Indonesia sedang tinggi, seperti pelari 100 meter Lalu Muhammad Zohri di atletik. ”Ini momentum kita untuk meloloskan cabang dan atlet lebih banyak ke Olimpiade. Semakin banyak cabang dan atlet yang lolos, semakin besar pula potensi kita berprestasi di Olimpiade,” katanya.
35 cabang
Sekretaris Jenderal KOI Hellen Sarita de Lima mengutarakan, KOI hanya merekomendasikan 35 cabang dikirim ke SEA Games 2019 dari total 51 cabang yang didaftarkan. Ke-35 cabang itu dinilai paling berpotensi meraih medali di SEA Games.
”Untuk nomor lain, bisa saja tetap dikirim asal menunjukkan perkembangan positif selama pelatnas. Kami akan melakukan monitoring dan evaluasi selama pelatnas. Hasilnya akan kami rapatkan bersama dengan Kemenpora dalam menentukan cabang yang akan dikirim,” tuturnya.
Anggota tim monev KOI Octavianus Matakupan menyampaikan, timnya terdiri atas 20 orang akademisi dan praktisi dunia olahraga. Mereka akan memantau semua cabang per kategori. Mereka akan memberikan rekomendasi ke cabang mengenai apapun yang perlu dipertahankan dan ditingkatkan.
”Selama ini, cabang masih buruk dalam melaporkan perkembangan pelatnas maupun atlet. Sebagian hanya memberikan laporan formal, antara lain laporan yang justru dibuat sebelum pelatnas dilakukan. Padahal, laporan itu sangat penting sebagai tolak ukur untuk menentukan atlet yang layak dikirim ke SEA Games. Kami akan membantu membuat laporan tersebut,” ujarnya.
Tuan rumah Olimpiade
Dalam kesempatan itu, Erick pun menyampaikan perkembangan informasi peluang Indonesia menjadi tuan rumah Olimpiade 2032. Rombongan Indonesia yang dipimpin Wakil Presiden Jusuf Kalla didampingi oleh Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani, Duta Besar RI untuk Swiss Muliaman D Hadad, dan Erick menemui Presiden Komite Olimpiade Internasional (IOC) Thomas Bach di Markas IOC, Swiss, 15 Mei 2019.
Dalam pertemuan itu, Indonesia menyampaikan keinginan serius menjadi tuan rumah Olimpiade 2032. Bach meresponsnya dengan positif. Ia menilai Indonesia berpeluang menjadi tuan rumah Olimpiade berdasarkan kesuksesan Indonesia secara prestasi maupun penyelenggaran saat menjadi tuan rumah Asian Games 2018. ”Nah, mulai sekarang, kita harus mulai mempersiapkan diri hingga 2024 atau saat penentuan tuan rumah Olimpiade 2032,” katanya.
Adapun Erick akan mengakhiri masa jabatannya sebagai Ketua KOI. Hal itu ditandai dengan kepastian dirinya tidak mencalonkan diri pada Kongres KOI, Juni atau Juli 2019. ”Nanti, tanggung jawab ketua dan pengurus baru tidak kalah berat. Mereka harus mempersiapkan Indonesia untuk mengikuti SEA Games 2019, Olimpiade 2020, hingga saat pemilihan tuan rumah Olimpiade 2032,” tegasnya.