Kadin: Remitansi dan Pariwisata Solusi Cepat Defisit
Peningkatan kualitas sumber daya manusia di sektor pariwisata dan tenaga kerja Indonesia dinilai perlu menjadi prioritas sebagai salah satu upaya menggenjot penerimaan sekaligus mengatasi defisit neraca berjalan.
Oleh
Cyprianus Anto Saptowalyono
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Fokus pemerintah yang menggenjot pembangunan infrastruktur lalu sumber daya manusia dinilai tepat. Namun, peningkatan kualitas sumber daya manusia di sektor pariwisata dan tenaga kerja Indonesia dinilai perlu menjadi prioritas.
“Penerimaan remitansi kita saat ini baru sekitar 10 miliar dollar AS, sedangkan penerimaan dari turis antara 11-12 miliar dollar AS,” kata Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Kebijakan Moneter Fiskal dan Publik, Raden Pardede dalam diskusi "Harapan Dunia Usaha kepada Pemerintah Lima Tahun Mendatang" di Jakarta, akhir pekan lalu.
Sebagai perbandingan, kata Raden Pardede, penerimaan Filipina dari remitansi dan penerimaan Thailand dari turis, masing-masing mencapai 30 miliar dollar AS. Oleh karenanya, peningkatan kapasitas tenaga kerja Indonesia (TKI) dan pengembangan sektor pariwisata harus menjadi fokus pemerintah lima tahun ke depan.
Apabila pendapatan dari remitansi TKI dan pariwisata dapat menyamai Filipina atau Thailand, maka total penerimaan akan mencapai sekitar 40 miliar dollar AS. “Artinya, persoalan CAD (defisit transaksi berjalan) sekitar 30 miliar dollar AS yang selama ini dikeluhkan akan terjawab,” kata Raden Pardede.
Kadin Indonesia berpandangan terobosan-terobosan baru penting didorong agar ekonomi Indonesia tumbuh lebih tinggi. “Pelaku usaha berharap reformasi di berbagai bidang, baik dari segi perpajakan, birokrasi, dan lainnya,” kata Ketua Umum Kadin Indonesia, Rosan Perkasa Roeslani.
Menurut Rosan, saat ini Indonesia harus berkompetisi dengan negara tetangga di ASEAN dalam menarik investasi. Investasi dan ekspor merupakan dua hal penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi.
Pelaku usaha berharap reformasi di berbagai bidang, baik dari segi perpajakan, birokrasi, dan lainnya.
Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Haris Munandar dalam keterangannya, Minggu (26/5/2019) mengatakan, pemerintah terus berupaya menciptakan kondisi kondusif bagi para investor. Kenaikan investasi akan mengerek pertumbuhan industri manufaktur.
Kemenperin menargetkan industri manufaktur dapat tumbuh 5,4 persen sepanjang tahun 2019. Subsektor yang diperkirakan tumbuh tinggi, antara lain, industri makanan dan minuman, permesinan, tekstil dan pakaian jadi, kulit dan barang dari kulit, dan alas kaki, serta barang logam.