Kelompok usaha mikro, kecil, dan menengah telah menjadi target penetrasi pasar para pemain teknologi finansial pembayaran. Hal itu antara lain terlihat pada pedagang sayur di pasar modern BSD, Tangerang Selatan, Banten, Rabu (24/4/2019).
JAKARTA, KOMPAS — Perekonomian Indonesia tetap mungkin tumbuh tinggi kendati ada tekanan global akibat perang dagang Amerika Serikat-China. Kinerja ekspor dan investasi bisa dipacu dengan menstimulasi pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah, dibarengi diplomasi dagang yang lebih intensif.
Wakil Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) Arif Budimanta, Senin (27/5/2019) di Jakarta, mengatakan, perekonomian Indonesia berpotensi tumbuh mencapai 7 persen jika didorong kinerja ekspor dan investasi. Selama ini potensi itu sulit tercapai karena perekonomian bertumpu pada konsumsi rumah tangga yang juga sulit didorong untuk tumbuh lebih tinggi.
“Sejak 1990-an struktur perekonomian didominasi konsumsi rumah tangga. Oleh karena itu kalau ekspor dan investasi yang didorong, perekonomian bisa tumbuh tinggi,” kata Arif dalam diskusi bertema percepatan investasi dan ekspor untuk mendorong pertumbuhan yang berkualitas, Senin.
Menurut Arif, kinerja ekspor dan investasi bisa dipacu dengan menstimulasi pengembangan UMKM untuk mengurangi ketergantungan impor bahan baku dan barang modal. Langkah itu sekaligus menjadi strategi transformasi struktural agar perekonomian tidak hanya bertumpu pada 20 perusahaan terbesar di Indonesia.
UMKM diarahkan untuk mengisi rantai pasok global. Mereka diberikan stimulasi dari segi pembiayaan dan permodalan untuk meningkatkan kapasitas produksi. Tingginya impor bahan baku dan barang modal di Indonesia karena ada kekosongan segmen perusahaan berskala menengah dan sedang.
“UMKM untuk mengisi pasar dalam negeri. Sedangkan, perusahaan konglomerat dipersiapkan untuk kompetisi global,” kata Arif.
KOMPAS/DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
Beberapa kerajinan tangan dari UMKM yang dipamerkan dalam acara Kalteng Quality Expo 2019 di Palangkaraya, Rabu (1/5/2019).
Mengutip data Badan Pusat Statistik, total UMKM saat ini berjumlah 62,93 juta atau sekitar 99 persen dari unit usaha yang ada. Usaha besar dengan omzet lebih dari Rp 50 miliar dan aset lebih dari Rp 10 miliar hanya berjumlah sekitar 5.400 unit usaha.
Pengembangan UMKM, lanjut Arif, mesti dibarengi diplomasi dagang yang lebih insentif. Perwakilan duta besar tidak hanya bertugas untuk urusan politik, tetapi ikut menjual dan mempromosikan produk-produk UMKM Indonesia. Produk UMKM yang berpotensi ekspor, antara lain kerajinan tangan dan produk bernilai lokal tinggi.
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Iskandar Simorangkir mengatakan, kredit usaha rakyat (KUR) menjadi salah satu stimulasi untuk UMKM. Pada 2019, target penyaluran KUR tahun ini sebesar Rp 140 triliun untuk sektor produksi 60 persen dan perdagangan 40 persen.
Sektor produksi mencakup pertanian, perikanan, industri, konstruksi, dan jasa.
Berdasarkan data Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, realisasi penyaluran KUR periode Januari-Februari 2019 sebesar Rp 23,15 triliun kepada 14,6 juta debitur. Plafon penyaluran KUR meningkat dari Rp 123,8 triliun tahun 2018 menjadi Rp 140 triliun tahun 2019.
KOMPAS/KARINA ISNA IRAWAN
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Iskandar Simorangkir
Ruang pertumbuhan
Pendiri sekaligus ekonom senior Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Hendri Saparini berpendapat, pertumbuhan daerah di luar Jawa yang lebih tinggi dari rata-rata nasional dan inflasi yang konsisten terjaga di bawah 3 persen seharusnya menjadi modal untuk memperkecil dampak tekanan global. Indonesia memiliki ruang lebih longgar untuk menghadapi berbagai faktor eksternal.
“Meski demikian, pemerintah tetap harus memiliki strategi yang detail untuk merespons tekanan global ini,” kata Hendri.
Menurut Hendri, strategi detail itu salah satunya terkait industri dan pasar ekspor yang akan dibidik. Selama ini pemerintah belum memanfaatkan ekspor produk halal ke kawasan Eropa Timur, seperti Rusia. Padahal, potensi pasar produk halal di Rusia mencapai 20-25 juta dollar AS lebih tinggi dari Malaysia.
KOMPAS/WAWAN H PRABOWO
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani menambahkan, dunia usaha cukup optimistis memandang kondisi perekonomian masa depan. Indonesia akan bisa memanfaatkan gejolak perang dagang untuk mengisi ekspor ke China dan AS. Potensi itu akan tercapai jika kebijakan pemerintah tetap konsisten dan berkelanjutan.