Masa Depan Singapura di Bawah Tanah
Lahan yang terbatas dan populasi yang terus bertambah membuat Singapura menengok ke area bawah tanah. Masa depan Singapura akan dibangun dengan memaksimalkan pemanfaatan ruang bawah tanah.
Akhir Maret lalu, Otoritas Pengembangan Perkotaan Singapura (URA) melansir rencana pembangunan bawah tanah di tiga distrik Singapura sebagai bagian awal dari pembangunan menyeluruh di bawah tanah. Ini merupakan proyek ambisius Singapura untuk menghadapi tantangan global di masa depan, antara lain ledakan penduduk.
Saat ini penduduk yang bermukim di Singapura yang luasnya 721,5 kilometer persegi itu mencapai 5,6 juta orang. Satu dekade ke depan jumlah itu diperkirakan menjadi 6,9 juta orang. Dengan lahan terbatas, Singapura bertekad membangun ke bawah tanah.
Membangun ”kehidupan” di bawah tanah bukan hal baru di Singapura. Saat ini pun negara itu telah memanfaatkan bawah tanah untuk pembangunan infrastruktur dan fasilitas, seperti jaringan pipa air, jaringan listrik, pertokoan, dan lorong-lorong bagi pejalan kaki.
Hampir separuh jalur kereta api cepat Singapura (MRT) sudah berada di bawah tanah, demikian juga dengan sebagian jalan tol, seperti Jalan Tol Pantai Marina yang berada 20 meter di bawah permukaan laut.
Bukan hal aneh jika kita melihat suasana jalan-jalan raya yang lengang di pusat kota sementara di bawah tanah sedang berlangsung kesibukan luar biasa. Ratusan sampai ribuan orang lalu lalang mengejar kereta, berbelanja, makan di restoran, ataupun mengamen di lorong-lorong bawah tanah. Tak sedikit juga warga yang sengaja memilih jalur bawah tanah untuk menghindari paparan matahari yang menyengat.
Lebih banyak taman
Konsep penataan kota seperti itulah yang akan dikembangkan secara masif oleh Singapura, dengan membuka ruang yang lebih luas di permukaan untuk membuat kehidupan warganya lebih nyaman.
Lahan di permukaan akan lebih banyak digunakan untuk perumahan, kantor, dan taman kota. Adapun sebagian besar fasilitas publik, seperti transportasi, penyimpanan, sarana parkir, jalur pedestrian, dan logistik, akan dipindahkan ke bawah tanah.
Singapura merupakan satu dari sejumlah negara maju yang memiliki persentase area hijau tertinggi di dunia yang dimanfaatkan untuk fasilitas publik. Menurut rencana, ruang hijau akan ditambah sekitar 1.000 hektar lagi.
Menurut The Straits Times (28/3/2019), untuk tahap pertama, ada tiga distrik yang dikembangkan dan diintegrasikan, yaitu Marina Bay, Distrik Inovasi Jurong, dan Distrik Digital Punggol.
Di tiga distrik ini, sejumlah fasilitas publik akan dipindahkan ke bawah tanah dengan kedalaman 8 meter sampai 25 meter. Stasiun-stasiun bawah tanah akan diintegrasikan dengan stasiun kereta cepat yang sudah ada dan juga dengan perkantoran komersial yang berada di permukaan. Ekstensifikasi area bawah tanah ini tidak mengganggu lahan di permukaan.
Meski demikian, tantangannya juga tidak sedikit. Pengerjaan di bawah tanah membutuhkan keahlian dan pertimbangan yang lebih pelik, antara lain mengantisipasi kemungkinan ”kesalahan”, seperti bagaimana jika terjadi kebocoran pipa dan dampak bencana alam.
Selain persoalan teknis, pembangunan kota di bawah tanah membutuhkan biaya yang sangat besar. Hal itu misalnya untuk pengerjaan jalur bawah tanah Thomson MRT sejauh 30 kilometer yang diperkirakan dibuka pada tahun 2019-2021, biayanya mencapai sekitar 18 miliar dollar Singapura atau sekitar 600 juta dollar per kilometer (pedestrianobservations.com)
Direktur URA Ler Seng Ann kepada Thomson Reuters Foundation mengatakan, Singapura akan melakukan proyek besar ini dengan pertimbangan yang matang.
Menurut dia, pilihan pembangunan di bawah tanah akan membuahkan keuntungan di masa depan, berupa pengurangan penggunaan lahan di permukaan, perbaikan kualitas kehidupan, ataupun konektivitas. Ia mencontohkan, pembangunan sistem MRT dan jalan tol bawah tanah di Singapura menjadi bukti bahwa pertimbangan manfaat mengalahkan pertimbangan biaya konstruksi ataupun kesulitan teknis.
Aset masa depan
Lahan merupakan komoditas yang sangat bernilai di masa depan. Pada tahun 2050 populasi global diperkirakan mencapai 9,8 miliar orang dan pada saat itu 70 persen dari populasi akan memilih tinggal di perkotaan.
Kenyataan ini membuat sejumlah pemerintah memindahkan fokus pembangunan ke bawah tanah. Kota Helsinki dan Montreal bahkan telah memulai pembangunan di bawah tanah sejak tahun 1960-an.
Peningkatan jumlah penduduk dan tuntutan untuk menaikkan kualitas hidup memunculkan kebutuhan untuk mengintegrasikan ”dunia bawah tanah” dan di atas permukaan tanah agar kota bersangkutan tetap nyaman untuk dihuni.
Untuk memaksimalkan pemanfaatan bawah tanah, Singapura telah mengeluarkan aturan bahwa pemilik tanah hanya berhak menguasai sampai 30 meter di bawah propertinya.
Para investor juga akan diberi peluang untuk membeli lahan di bawah tanah. Aturan diberlakukan agar menghindari konflik antara pemilik lahan di atas dan di bawah ketika berlangsung pembangunan.
Bisnis baru
Bukan hanya Singapura yang tertarik untuk memaksimalkan pemanfaatan lahan bawah tanah. Miliarder asal AS, Elon Musk, juga mulai fokus mengembangkan bisnis transportasi bawah tanah.
Rabu (22/5/2019) lalu, ia memperoleh kontrak sebesar 48,6 juta dollar AS untuk membangun 2 terowongan kendaraan dan 3 stasiun sekaligus terowongan bagi pejalan kaki di kota Las Vegas. Proyek ini akan dimulai pada akhir 2019 dan akan diuji coba pada November 2020.
Musk juga akan memanfaatkan teknologi gali cepat yang berbiaya rendah untuk mengembangkan jaringan bawah tanah di Los Angeles. Ia memperkenalkan sistem transportasi berkecepatan tinggi di bawah tanah.
Dalam uji coba, penumpang dan kendaraan akan turun melalui lift khusus menuju bawah tanah dengan kedalaman sekitar 9 meter. Kendaraan itu adalah kendaraan listrik yang dikemudikan sendiri. Setelah lampu hijau menyala, kendaraan bisa melaju di terowongan dengan kecepatan sampai 241 kilometer per jam.
Dalam uji coba Desember lalu, seperti dikutip Voice of America, seorang wartawan menggambarkan perjalanan dalam terowongan sepanjang 1,8 kilometer itu berlangsung selama 3 menit dengan
kecepatan 64 kilometer per jam.
Dengan sistem tersebut, Musk mengatakan, terowongan-terowongan tersebut dapat menampung sampai 4.000 kendaraan setiap jam. Hal itu akan membantu mengurai kepadatan arus lalu lintas di Los Angeles.
Bukan hanya air, melainkan minyak dan tambang yang menjadi harta berharga. Saatnya menengok ruang bawah tanah sebagai aset bernilai untuk kehidupan masa depan.
(Thomson Reuters Foundation)