Pusat Garmen dan Tekstil Tidak Terdampak Signifikan
Oleh
PINGKAN ELITA DUNDU
·3 menit baca
TANGERANG, KOMPAS — Aksi demonstrasi 22 Mei yang berujung kerusuhan tidak secara signifikan memengaruhi aktivitas perdagangan di pusat tekstil dan grosir garmen di Cipadu, Kota Tangerang, dan Cipulir, Jakarta Selatan.
Meskipun demikian, Kamis (23/5/2019), ketidaknyamanan membayangi pedagang dan pembeli di kedua pasar tersebut. Ketidaknyamanan terjadi antara lain jumlah pembeli yang berkurang dan masih ada gangguan dalam transaksi pembelian. Gangguan pembelian khususnya karena pedagang tidak bisa mengirim gambar kepada klien di daerah atau tempat lainnya akibat gangguan teknologi pembatasan akses ke media sosial oleh pemerintah.
Di pusat tekstil Cipadu, tepatnya di Toko Asia Textile, kawasan Mulya Jaya, Aminah Amirullah (49) kerepotan ingin mengirim gambar kepada pelanggannya di Kalimantan Tengah. Berulang kali ia mengirim gambar motif seprai dan bedcover untuk pelanggannya, tetapi tidak berhasil.
Ia juga meminta tolong Ida, pedagang Toko Asia Textile itu, untuk mengirim gambar-gambar kepadanya, tetapi tidak berhasil.
”Susah ngirim gambarnya. Muter-muter aja jarumnya,” kata Aminah, Kamis.
Ida mengatakan, gangguan itu terjadi sejak Rabu (22/5/2019) siang.
”Enggak tahu sampai kapan gangguan ini. Kasihan pelanggan, saya kesulitan mengirim gambar, transaksi jadi terhambat,” katanya.
Senada dikatakan dengan Husen, pedagang di Toko Class Moda, Textile & International Tailor, Pertokoan Mulya Jaya I, Cipadu.
”Yah, apa boleh buat. Kondisinya memang begini. Kami berharap, pemerintah segera bertindak dengan kondisi ini agar tidak berkelanjutan dan segera berakhir,” kata Husen.
Hingga memasuki pekan ketiga bulan puasa, geliat perdagangan di bulan Ramadhan belum terlihat di pasar tekstil Cipadu. Kondisi ini terjadi sejak empat tahun terakhir.
Ida merasakan turunnya pesanan yang dulunya bisa mencapai 1.000 paket seprai setiap kali Ramadhan tiba. Itu belum termasuk pesanan kecil 100 sampai 300 paket seprai. Mereka sampai kewalahan menangani pesanan langganan. Saat ini, paling banyak 100 paket terhitung hingga minggu ketiga bulan Ramadhan.
Lain lagi dengan pedagang di ITC Cipulir, Jakarta Selatan.
”Kemarin dan hari ini, pembeli agak berkurang. Mungkin mereka takut keluar rumah karena kuatir kerusuhan,” jelas Yanti, pedagang scarf Toko Mode di lantai dasar ITC Cipulir.
Ia mengatakan, biasanya memasuki minggu ketiga puasa, pembeli sudah ramai.
”Tahun lalu, ramai. Sekarang agak berkurang sekitar 5 persen,” kata Yanti.
Periode sama di tahun lalu, kata Sari, dalam sehari bisa terjual 10 kodi (1 kodi sama dengan 20 pieces). Saat ini terjual hanya sekitar 8 kodi.
Ia memahami kondisi dan situasi penurunan pembeli. ”Saya hanya berharap, pemerintah bisa segera memulihkan kondisi ini,” kata Yanti.
Saya hanya berharap, pemerintah bisa segera memulihkan kondisi ini. (Yanti)
Senada dikatakan Sari, pedagang gamis di lantai dasar ITC Pasar Cipulir. ”Awal puasa biasanya pesanan sepi. Tetapi, begitu minggu kedua puasa, orang mulai keluar rumah untuk berbelanja. Sekarang, setelah dapat THR, makin banyak pembelinya,” kata Sari, Kamis.
Akan tetapi, dua hari ini, pembeli agak menurun dari sebelumnya. ”Ramai, sih, ramai. Tapi, dua hari terakhir pembelinya berkurang. Ada sekitar 40 pakaian gamis yang terjual hari ini,” kata Sari. Ia menjual pakaian gamis seharga Rp 150.000 sampai Rp 350.000.