Sukses menjadi pengusaha kuliner tidak membuat Yunita Rahma alias Cik Ari pelit berbagi ilmu. Cik Ari, yang sudah sejak 2009 menekuni penjualan kue tradisional Palembang, berbagi ilmu membuat kue dengan membuka kelas.
Ia juga mendorong para pengusaha kuliner di Palembang belajar pemasaran secara daring (online). Sehari-hari, Cik Ari adalah pemilik toko Gudang Makanan Palembang yang menyediakan kue dan penganan khas Palembang.
”Mulai bulan lalu, saya membuka kelas membuat kue. Diawali dengan kelas membuat kue bolu gulung,” ujar Cik Ari, awal pekan ini di Palembang.
Kelas calon pengusaha kuliner ini tidak hanya memberi bekal cara membuat kue dan memilih bahan yang baik dan sehat, tetapi juga cara pemasaran secara daring.
Untuk belajar cara membuat tiga macam kue bolu gulung, biaya yang harus dikeluarkan peserta hanya Rp 100.000 per orang. Selain kelas untuk pemula dan pencinta boga, Cik Ari juga membuka kelas yang lebih serius, yaitu untuk calon pengusaha kuliner.
Kelas calon pengusaha kuliner ini tidak hanya memberi bekal cara membuat kue dan memilih bahan yang baik dan sehat, tetapi juga cara pemasaran secara daring. Cik Ari juga merupakan salah satu fasilitator Gapura Digital, program pengenalan digital untuk para pengusaha kecil menengah dari Google.
”Coba bayangkan, pernah ada 40 peserta di kelas saya, hanya ada 2 orang yang paham pemasaran secara digital. Sayang sekali, kan,” kata Cik Ari.
Padahal, dengan memahami pemasaran digital, para pengusaha kuliner dari Palembang dapat memperluas pasarnya ke luar Palembang. Cik Ari tidak khawatir pangsa pasarnya akan tergerus karena terus membagikan ilmunya kepada orang lain. Dia justru senang jika ada orang lain ikut sukses dan dapat berusaha membantu perekonomian keluarga.
”Tidak ada yang berkurang ketika kita berbagi,” katanya.
Hampir setiap akhir pekan, Cik Ari menghabiskan waktunya dengan memberikan penjelasan tentang berbisnis daring yang kekinian dan menguntungkan kepada berbagai komunitas di Palembang.
Cik Ari memiliki banyak pengalaman memasarkan kuenya hingga ke luar Palembang. Misalnya, memasarkan pempek atau makanan yang dapat dibekukan dengan menggunakan platform daring. Cik Ari memasarkan produknya hingga ke Jakarta. ”Sayangnya, setelah ada kenaikan biaya kirim, pesanan dari luar kota berkurang,” keluh Cik Ari.
Rezeki bulan puasa
Namun, Cik Ari tidak putus asa. Selain membuka outlet di beberapa tempat, Cik Ari juga lebih rajin mengikuti bazar-bazar untuk memasarkan kuenya. ”Karena pengiriman ke luar kota sedang turun, saya fokus berjualan di Palembang saja,” kata Cik Ari.
Dia juga menggenjot produksi takjil. Menurut dia, selama bulan puasa ini, penjualan takjilnya cukup tinggi. Sejak Ashar hingga menjelang Maghrib, Cik Ari yang dibantu dua pekerja mempersiapkan takjil. Penganan tersebut dibuat di ruang belakang rumahnya yang luas. ”Omzetnya lumayan, bisa mencapai Rp 500.000 setiap hari,” kata Cik Ari.
Selain itu, Cik Ari juga terus berinovasi membuat varian kue-kue baru, tidak hanya mengandalkan resep kue tradisional Palembang, seperti maksuba, kue delapan jam atau kue suri. Cik Ari juga membuat piza dengan topping ikan pindang khas Palembang yang cukup laris.