Aktivitas Ekonomi Masyarakat Petamburan Kembali Normal
Aktivitas ekonomi masyarakat Petamburan, Jakarta Barat, berangsur normal pada Jumat (24/5/2019) siang. Di sepanjang ruas Jalan KS Tubun, pedagang kaki lima, tukang ojek, dan sopir bajaj sibuk melayani pelanggan yang datang dan pergi.
Oleh
Stefanus Ato
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Aktivitas ekonomi masyarakat Petamburan, Jakarta Barat, berangsur normal pada Jumat (24/5/2019) siang. Di sepanjang ruas Jalan KS Tubun, pedagang kaki lima, tukang ojek, dan sopir bajaj sibuk melayani pelanggan yang datang dan pergi. Rumah toko, perhotelan, supermarket, dan warung di sekitar kawasan itu pun sudah dibuka dan melayani pelanggan.
Di sepanjang ruas Jalan KS Tubun juga banyak pejalan kaki yang melintas. Karyawan pertokoan, hotel, dan supermarket ada yang tengah beristirahat sembari duduk di sejumlah tepi trotoar dan menikmati berbagai kuliner dari PKL.
Begitu pula dengan angkutan kota dan ojek daring yang lalu lalang menaikkan atau menurunkan penumpang. Situasi siang itu penuh dengan hiruk-pikuk deru kendaraan dan obrolan warga.
Hermawan (45), pedagang bubur ayam di depan Indomaret Jalan KS Tubun 2, mengatakan, sebagian besar PKL kembali menggelar dagangan sejak pagi. Mereka berharap situasi keamanan tetap kondusif agar warga bisa tenang dalam menjalankan kegiatan usaha.
”Rata-rata baru buka hari ini, kemarin masih gawat. Kemarin juga sepi, enggak ada yang mau belanja,” ujarnya.
Hermawan menambahkan, sejak terjadi kerusuhan pada Rabu, 22 Mei, dia merugi hampir Rp 1 juta. Hal itu karena sebagian bahan yang sudah diolah tak bisa dijual akibat situasi keamanan di sekitar Petamburan tak menentu.
Mereka berharap situasi keamanan tetap kondusif agar warga bisa tenang dalam menjalankan kegiatan usaha.
Harapan agar Ibu Kota tetap kondusif juga disampaikan Ali (30) yang membuka usaha warung di persimpangan Jalan KS Tubun dekat Museum Tekstil. Lelaki itu khawatir saat kerusuhan pecah di sekitar Jalan KS Tubun, Rabu dini hari.
”Tempat usaha saya tepat di pinggir jalan. Beruntung polisi cepat mengamankan situasi. Saya takut warung saya ikut dibakar,” ucap lelaki asal Tegal, Jawa Tengah, itu.
Menurut Ali, jika situasi normal, dirinya setiap hari mendapat pemasukan mencapai Rp 1 juta. Artinya, selama dua hari (Rabu dan Kamis) warungnya tak dibuka, dia kehilangan pendapatan sekitar Rp 2 juta.
Sebelumnya, pada Rabu, 22 Mei, jalanan di sekitar Jalan KS Tubun ditutup sejak pagi hingga sore. Hal itu dilakukan karena kerusuhan yang terjadi di Asrama Brimob pada Rabu sekitar pukul 02.00 WIB yang berujung pembakaran puluhan mobil milik polisi. Kerusuhan tersebut kemudian meluas dan berlanjut hingga sore di beberapa lokasi di sekitar Jalan KS Tubun.
Kerusuhan itu berdampak pada lumpuhnya aktivitas perekonomian warga sekitar. Rumah toko, supermarket, dan hotel yang ada di sekitar lokasi ditutup. Sebagian gerobak PKL ada yang dirusak dan dibakar massa. Jalanan itu dipenuhi kelompok perusuh dan aparat keamanan yang berjibaku mengurai massa.