Begitu hari libur atau akhir pekan, hampir seluruh taman di Kota Surabaya dipadati pengunjung dari pagi hingga sore hari. Kegiatan yang dilakukan di taman mulai dari olah raga, sekaaar jalan, berkumpul atau bahkan melakukan kegiatan mengenal lingkungan.
Oleh
AGNES SWETTA PANDIA
·6 menit baca
Begitu hari libur atau akhir pekan, hampir seluruh taman di Kota Surabaya dipadati pengunjung dari pagi hingga sore hari. Kegiatan yang dilakukan di taman mulai dari olah raga, sekaaar jalan, berkumpul atau bahkan melakukan kegiatan mengenal lingkungan.
Seperti yang dilakukan Caroline (48)), guru Bina Iman Katolik Gereja Roh Kudus Surabaya bersama 15 rekannya, awal Mei lalu mengajak sebanyak 30 anak Sekolah Minggu “bermain” sambil mengenal lingkungan di Kebun Bibit Wonorejo. “Saya baru tahu kalau seluruh taman di kota ini ramai begini pas libur atau akhir pekan,” katanya.
Anak-anak pun senang berkegiatan di luar ruang, apalagi di Kebun Bibit, pusat sumber bibit tanaman untuk seluruh taman di Surabaya kini ada rusa Bawean. Beberapa taman pun dilengkapi rumah kompos serta pembibitan.
Saat ini di Kota Surabaya, Jawa Timur paling tidak sudah ada 400 taman. Meski kota dengan luas 350 kilometer persegi ini sudah sangat nyaman dan hijau, karena memang mau menjadi salah satu paru-paru dunia, Pemerintah Kota Surabaya kembali meresmikan 70 taman.
Sebanyak 70 taman baru itu tersebar di Kota Pahlawan yang dihuni sekitar 3,2 juta jiwa ini. Rinciannya, Surabaya pusat ada 4 taman, utara 10 taman, selatan 16 taman, timur sebanyak 26 dan barat 14 taman.
Peresmian 70 taman itu dilakukan oleh Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini di Taman Harmoni Keputih pada Kamis (16/5/2019), sebagai kado istimewa di Hari Jadi Kota Surabaya (HJKS) ke-726, tahun ini.
Salah satu taman yang diresmikan Taman Ex Incinerator, bagian dari Taman Harmoni Keputih. Taman ini memiliki luas mencapai 2,8 hektar dengan luasan lahan yang sudah dibangun pada 2019 mencapai 1,2 hektar.
Momen ini digunakan untuk menandai, kami mencoba membangun secara merata
Wali Kota Risma mengatakan pembangunan Taman Ex Incinerator yang menjadi bagian dari Taman Harmoni itu dalam rangka pemerataan pembangunan di Kota Surabaya. Selain itu, bertujuan untuk menyuburkan kembali tanah yang sebelumnya merupakan eks Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah, setelah 11 tahun ditutup. “Momen ini digunakan untuk menandai, kami mencoba membangun secara merata,” kata dia dalam sambutannya.
Sebelumnya, Taman Ex-Incinerator ini merupakan bekas tempat pengolahan sampah yang kemudian disulap menjadi sebuah konsep taman yang menarik. Bahkan, di taman ini terdapat sarana ruang publik kreatif, seperti teater terbuka berbentuk lingkaran dan ruang khusus pameran hasil karya warga Surabaya. Apalagi taman ini memang dikhususkan untuk ruang publik kreatif.
“Taman ini akan lebih bagus dari taman-taman yang ada di luar negeri sekali pun. Karena taman ini penuh bunga. Kalau di sana (negara lain) cuma ada pohon sama rumput, kalau di sini penuh bunga,” katanya.
Selain sebagai ruang publik kreatif, Taman Ex Incinerator juga merupakan taman lingkungan. Karena itu, Wali Kota Risma berharap, melalui taman tersebut ke depan dapat menjadi wadah untuk mencari solusi berbagai permasalahan Kota Surabaya. “Bapak ibu ini membangun tidak mudah, karena harus diuruk. Tapi saya yakin suatu saat taman ini akan menjadi icon Kota Surabaya yang bahkan terkenal di luar negeri,” ujarnya.
Bapak ibu ini membangun tidak mudah, karena harus diuruk. Tapi saya yakin suatu saat taman ini akan menjadi icon Kota Surabaya yang bahkan terkenal di luar negeri
Ia menjelaskan bahwa pembangunan Taman Ex-Incinerator menggunakan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Surabaya, Corporate Social Responsibility (CSR), serta bantuan dari United Cities Local Government (UCLG). Menurutnya, semua taman yang ada di Kota Surabaya memiliki konsep desain yang berbeda-beda.
“Setiap taman yang saya bikin selalu memiliki konsep berbeda, lagi pula kalau didesain sama, masyarakat akan bosan datang ke taman karena semua sama. Setiap taman punya kekhasan,” imbuhnya.
Presiden UCLG Aspac ini mengungkapkan kini di Kota Surabaya dengan luas wilayah 350 kilometer persegi ini sudah ada 400 lebih taman yang tersebar, yang bertujuan untuk penghijaun kota.
Suhu udara turun
Dari luas kota itum sekarang dengan kehadiran taman dan ruang terbuka hijau, sekitar 30 persen Surabaya sudah dipenuhi oleh taman yang bermanfaat untuk menurunkan suhu udara. Hasilnya, saat ini suhu udara di Kota Surabaya telah turun sekitar dua derajat celcius.
Nanti sampai suhu udara Surabaya mencapai 20-22 derajat celcius, baru pembuatan ruang terbuka hiuau dan taman barangkali baru berhenti. Jika dulu suhu udara Surabaya rata-rata 34 sampai 36 derajat celcius, sekarang sudah 34 derajat ke bawah dan itu ada datanya, bahkan kalau pagi sering berkabut.
Pada kesempatan ini, wali kota perempuan pertama di Surabaya itu juga mengungkapkan bagaimana pihaknya dapat mengelola tanah bekas TPA itu menjadi Taman Harmoni yang indah. Pertama, sebelum lahan tersebut dibangun taman, ia harus memastikan bahwa gas metan yang ada di lokasi tersebut tidak lagi keluar.
“Jadi saya minta bantuan dari Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya (ITS) untuk meyakinkan apakah sudah tidak ada gas metan di lokasi itu, karena gas metan itu dapat merusak lapisan ozon,” ujar wali kota kelahiran Kediri ini.
Gas metan tidak keluar lagi setelah dilakukan pengurukan, menggunakan tanah galian dari sungai setinggi satu meter. Dengan begitu, akar tanaman akan tumbuh subur dan lebih kuat. Terlebih, jika akar tanaman sudah masuk ke dalam bekas sampah yang diuruk. Begitu ketinggian sampai satu meter akarnya bisa tumbuh, itu artinya tumbuhan itu sudah bisa hidup. Nanti kalau tumbuhannya sudah bisa masuk ke dalam sampah, brarti posisi sudah kuat.
Jadi saya minta bantuan dari Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya (ITS) untuk meyakinkan apakah sudah tidak ada gas metan di lokasi itu, karena gas metan itu dapat merusak lapisan ozon
Menurut Kepala Bappeko Surabaya Ery Cahyadi yang juga Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau (DKRTH) Kota Surabaya, pemkot terus mengalokasikan sebagian anggaran APBD untuk menambah jumlah taman kota. Meski sampai 2019, setidaknya sudah ada 453 taman dengan luas total 140,69 hektar.
Bertambahnya jumlah taman bukan sekadar membuat kota ini semakin cantik, tapi juga sebagai filter untuk terus memperbarui kualitas udara. "Agar warga kota bisa menikmati udara yang lebih sehat di Surabaya," ujarnya.
Pada anggaran 2019, ada lima taman berukuran besar yang tengah dibangun, yakni di Balasklumprik, Gunung Anyar, Keputih, Wiyung dan Wonokromo. Selain lima taman besar, DKRTH juga tengah menata taman di sepanjang bantaran Kali Jagir termasuk pembuatan jalan dan jogging track.
Eri menambahkan, untuk mengganti hutan kota yang hilang, DKRTH juga proses membangun dua taman di sisi selatan dan utara underpass Bundaran Satelit. Selain itu, pembangunan jogging track diperbanyak antara lain di Taman Cahaya, Taman Keputih dan Taman Keputran.
Kini kota yang dihuni 3,2 juta ini begitu leluasan memilih taman untuk berkumpul, berbaur, bertemu teman, buat kegiatan, foto pranikah, sekadar bermain, olahraga, juga belajar soal tanaman dan hewan. Beberapa taman juga dilengkapi Taman Bacaan Masyarakat (TBM) dan mobil perpustakaan. TBM juga ada di puluhan balai rukung warga (RW) atau kantor kelurahan dan kecamatan.
Begitu memasuki Kota Surabaya dari bundaran Waru, Masuk ke JAlan Raya Darmo hingga Pelabuhan Tanjung Perak, dan Jalan Ir Soekarno (MEER) semua hijau dan merupakan bagian dari 453 taman. Dari jumlah taman itu terdapat 311 taman pasif dan 142 taman aktif.
Taman Pasif adalah taman hanya bersifat mempercantik pemandangan untuk memanjakan mata dengan fasilitas air mancur dan patung. Sedangkan taman aktif bisa dimanfaatkan untuk berinteraksi karena dilengkapi fasilitas penunjang berupa kursi taman, jogging track dan taman bermain.
Ada puluhan taman juga dilengkapi sarana olahraga seperti lapangan basket dan futsal. Lapangan futsal bahkan akan ada di setiap taman di kelurahan sehingga anak-anak bisa memanfaatkan secara bergiliran.