AS Monaco bak lelucon musim ini. Klub sepak bola yang berjaya dua musim lalu di Perancis maupun Eropa itu nyaris turun kasta akibat “cuci gudang” para pemain bintangnya.
MONAKO, SELASA – Seperti halnya Ajax Amsterdam, AS Monaco pernah memukau Eropa lewat penampilan bintang kemilaunya seperti Kylian Mbappe Lottin, Fabinho, dan Bernardo Silva, dua musim lalu. Mereka mengancurkan dominasi Paris Saint-Germain dengan menjuarai Liga Perancis, sekaligus menembus semifinal Liga Champions.
Manchester City, yang ditangani Pep Guardiola, menjadi korban keganasan pasukan muda Monaco pada babak 16 besar Liga Champions musim 2016-2017. Borussia Dortmund, tim Jerman yang dikenal energik dan agresif, juga dilibas 3-6 di perempat final. Langkah Monaco hanya bisa dihentikan Juventus, tim Italia yang lebih berpengalaman di Eropa.
Musim itu, Monaco ”menyihir” dunia. Mbappe dan Silva mendadak menjadi pesohor dan rebutan klub raksasa dunia. Mbappe, yang saat itu baru berusia 18 tahun dan mencetak enam gol di Liga Champions, langsung dibajak PSG. Ia menjadi pemain termahal kedua di dunia setelah Neymar Jr.
Monaco ibarat factory outlet yang menjajakan pemain berkelas dunia. Kepincut dengan uang dari klub-klub kaya, satu persatu bintang klub Perancis itu hengkang. Silva dan Benjamin Mendy hijrah ke City, Tiemoue Bakayoko berlabuh ke Chelsea. Eksodus pemain berlanjut musim berikutnya. Fabinho pindah ke Liverpool, Thomas Lemar ke Atletico Madrid, Joao Moutinho dibeli Wolverhampton Wanderes, dan Keita Balde dipinjamkan ke Inter Milan.
Tim itu mendadak kebanjiran uang. Menurut Transfermarkt, Monaco mendapat dana senilai 768 juta poundsterling atau Rp 14 triliun berkat penjualan pemain sejak musim 2014-2015. James Rodriguez, Anthony Martial, dan Geoffrey Kondogbia, adalah barisan pemain bintang lainnya yang dijual Monaco sebelum itu. Nilai itu setara lima kali nilai skuad Atalanta, klub Italia yang tengah naik daun.
Kerakusan Monaco menangguk untung menjadi bumerang musim 2018-2019. Hilangnya banyak pemain penting membuat klub itu seperti tim promosi. Mereka menjadi juru kunci penyisihan grup Liga Champions dan tersesok-seok di papan bawah Liga Perancis sejak pekan keenam. Pada pekan kesembilan, juara Liga Perancis 2017 dan runner up 2018 itu terbenam ke peringkat ke-18 dari total 20 tim peserta.
Pemilik klub yang panik lantas memecat Leonardo Jardim, pelatih di balik kesuksesan Monaco. Ia diganti Thierry Henry, alumnus Monaco yang minim pengalaman di dunia manajerial. Legenda Arsenal itu tak mampu menyelamatkan Monaco yang menelan tujuh kekalahan dari sembilan laga, dan terpesorok ke peringkat 19.
Henry pun dipecat, Januari, dan Franck Passi, mantan pelatih OSC Lille, ditunjuk sebagai pelatih sementara. Ancaman turun kasta ke Liga 2 Perancis membuat Dmitry Rybolovlev, pemilik Monaco, mengambil tindakan drastis.
Kesalahan besar
Ia memecat Vadim Vasilyev, Wakil Presiden Monaco, yang dianggapnya mendalangi penjualan besar-besaran pemain bintang setengah dekade terakhir. Jardim pun dipanggil lagi sebagai pelatih.
”Beberapa tahun terakhir ini kami membuat kesalahan besar yang mengakibatkan penampilan terburuk klub tujuh tahun terakhir. Hal itu memaksa saya turun tangan,” ujar miliarder Rusia itu.
Monaco bangkit tiga bulan terakhir, mendatangkan pemain seperti bek Naldo dan gelandang Cesc Fabregas di jendela transfer Januari. Mereka naik ke peringkat 16 setelah mengalahkan Amiens pekan lalu. Mereka hanya perlu menghindari kalah telak dari Nice, akhir pekan ini, untuk lolos dari degradasi.
Pengalaman Monaco itu harus dihindari Ajax, yang berancang-ancang menjual pemain bintangnya. Setelah Frenkie De Jong dibeli Barcelona, bintang Ajax lainnya seperti Matthijs de Ligt, Andre Onana, Nicolas Tagliafico, dan Hakim Ziyech, menjadi bidikan klub besar di Eropa. ”Kami sadar ada banyak klub yang lebih besar dari kami,” tutur CEO Ajax Amsterdam Edwin van Der Sar. (AFP)