Konflik Yaman Belum Usai, Saudi Berkomitmen Hindari Perang
Arab Saudi menekankan komitmen untuk menghindari perang di kawasan Timur Tengah. Komitmen tersebut diumumkan di tengah banjir serangan pemberontak Houthi terhadap Arab Saudi.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·3 menit baca
DUBAI, RABU — Arab Saudi menekankan komitmen untuk menghindari perang di kawasan Timur Tengah. Komitmen tersebut diumumkan di tengah banjir serangan pemberontak Houthi terhadap Arab Saudi.
Melalui pernyataan yang dirilis oleh kabinet Pemerintah Arab Saudi pada Rabu (22/5/2019), Riyadh menyatakan akan berupaya secara optimal untuk mencegah terjadi perang di kawasan di tengah meningkatnya tensi antara Amerika Serikat dan Iran. Saudi berkomitmen membantu pencapaian perdamaian.
”Saudi juga berkomitmen untuk menjaga keseimbangan di pasar minyak dan keseimbangan berbasis keberlanjutan,” demikian bunyi pernyataan itu.
Pada saat bersamaan, pemberontak Houthi, yang beraliansi dengan Republik Islam Iran, terus melanjutkan serangan ke Arab Saudi. Houthi menyerang sebuah bandar udara dan pangkalan militer Arab Saudi di Najran dengan menggunakan bom yang dijatuhkan pesawat tak berawak, kemarin.
Saluran berita Houthi, Al-Masirah, memberitakan, pemberontak menggunakan drone Qasef-2K yang menargetkan gudang senjata. Najran berada sekitar 840 kilometer dari barat daya Riyadh. Kota itu berada di antara perbatasan Arab Saudi dan Yaman dan kerap menjadi sasaran serangan pemberontak Houthi.
Tidak ada korban jiwa dan kerusakan yang dilaporkan. Namun, serangan tersebut merupakan langkah yang lebih agresif sejak Perserikatan Bangsa-Bangsa mengupayakan perdamaian tahun lalu.
Juru bicara pasukan koalisi pimpinan Saudi, Kolonel Turki al-Maliki, mengatakan, Houthi mencoba untuk menyerang kawasan sipil di Najran. Di Timur Tengah, bandar udara komersial biasanya memiliki pangkalan militer.
Namun, Al-Maliki tidak mengelaborasi lebih jauh pernyataan tersebut. Menurut dia, akan ada upaya pencegahan kuat ke depan untuk serangan-serangan Houthi pada masa depan.
Serang perbatasan
Serangan Houthi itu terjadi setelah Iran mengumumkan akan meningkatkan empat kali lipat kapasitas produksi uranium. Serangan itu membuat tensi Timur Tengah semakin memanas karena AS dan Iran juga masih bersitegang terkait dengan program nuklir Iran.
Sebelumnya, Houthi mengebom tujuh lokasi di Arab Saudi dengan menggunakan pesawat tanpa awak, termasuk stasiun pompa minyak Aramco. Arab Saudi menyerang balas basis militer Houthi di Sana’a, Yaman, Kamis lalu. Namun, serangan Saudi dikecam karena membunuh masyarakat sipil (Kompas, 17/5/2019).
Pada Minggu (19/5), Houthi sempat menyatakan akan menyerang 300 target militer vital di Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Yaman.
Meskipun Houthi cukup agresif menyerang Arab Saudi, para pemberontak menghindari untuk menyerang kota besar atau infrastruktur vital. Hingga saat ini belum ada laporan penyerangan ke ibu kota dari Arab Saudi sejak Juni 2018.
Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) menuduh Iran membekali pemberontak Houthi dengan senjata. Namun, Iran dan Houthi membantah tuduhan tersebut.
Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al-Saud mengundang negara-negara di kawasan Timur Tengah untuk bertemu di Mekkah pada 30 Mei 2019. Pertemuan akan membahas insiden yang terjadi di kawasan dan dampak yang akan diterima.
Bantuan dihentikan
Program Pangan Dunia ( WFP) terpaksa menunda pengiriman bantuan pangan ke Yaman. Penundaan terjadi akibat pemberontak Houthi terus menebar ancaman serangan lanjutan kepada Arab Saudi.
Juru Bicara WFP Herve Verhoosel mengatakan, WFP mempertimbangkan untuk menunda pengiriman bantuan ke wilayah yang berada di bawah kendali Houthi dengan pertimbangan keamanan. Sebanyak 9 juta dari 12 juta penduduk Yaman yang menerima rasio bantuan pangan setiap bulan dari WFP tinggal di wilayah kekuasaan Houthi.
”(Pertempuran) ini harus berhenti. Kami ingin menyelamatkan 12 juta orang, kebanyakan anak-anak dan perempuan, dari kelaparan,” kata Verhoosel dalam pertemuan di Swiss.
Belum jelas bagaimana memanasnya hubungan Arab Saudi dan Houthi akan berdampak pada kesepakatan gencatan senjata dan penarikan pasukan di Hodeidah, Yaman.
Kesepakatan gencatan senjata dan penarikan pasukan di Hodeidah merupakan terobosan upaya diplomasi untuk mengatasi konflik yang membuat Yaman hampir terkena bencana kelaparan. (AP/Reuters)