Presiden Joko Widodo meresmikan Bendungan Rotiklot di Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur, yang dibangun dengan anggaran pemerintah senilai Rp 497 miliar.
ATAMBUA, KOMPASPembangunan bendungan merupakan kunci untuk mengatasi kekeringan dan meningkatkan kesejahteraan rakyat di Nusa Tenggara Timur. Bendungan yang dibangun pemerintah pusat dengan dana miliaran hingga triliunan rupiah itu menjadi tidak berarti jika pemerintah daerah tidak memanfaatkannya secara optimal bagi kemakmuran rakyat.
”Kesejahteraan masyarakat harus meningkat. Bendungan- bendungan sudah ada dan sebagian dalam proses pengerjaan. Sekarang tinggal pemprov, pemkab, dan pemkot serta masyarakat NTT merealisasikan pemanfaatan air bendungan itu,” kata Presiden Joko Widodo saat meresmikan Bendungan Rotiklot di Kabupaten Belu, NTT, Senin (20/5/2019).
Peresmian turut dihadiri Gubernur NTT Viktor Laiskodat, Ketua DPRD NTT Anwar Pua Geno, dan sejumlah pejabat di daerah. Bendungan Rotiklot merupakan salah satu dari 49 bendungan baru di Tanah Air, yang dibangun oleh pemerintah pada periode 2015-2019. Khusus di NTT yang wilayahnya sebagian besar kering, pemerintah membangun tujuh bendungan, yakni Bendungan Raknamo, Rotiklot, Napun Gete, Temef, Manikin, Mbay, dan Welekis.
Rotiklot merupakan bendungan kedua yang rampung dibangun di NTT setelah Bendungan Raknamo di Kabupaten Kupang yang diresmikan awal Januari 2018. Rotiklot memiliki daya tampung hingga 3,30 juta meter kubik, dengan luas genangan 29,91 hektar, dan tampungan efektif 2,33 juta meter kubik. Pembangunan bendungan yang dimulai sejak Desember 2015 itu menelan dana hingga Rp 497 miliar.
Air dari Bendungan Rotiklot dirancang bisa mengairi hingga 149 hektar lahan pertanian. Selain itu, bendungan ini juga bisa dipakai untuk pembangkit listrik tenaga air, tempat wisata, dan air baku penduduk di Kabupaten Belu yang berbatasan dengan Timor Leste, Setelah air tersedia, Presiden berharap pemda bisa memberdayakan masyarakat untuk menanam beragam komoditas, seperti padi, jagung, bawang merah, pepaya, pisang, semangka, dan melon. Dengan tersedianya air, petani juga bisa panen lebih dari sekali dalam setahun.
”Kalau airnya ada, (selanjutnya) kita berpikir apa yang akan kita tanam. Step by step kita harus mencari jalan keluar agar kesejahteraan dan kemakmuran betul-betul bisa diraih bersama,” kata Presiden yang pada peresmian itu juga menabur 200.000 benih ikan, serta merintis penanaman beberapa jenis pohon, seperti kelor, pule, beringin, gamal, juwet, dan flamboyan.
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, yang turut mendampingi Presiden, mengatakan, pemerintah tidak hanya membangun bendungan, tetapi juga saluran irigasi ke lahan pertanian warga.
Aleksander Seran Bria (56), tokoh masyarakat Belu, mengaku sangat bangga atas keberadaan bendungan di Kecamatan Kakuluk Mesak itu. Selama ini, kecamatan tersebut terkenal kering dan gersang. Kawasan ini sebagai salah satu kantong kemiskinan di NTT.
”Saya berharap dengan kehadiran bendungan ini masyarakat bisa memperbaiki kesejahteraan hidupnya,” katanya. Bupati Belu Willy Lay mengatakan, pihaknya segera mendorong warga memanfaatkan air bendungan untuk menanam begitu saluran irigasi selesai dibangun. (KOR/*)