Mengunjungi Kapal Induk Helikopter Australia HMAS Canberra
Oleh
Iwan Santosa
·5 menit baca
Pada Sabtu (18/5/2019) hingga awal pekan ini, di Terminal JICT 2 Tanjung Priok, Jakarta Utara, sebuah kapal induk helikopter Australia, yaitu HMAS Canberra dengan panjang 260 meter, singgah dalam kunjungan persahabatan di Indonesia. Kapal tersebut mengakhiri rangkaian latihan Indo-Pacific Endeavour sejak beberapa bulan silam di India, Sri Lanka, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Vietnam.
Hadir bersama HMAS Canberra adalah frigate HMAS Newcastle serta kapal logistik HMAS Success. HMAS Newcastle sandar bersebelahan dengan HMAS Canberra. Sementara HMAS Success melanjutkan perjalanan dan akan bergabung ketika gugus tugas tersebut mendekati Makassar untuk mengadakan latihan tanggap bencana dengan pihak Indonesia.
Sepasang helikopter serbu Angkatan Darat Australia jenis Eurocopter Tiger terlihat diparkir di landasan HMAS Canberra. Sementara di salah satu geladak kapal terlihat sepasang Eurocopter Tiger dan sepasang helikopter angkut MRH-90 milik AL Australia yang sedang disiapkan oleh personel HMAS Canberra yang dalam Satgas Endeavour tersebut menggabungkan matra laut, darat, dan udara.
HMAS Canberra juga merupakan kapal komando (flagship) Royal Australian Navy yang untuk pertama kali singgah di Pelabuhan Tanjung Priok. Commander (setara Letnan Kolonel) Kemp, perwira penerangan Satgas Endeavour, mengatakan, kapal tersebut adalah kapal komando dan kapal terbesar AL Australia yang singgah di Jakarta.
Kepala Staf TNI AL Laksamana (TNI) Siwi Sukma Adji dalam sambutan kepada Duta Besar Australia Gary Quinlan, KSAL Australia Laksamana Madya Michael Noonan, dan Komandan Satgas Endeavour Marsekal Muda Rick Owen mengatakan, kunjungan tersebut bertujuan memperkuat hubungan baik Indonesia-Australia.
”Berbagai latihan yang dilakukan, seperti pelatihan tanggap bencana, semakin memperkuat hubungan dua negara,” kata KSAL.
Duta Besar Australia Gary Quinlan mengatakan, kerja sama dengan Indonesia sangatlah penting bagi keamanan Australia.
Sebelumnya, pada 2005, untuk membantu tanggap tsunami Aceh dan Nias, Pemerintah Australia mengirimkan kapal angkut HMAS Kanimbla yang berfungsi sebagai kapal rumah sakit dan pengangkut helikopter serta beragam perlengkapan lain.
Saat mengunjungi beberapa bagian geladak HMAS Canberra yang memiliki nomor registrasi L02 itu terlihat berbagai peti kemas dengan logo lembaga bantuan AUSAID, belasan truk, di antaranya buatan Mack, jip militer Mercedes seri G, perlengkapan generator, rumah sakit lapangan, perlengkapan fitness, dan lain-lain. Terdapat pula ruangan kantin dan toko di atas kapal yang mengangkut 1.000-an personel gabungan tiga matra.
Pada geladak terbang terdapat ruang kendali lalu lintas udara (ATC). Commander (RAN) Kemp mengatakan, pesawat dengan kemampuan tinggal landas pendek (short take off and vertical landing/STOVL) itu dapat beroperasi di HMAS Canberra. ”Seperti Harrier dan jet F-35 STOVL (F-35B) bisa beroperasi dari sini. Landasan kami tidak dapat dimodifikasi untuk dilengkapi ketapel yang umumnya ada di kapal induk untuk membantu melontarkan pesawat terbang,” ujar Kemp.
Dalam pelayaran dari Vietnam ke Jakarta, terdapat dua perwira TNI AL yang menjadi tamu di HMAS Canberra. Letnan Satu Laut (P) Virnanda dan Lettu Laut (P) Sandy Pradhina mengaku belajar banyak dari pelayaran beberapa hari di atas kapal Australia tersebut. ”Hubungan atasan dan bawahan di AL Australia lebih tidak formal, tetapi tugas tetap dikerjakan baik. Kami juga bisa menjalankan ibadah puasa dan didampingi Perwira Rohani Islam dari AL Australia. Kami juga kebagian tugas di anjungan dan mengamati cara kerja AL Australia,” kata Virnanda dan Sandhy bergantian.
Memperkuat poros maritim
Panglima TNI Marsekal (TNI) Hadi Tjahjanto mengatakan, kunjungan HMAS Canberra dan beberapa kapal perang negara sahabat, seperti Amerika Serikat, China, Jepang, dan Bangladesh, selepas Pemilu 17 April 2019 sudah direncanakan sejak lama.
”Kunjungan persahabatan itu direncanakan sekurangnya setahun lalu. Dengan tetap berlangsungnya kunjungan kapal-kapal perang negara sahabat tersebut, membuktikan kepercayaan kepada Pemerintah Indonesia,” kata Panglima TNI.
Panglima TNI mengingatkan, keinginan beberapa negara sahabat mengirimkan kapal perang dan mengadakan berbagai latihan bersama adalah bukti dukungan terhadap strategi Poros Maritim Dunia. Hal itu sejalan dengan posisi strategis Indonesia di antara dua samudra sehingga sejumlah negara berkepentingan untuk menjalin hubungan baik dengan Indonesia di berbagai bidang, termasuk sektor militer.
Dalam wawancara khusus, Komandan Satgas Endeavour Marsekal Pertama Rick Owen yang pertama kali ke Indonesia pada 1978 mengatakan, kerja sama antar- matra di Australia, termasuk dengan mitra sipil, adalah penting. ”Dalam tanggap bencana dan berbagai operasi, kerja sama antarmatra dan kerja sama militer sipil harus dibangun,” kata Owen yang membukukan lebih dari 5.000 jam terbang sebagai penerbang jet bomber.
Owen yang rutin berolahraga surfing di Mentawai, Sumatera Barat, itu menambahkan, kerja sama dengan Indonesia termasuk antarmatra sangat penting mengingat medan tugas di kawasan Samudra Hindia dan potensi bencana alam yang besar. Belum lagi persoalan keamanan maritim di kawasan tidak bisa ditangani sebuah negara seorang diri. Untuk itu perlu diperkuat kerja sama Australia-Indonesia dan kawasan.
”Kapal kami dengan draft 7 meter dapat masuk ke wilayah-wilayah kepulauan yang sulit dijangkau. Kami senang sekali bekerja sama dengan Indonesia dan ASEAN. Kalau Indonesia mengembangkan kerja sama bilateral dengan negara lain menjadi trilateral dengan mengajak Australia tentu disambut baik,” kata Owen.
Dia mengatakan, pangkalan Australia di Kepulauan Cocos sedang dikembangkan landasan udaranya, demikian pula di Darwin, Northern Territory. Pihaknya siap mengembangkan kerja sama dengan Indonesia di pangkalan-pangkalan terdekat, seperti di Kupang, Merauke, dan wilayah Sumatera, sebagai bagian dari skema kerja sama pertahanan Indo-Pasifik.