Integrasi Ekonomi Regional dan Perdagangan Adil Jadi Fokus
Di tengah ketidakpastian ekonomi global, negara-negara Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) fokus memperdalam integrasi ekonomi regional. APEC juga menyerukan pentingnya reformasi Organisasi Perdagangan Dunia dan sistem perdagangan multilateral di tengah arus proteksionisme.
Oleh
Hendriyo Widi dari Vina del Mar, Chile
·3 menit baca
VINA DEL MAR, KOMPAS — Di tengah ketidakpastian ekonomi global, negara-negara Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) fokus memperdalam integrasi ekonomi regional. APEC juga menyerukan pentingnya reformasi Organisasi Perdagangan Dunia dan sistem perdagangan multilateral di tengah arus proteksionisme.
Untuk mencapainya, APEC memiliki empat prioritas. Pertama, meningkatkan partisipasi perempuan, usaha kecil menengah, dan pertumbuhan inklusif. Kedua, membangun masyarakat digital. Ketiga, mengintegrasikan teknologi 4.0. Keempat, mengedepankan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.
Hal itu mengemuka dalam pernyataan bersama Para Menteri Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik yang Bertanggung Jawab atas Perdagangan (MRT APEC) di Vina del Mar, Chile, Sabtu (18/5/2019) siang waktu setempat. Pernyataan tersebut dibacakan Ketua APEC 2019 yang juga Menteri Luar Negeri Chile, Roberto Ampuero. Chile sebagai tuan rumah tahun ini mengambil tema ”Connecting People, Building the Future”.
Delegasi Indonesia dipimpin oleh Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita. Enggartiasto didampingi Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan (Kemendag) Iman Pambagyo serta Direktur APEC dan Organisasi Internasional Kemendag Antonius Yudi Triantoro.
Ampuero mengatakan, meningkatkan partisipasi dalam perekonomian sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi. APEC berkomitmen untuk lebih memajukan inklusi ekonomi, keuangan, dan sosial, termasuk upaya mendorong pembangunan perdesaan dan meningkatkan standar kehidupan.
Iklim bisnis berubah dengan cepat, didorong oleh pengembangan dan penerapan teknologi baru 4.0. Untuk itu, kerangka kerja perdagangan dan investasi yang dapat diprediksi, transparan, dan mengedepankan teknologi perlu dikedepankan.
”Kami mendukung fokus tahun ini pada fasilitasi perdagangan, rantai nilai global, dan perdagangan cerdas. Kami mendorong upaya lebih lanjut, terutama untuk memastikan usaha kecil menengah mendapat manfaat dari inisiatif APEC,” katanya.
Ampuero juga menegaskan, perdagangan internasional penting untuk produktivitas, inovasi, penciptaan lapangan kerja, dan pengembangan ekonomi. Untuk itu, APEC menekankan pentingnya aturan yang transparan dan tidak diskriminatif dalam WTO.
”Kami juga terus mendukung sistem perdagangan multilateral tetap dilakukan untuk meningkatkan perdagangan internasional,” ujarnya.
Perdagangan internasional penting untuk produktivitas, inovasi, penciptaan lapangan kerja, dan pengembangan ekonomi. Untuk itu, APEC menegaskan pentingnya aturan yang transparan dan tidak diskriminatif dalam WTO.
Penguatan WTO
Enggartiasto menambahkan, di tengah perang dagang dan arus proteksionisme, negara-negara anggota APEC menekankan pentingnya reformasi dan penguatan WTO. Hampir semua negara anggota APEC prihatin dengan krisis yang sedang terjadi di WTO.
Tiga fungsi utama WTO, yaitu negosiasi, monitoring, dan penyelesaian sengketa, tidak berjalan efektif. Negara-negara APEC khawatir sistem perdagangan multilateral yang selama ini dianut WTO terkikis oleh proteksionisme dan pelemahan WTO.
Tiga fungsi utama WTO, yaitu negosiasi, monitoring, dan penyelesaian sengketa, tidak berjalan efektif. Negara-negara APEC khawatir sistem perdagangan multilateral yang selama ini dianut WTO terkikis oleh proteksionisme dan pelemahan WTO.
”Reformasi WTO perlu dilakukan segera. Salah satunya berfokus pada penyelesaian isu prioritas, yaitu macetnya proses pemilihan anggota Badan Banding WTO yang akan berakhir pada Desember 2019,” katanya.
Iman Pambagyo mengemukakan, untuk meningkatkan perdagangan di tengah ketidakpastian ekonomi global akibat perang datang, APEC berkomitmen memperkuat integrasi ekonomi regional di Asia Pasifik. Pembuatan Perjanjian Perdagangan Bebas Asia Pasifik (FTAAP) harus berpijak pada prinsip inklusif, mengurangi kesenjangan pembangunan antarnegara, dan mengatasi kemiskinan.
”FTAAP perlu mengedepankan kesejahteraan masyarakat dan pemerataan ekonomi, bukan semata menguntungkan pelaku-pelaku usaha. Selain itu, APEC perlu mengantisipasi transformasi digital yang dapat mendisrupsi sumber-sumber ekonomi lama dan tenaga kerja,” ujarnya.
APEC melihat aktivitas perdagangan di kawasan Asia Pasifik sedang melambat dan tertekan perang dagang. Pertumbuhan ekonomi APEC pada tahun ini diperkirakan sebesar 3,8 persen, lebih rendah dari tahun 2018 yang tumbuh sebesar 4,1 persen. Pertumbuhan perdagangan global diperkirakan turun dari 3,7 persen pada tahun ini menjadi 2,6 persen.