Antisipasi Macet Saat Mudik, Dua Gerbang Tol Dioperasikan H-13
Oleh
Aditya Diveranta
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — PT Jasa Marga (Persero) Tbk memastikan dua gerbang tol baru pengganti Gerbang Tol Cikarang Utama siap beroperasi menjelang masa mudik Lebaran. Pengoperasian dua gerbang tol ini diharapkan dapat mengurai kepadatan di Jalan Tol Jakarta-Cikampek selain penerapan sistem satu arah di Tol Trans-Jawa oleh pemerintah.
Dua gerbang tol baru itu adalah Gerbang Tol Cikampek Utama di kilometer 70 untuk ke arah timur (Cirebon) dan GT Kalihurip Utama di kilometer 67 untuk yang ke arah selatan (Padalarang). Kedua GT ini dioperasikan pada 23 Mei 2019 atau 13 hari menjelang Lebaran (H-13).
General Manager PT Jasa Marga Cabang Jakarta-Cikampek Raddy R Lukman, mengatakan, Gerbang Tol (GT) Cikarang Utama saat ini dilintasi 65.000 hingga 70.000 kendaraan per hari. Saat penerapan kebijakan satu arah (one way) pada arus mudik Lebaran 2018, jumlah kendaraan yang melintas diperkirakan mencapai 130.000 kendaraan.
"Kepadatan dikhawatirkan terus meningkat tahun ini. Sebab, ada prediksi bahwa warga cenderung memilih moda jalur darat karena mahalnya harga tiket pesawat. Kecenderungan ini juga dipengaruhi fasilitas Tol Trans-Jawa yang telah tersambung sampai Surabaya," ucap Raddy di sela-sela kunjungan ke Gerbang Tol Cikarang Utama, Bekasi, Jawa Barat, Senin (20/5/2019).
Raddy mengatakan, pengoperasian dua gerbang tol baru pengganti GT Cikarang Utama tersebut untuk mengatasi kemacetan di Tol Jakarta-Cikampek. Kepadatan yang terkonsentrasi di Cikarang Utama dapat terdistribusi ke GT Cikampek Utama dan GT Kalihurip Utama.
"Setelah dilakukan pembongkaran GT Cikarang Utama pada Kamis (23/5/2019), kepadatan nantinya akan terbagi. Sebab, dari sekitar 65.000 kendaraan per hari di Cikarang Utama, ada sekitar 30.000 kendaraan yang tujuannya ke arah GT Kalihurip Utama dan 35.000 kendaraan lagi menuju ke GT Cikampek Utama," ujar Raddy.
Menyusul kebijakan sistem satu arah di Tol Trans-Jawa, Jasa Marga juga akan mempercepat transaksi dengan mengoperasikan 21 gardu tol di GT Cikampek Utama. Menurut Raddy, jumlah gardu yang digunakan di GT Cikampek Utama sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan. Berdasarkan perhitungan Jasa Marga, 21 gardu tol yang difungsikan itu dapat menampung hingga 90.000 kendaraan saat jalur satu arah diterapkan.
Bila masih terjadi kepadatan, pihak Jasa Marga menyediakan 8 alat transaksi portabel di sekitar GT Cikampek Utama. Raddy mengatakan, langkah ini sudah cukup untuk mengatasi kepadatan saat jalur satu arah berlaku.
"Sejauh ini, puncak arus mudik dan arus balik diprediksi terjadi pada H-5 dan H+3 lebaran. Dengan persiapan yang ada saat ini, kepadatan saat jalur satu arah berlaku dapat diredam," ucap Raddy.
Sistem satu arah berlaku dari Kilometer 29 di Gerbang Tol (GT) Cikarang Utama hingga Km 262 di GT Brebes Barat. Penerapannya terhitung 30 Mei-2 Juni 2019. Dengan sistem itu, jalur A, B, hingga area istirahat (rest area) di kiri-kanan jalan dapat dimanfaatkan pengendara yang bergerak ke timur.
Pada saat arus balik, 7-9 Juni 2019, sistem yang sama kembali berlaku. Sistem diterapkan dari Km 189 di GT Palimanan hingga Km 29 di GT Cikarang Utama. Kebijakan ini diambil karena macet panjang yang terjadi setiap Lebaran, salah satunya di ruas tol Jakarta-Cikampek.
Satu arah diwaspadai
Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Tulus Abadi, mengapresiasi upaya pemerintah untuk meningkatkan kinerja ruas tol Jakarta-Cikampek. Walau begitu, ia menilai, pemerintah tetap perlu berhati-hati. Sebab, penerapan kebijakan jalur satu arah juga dapat merugikan sebagian pihak.
Tulus menyebutkan, kebijakan jalur satu arah setidaknya berdampak pada kendaraan yang menuju ke arah Jakarta. Dalam hal ini, yang terdampak adalah sebagian warga bekasi serta moda transportasi bus yang mengarah ke Jakarta.
"Saat arus mudik nanti, kami khawatir bus yang dari arah Jawa menuju Jakarta tidak bisa masuk dan terkunci di Bekasi. Dampaknya, penumpang dari pemudik di Jakarta tidak terangkut dan mengalami keterlambatan yang sangat parah," kata Tulus.
Tulus menyarankan, jalur satu arah saat arus mudik nanti sebaiknya tidak diterapkan selama 24 jam penuh. Kebijakan satu arah mestinya hanya diterapkan pada jam-jam tertentu yang dianggap cukup padat.
Pengamat Tata Kota Yayat Supriatna mengatakan, penerapan jalur satu arah selama tiga hari penuh memang akan menarik minat warga untuk mencoba jalur darat. Hal ini juga akan memancing kepadatan saat arus mudik nanti.
Menurut Yayat, kelancaran arus mudik ini juga perlu memperhatikan kesiapan jalur arteri yang menjadi alternatif dari jalan tol. Ia menyarankan, penataan arus ini perlu dikoordinasikan dengan pemerintah daerah di ruas rawan kemacetan.
"Jangan sampai ada masalah baru di jalan. Lancar di tol, tetapi justru macet di jalur arteri," ungkapnya.
Mengenai hal tersebut, Raddy mengatakan, penataan jalur satu arah menjadi tanggung jawab dari kepolisian. Untuk mengantisipasi kepadatan, pihak Jasa Marga mengandalkan 146 CCTV yang tersebar di sepanjang ruas tol Jakarta-Cikampek.