Di tengah padatnya aktivitas Jalan Raya Daan Mogot di Jakarta Barat, tersembunyi masjid raya yang menepi dari riuhnya aktivitas pusat kota. Bila ketenangan adalah hal yang Anda cari, cobalah mampir ke Masjid Raya KH Hasyim Asy’ari.
Oleh
Aditya Diveranta
·3 menit baca
Di tengah padatnya aktivitas Jalan Raya Daan Mogot di Jakarta Barat, tersembunyi masjid raya yang menepi dari riuhnya aktivitas pusat kota. Jika ketenangan adalah hal yang Anda cari, cobalah mampir ke Masjid Raya KH Hasyim Asy’ari.
Berbeda dengan beberapa masjid raya yang terletak di pusat kota, masjid ini cukup berjarak dari keramaian. Untuk menuju ke tempat ini dari wilayah Jakarta, Anda perlu menuju ke kawasan Halte Grogol 2 Transjakarta terlebih dulu, lalu menyusuri Jalan Raya Daan Mogot sekitar 10 kilometer.
Jika Anda menggunakan kendaraan pribadi, waktu tempuh ke sana hanya 20 menit dari Halte Grogol 2 Transjakarta. Anda pun dapat menggunakan bus transjakarta dari Halte Grogol 2 menuju Halte Pesakih, yang tujuannya nanti akan melalui Masjid Raya KH Hasyim Asy’ari.
Dibutuhkan kesabaran jika naik bus menuju masjid. Sebab, waktu tempuh bisa hampir sekitar satu jam dari Halte Grogol 2 Transjakarta Mas. Walau cukup lama, moda ini dapat diandalkan karena selalu melintasi wilayah masjid setiap 15 menit atau 20 menit sekali hingga pukul 22.00.
Setibanya di sana, arsitektur bangunan masjid terlihat kokoh. Ini karena secara konsep, Masjid KH Hasyim Asy’ari tidak banyak memiliki sentuhan arsitektur yang berbentuk lengkungan atau kubah seperti masjid secara umum.
Muka pada halaman masjid dicitrakan dengan atap yang berbentuk lancip. Perwakilan pengurus dari Dewan Kemakmuran Masjid KH Hasyim Asy’ari, Endang Hermansyah, mengatakan bahwa halaman muka masjid mengadopsi ciri khas Rumah Bapang dalam tradisi Betawi. Selain itu, ornamen pada pilar dan dinding juga mengadopsi bentuk-bentuk khas Betawi.
Sejak didirikan tahun 2017, Endang mengatakan bahwa kemunculan masjid ini berusaha menonjolkan nuansa Betawi. Nuansa itu tidak hanya diwujudkan dari ciri-ciri fisik, tetapi juga keramahan pengurus dan warga sekitar masjid. ”Sebagai masjid yang juga mewarisi nama tokoh pendiri Nadhlatul Ulama, kami ingin memunculkan citra Islam yang ramah tamah kepada warga di sini,” tutur Endang.
”Sebagai masjid yang juga mewarisi nama tokoh pendiri Nadhlatul Ulama, kami ingin memunculkan citra Islam yang ramah tamah kepada warga di sini,” tutur Endang.
Ruangan ibadah di masjid terpusat di lantai dua. Saat masuk waktu shalat Dzuhur, momen khusyuk tidak sulit terwujud karena ruang yang lapang serta dilengkapi pendingin ruangan. Hawa panas serta bisingnya lalu lalang kendaraan seakan teredam ketika di dalam ruangan ibadah.
Fasilitas itu yang membuat Isal (28), warga Kalideres, menyempatkan shalat di masjid ini sedikitnya tiga kali dalam seminggu. Seusai shalat, ia biasanya menepi di sudut ruangan untuk membaca Al Quran sekitar 20 menit. Masjid ini menjadi tempat favoritnya dalam sepekan terakhir karena suasana kondusif yang mendukung ibadah di bulan Ramadhan.
Jika Anda datang dengan niat fokus beribadah, masjid ini menjadi tempat yang tepat di bulan Ramadhan. Endang mengatakan, kegiatan di masjid selama Ramadhan biasanya berlangsung mulai siang. Kegiatan itu antara lain berupa tausiah saat setelah Dzuhur, sebelum berbuka puasa, dan setelah shalat Tarawih.
Selain itu, sambil menunggu waktu buka puasa, ada stan Bazar Ramadhan di depan masjid yang diisi oleh warga setempat. Saat berbuka puasa, ada kudapan dan minuman yang disediakan gratis selama Ramadhan. Terkadang ada juga warga sekitar yang turut berbagi makanan ke masjid tersebut.
Sepuluh malam terakhir
Menjelang sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan, umumnya umat Islam dianjurkan untuk beriktikaf, yaitu aktivitas ibadah dan melakukan perenungan di masjid. Pada momen tersebut, masjid yang buka selama 24 jam ini dapat dimanfaatkan untuk keperluan ibadah iktikaf.
Niatan iktikaf itu direncanakan Naswan (40), warga Cengkareng Timur. Ia menikmati ibadah Tarawih yang tenang di masjid tersebut dalam waktu sepekan terakhir. Karena mengetahui masjid buka selama 24 jam, ia berencana untuk beriktikaf pada malam-malam tertentu.
Endang mengatakan, masjid ini terbuka bagi seluruh warga yang ingin beribadah hingga larut malam. "Pengunjung bisa berbicara dengan pengurus terlebih dahulu soal niatan iktikaf di masjid. Jika memang berniat menginap hingga subuh, kami juga perlu tahu kebutuhan mereka. Tujuannya agar kami bisa memfasilitasi kebutuhan itu dengan baik,” kata Endang.