Kegagalan tim bulu tangkis Indonesia lolos dari grup Piala Sudirman 2017 merupakan mimpi buruk. Kali ini, di Nanning, China, tim Merah Putih tidak ingin mengulangi mimpi buruk itu.
Oleh
Agung Setyahadi dari Nanning, China
·2 menit baca
NANNING, KOMPAS — Kegagalan tim bulu tangkis Indonesia lolos dari grup Piala Sudirman 2017 merupakan mimpi buruk. Kali ini, di Nanning, China, tim Merah Putih tidak ingin mengulangi mimpi buruk itu. Salah satu hal mendasar untuk menghindari hasil buruk adalah menghormati semua tim lawan.
Indonesia berada di Grup 1B Piala Sudirman 2019 bersama dengan Denmark dan Inggris. Kejuaraan beregu campuran itu akan bergulir mulai Minggu (19/5/2019) hingga 26 Mei. Di atas kertas, Indonesia memiliki kemampuan lebih baik, terutama atas Inggris yang akan dihadapi pada Minggu.
”Kami menghormati seluruh tim. Kami tidak ingin mengulangi peristiwa dua tahun lalu. Itu menjadi mimpi buruk bagi tim Indonesia,” ujar Sekretaris Jenderal PP PBSI sekaligus Ketua Kontingen Indonesia Achmad Budiharto dalam konferensi pers di Guangxi Sports Center Gynasium, Nanning, China, Sabtu.
”Kali ini Indonesia datang dengan tim yang lebih siap. Mudah-mudahan kita bisa memuaskan harapan masyarakat Indonesia karena tekanan terbesar justru datang dari negara sendiri. Itu yang kami hadapi, dan semoga kali ini kami mendapat hasil yang lebih baik dari dua tahun yang lalu,” tutur Achmad.
Dua tahun lalu di Gold Coast, Australia, tim Indonesia tersingkir sebagai penghuni dasar grup setelah kalah 1-4 dari India dan hanya menang 3-2 atas Denmark. Waktu itu, Indonesia memang tidak tampil dengan kekuatan penuh karena Liliyana ”Butet” Nasir cedera lutut sehingga tidak bisa membela ganda campuran. Nomor tunggal putra waktu itu juga belum stabil.
Adapun ganda putra Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon yang menjadi andalan masih belajar mengatasi tekanan dalam kejuaraan beregu. Mereka kalah dalam situasi kritis kontra Denmark. Kematangan Mathias Boe/Carsten Mogensen yang berbicara banyak dalam laga ketat di Carrara Sports and Leisure kala itu.
”Kami terburu-buru, kami ingin segera mengakhiri pertandingan,” ujar Marcus di area mixed zone dua tahun lalu.
Kini para pemain Indonesia semakin matang, baik mental maupun teknik. Pengalaman mereka di kejuaraan-kejuaraan beregu dan perseorangan juga semakin banyak sehingga diharapkan bisa tampil lebih tenang dalam situasi sulit.
Kematangan para pemain itu ditegaskan oleh pemain ganda putri Greysia Polii. Kondisi tersebut diharapkan bisa menjadi modal bagi Indonesia untuk membawa pulang Piala Sudirman yang baru sekali dipeluk tim Merah Putih pada 1989.
”Semua tim memiliki peluang untuk menjuarai kejuaraan ini. Kami ke sini dengan rendah hati dan menikmati suasana karena bukan hanya kami yang ingin meraih gelar juara. Kami punya spirit dalam tim. Kami ingin membawa pulang Piala Sudirman. Kami tidak ingin memikirkan yang lain, hanya memikirkan pertandingan kami,” tutur Greysia saat konferensi pers.