Berita bohong yang beredar luas di masyarakat dapat memicu kebingungan sosial. Konten berita bohong ibarat racun yang dapat merusak sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Oleh
IQBAL BASYARI
·2 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Berita bohong yang beredar luas di masyarakat dapat memicu kebingungan sosial. Konten berita bohong ibarat racun yang dapat merusak sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh sebab itu, media siber sebagai media arus utama yang populer di masyarakat, terutama generasi milenial, diharapkan membuat konten yang bertanggung jawab.
”Informasi yang tidak akurat adalah sampah dan racun yang membuat krisis pada masyarakat dan bisa mempercepat keruntuhan sosial,” kata Ketua Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Jawa Timur Arief Rahman dalam Seminar Nasional Media Siber bertajuk ”Good Journalism vs Hoax di Era Post-Truth” di Surabaya, Sabtu (18/5/2019).
Seminar yang dilaksanakan saat Rapat Kerja AMSI wilayah Jatim ini merupakan salah satu bentuk keprihatinan AMSI Jatim di era banjir informasi bohong atau hoaks di masyarakat.
”Konsumsi berita bohong sama saja memberi racun ganas pada masyarakat yang dapat melumpuhkan sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara,” ujarnya.
Konsumsi berita bohong sama saja memberi racun ganas pada masyarakat yang dapat melumpuhkan sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Berita hoaks, menurut Arief, biasanya dibuat oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Berita yang biasanya dibuat untuk kepentingan kelompok tersebut bisa membuat masyarakat terbelah. Dampaknya, muncul kecurigaan antarkelompok masyarakat dan bisa merusak modal sosial yang menjadi elemen penting perekat bangsa.
Wakil Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak mengatakan, media siber yang mengutamakan kecepatan maupun akurasi harus selalu mempertimbangkan dampak di masyarakat dalam membuat konten berita. Jangan sampai terjadi kemunduran atau konflik akibat media hanya mengejar clickbait atau umpan klik.
Saat ini, media siber amat digandrungi masyarakat, terutama generasi milenial. Karena itu, konten yang dihasilkan harus mengutamakan kepentingan masyarakat. Oleh sebab itu, media siber harus mengambil peran penting di era banjir informasi yang belum tentu terkonfirmasi kebenarannya.
”Konten berita yang dapat membuat gejolak di masyarakat sebaiknya jangan ditulis terburu-buru daripada salah,” ucap Emil.
Selain itu, dia mengimbau pengelola media siber untuk memoderasi komentar dari pembaca. Sebab, beberapa waktu terakhir komentar yang ditulis justru berpotensi memecah belah masyarakat.