Noktah Emas ”Kesatria” Cahaya Lestari Surabaya
Pertarungan di lima laga final berakhir dengan kesuksesan CLS Knights Indonesia menjuarai ASEAN Basketball League 2018/2019 setelah kemenangan 3-2 atas Singapore Slingers. Knights menjadi tim kedua dari Indonesia yang mampu menjadi juara ABL yang kini merupakan kompetisi antarklub bola basket di Asia Tenggara plus China, Hong Kong, dan Taiwan.
Pertarungan di lima laga final berakhir dengan kesuksesan CLS Knights Indonesia menjuarai ASEAN Basketball League 2018/2019 setelah kemenangan 3-2 atas Singapore Slingers.
Keberhasilan itu dipastikan setelah kemenangan Knights 84-81 atas Slingers di laga penentuan juara, Rabu (15/5/2019) malam di OCBC Arena, Singapura. Di empat peraduan sebelumnya, Knights dan Slingers berbagi skor 2-2.
Laga pertama di OCBC arena, Jumat (3/5/2019), Knights menang 86-67. Namun, dua hari kemudian, di gelanggang yang sama, Slingers membalas dengan perolehan 77-57 atas Knights.
Laga ketiga di Gedung Olahraga Basket CLS Kertajaya, Surabaya, Rabu (8/5/2019), Slingers mengulang kesuksesan dengan kemenangan 63-60 atas Knights. Namun, tiga hari kemudian, di arena yang sama, Knights membalas dengan tampil perkasa meraih kemenangan 87-74 atas Slingers.
Untuk itu, penentuan juara harus ditempuh dalam laga kelima di Negeri Singa yang berkesudahan dengan kemenangan Knights 84-81 atas Slingers itu. Maxie Esho, center Knights, juga diganjar penghargaan MVP.
Di sini, Esho memancarkan kebintangannya dengan kontribusi 25 poin. Guard sekaligus pengatur permainan, Douglas Herring, menyumbang 18 poin. Darryl Watkins, center, mencetak raihan ganda dengan 17 poin dan 11 rebound.
Slingers, tuan rumah, cuma kurang beruntung. Bahkan, Xavier Alexander, bintang ABL musim ini, mampu mencetak triple double dengan 23 poin, 12 rebound, dan 10 asis.
Namun, capaian gemilang itu gagal membuat pendukung Slingers tersenyum. Yang berlaku malah sebaliknya, kalangan publik Singapura yang mengagumi Slingers terluka oleh keberhasilan ”Kesatria” asal Surabaya.
Dramatis
Di gim penentuan itu, gelar seakan sudah di depan hidung Slingers yang memimpin poin hingga tiga kuarter. Justru, di kuarter keempat yang menentukan, Knights menelikung dan sukses mempecundangi tuan rumah.
Slingers sempat memimpin 9-0 sebelum Watkins membuka keran poin Knights menjadi 9-2. Bahkan, Knights sempat berbalik unggul 16-14. Namun, Slingers tampil perkasa dan menutup kuarter pertama dengan keunggulan 27-23.
Di kuarter kedua, Slingers juga masih dominan. Knights berusaha mengejar defisit poin, tetapi tak cukup sukses. Watkins, Herring, Esho, Wong Wei Long, dan Brandon Jawato bahu-membahu mengatasi ketertinggalan. Akan tetapi, Slingers masih di atas angin dan menutup kuarter kedua dengan keunggulan 44-40.
Rowsom meracik ulang taktik dan strategi untuk dua kuarter penentuan. Di kuarter ketiga, Esho bermain apik dan membuat lima poin. Namun, kelengahan dalam bertahan masih menjadi kebiasaan buruk Knights. Mereka kembali tertinggal dengan perolehan poin 58-65 di akhir kuarter ketiga.
Di kuarter penentuan, laga kian ketat. Sisa 1 menit 5 detik, Knights menyamakan poin 79-79. Sang Kapten Wei Long melukai mantan timnya dengan tembakan tiga angka dan membuat Knights unggul 82-79. Slingers membalas, tetapi hanya membuat tambahan dua poin lewat aksi Alexander. Herring menyegel kemenangan Knights dengan tambahan dua poin lewat tembakan bebas. Skor akhir 84-81 untuk Knights.
Perjuangan
Malam sempurna di Singapura yang dahulu bernama Tumasik (Temasek) itu membuat Knights menjadi tim kedua dari Indonesia yang mampu menjadi juara ABL yang kini merupakan kompetisi antarklub bola basket di Asia Tenggara plus China, Hong Kong, dan Taiwan. Catatan kencana sebelumnya ditorehkan oleh Indonesia Warriors, juara musim 2012.
Knights yang berarti ”Kesatria” merupakan tim keempat Nusantara yang pernah berkompetisi di ABL. Tiga tim terdahulu ialah Satria Muda BritAma 2009-2011 dengan capaian finalis 2009/2010, Indonesia Warriors 2012-2014 dengan capaian juara 2012 dan finalis 2013, serta Laskar Dreya South Sumatra musim 2014 dengan catatan buruk sekali kemenangan dan 19 kekalahan.
Keberhasilan serikat Kesatria yang dilatih oleh Brian Rowsom itu seolah cerita dongeng yang berakhir dengan kejutan. Musim ini merupakan tahun kedua keikutsertaan Knights di ABL.
Kompetisi ini diikuti karena Knights tidak bergabung dalam Indonesia Basketball League menyangkut ketidaksediaan mengubah status badan hukum dari yayasan menjadi perseroan terbatas. Di IBL, Knights sempat sekali mencicipi manis gelar juara musim 2015/2016.
Di ABL musim ini, nyaris tiada yang memandang Knights sebagai tim hebat apalagi kandidat juara. Di awal kompetisi, Knights justru terseok setelah kehilangan sang legenda, Mario Wuysang, ke tim lain. Revolusi terpaksa ditempuh seperti salah satu cukilan sejarah perubahan nama yayasan penaung tim dari Chun Lik She menjadi Cahaya Lestari Surabaya.
September 2018, manajemen Knights menunjuk mantan pemain Indiana Pacers, Brian Rowsom, sebagai pelatih menggantikan Koko HS Nugroho. Koko tetap berperan sebagai asisten bersama Ricky Dwi Tauri.
Sebulan kemudian, dua pemain yang masih punya ”darah” Indonesia didatangkan, yakni Brandon Jawato (AS) dan Wong Wei Long (Singapura). Setelah itu, tiga pemain asing juga ditunjuk untuk memperkuat barisan, yakni Aquilas Montay Brandon, Maxie Esho, dan Stephen Hurt.
Di tengah musim, Januari 2019, penampilan Knights masih kurang menakutkan. CLS memutuskan membeli dua pemain lagi, yakni Darryl Watkins dan Douglas Herring, sekaligus mendepak Montay dan Hurt.
Setelah itu, secara perlahan, Knights menjelma menjadi kekuatan yang mengagetkan. Knights lolos ke babak play off dengan 15 kemenangan dan 11 kekalahan dan menempati posisi keempat klasemen.
Di play off, langkah Knights kembali mengejutkan dengan mengalahkan Saigon Heat (Vietnam) dan Mono Vampire (Thailand). Kejutan kembali dibuat di final dengan mengatasi Slingers.
Keputusan menunjuk Rowsom dan mendatangkan Jawato, Wei Long, Esho, Watkins, dan Herring ternyata cespleng meski tidak dominan.
Piala ini juga untuk Indonesia.
Knights menjadi yang terdepan cuma dalam persentase keberhasilan melesatkan tembakan tiga angka (37 persen). Legiun asing Kesatria juga tidak menjadi yang terbaik, misalnya dalam perolehan poin, steal, block, rebound, asis, dan tembakan tiga angka.
Meski begitu, pemain asing memegang peran sangat vital bagi Knights. Di tim, Esho memimpin rerata perolehan poin 22,4 di atas Herring (17,4) dan Watkins (13,4). Watkins unggul dalam rebound (10,5) disusul Esho (9,2), dan Herring (5,7). Herring ciamik dalam steal (7,7) disusul Esho (2,6), dan Jawato (2,6).
Rowsom mengatakan, sejak awal menangani Knights percaya akan kemampuan tim ”Kota Pahlawan” itu. Mantan pemain NBA itu juga terkesan dengan manajemen dan antusiasme pendukung (Knights Society). Para pemain juga berkemauan amat keras untuk menang dan menjadi juara. ”Piala ini juga untuk Indonesia,” katanya.
Managing Partner Knights Christopher Tanuwidjaja mengatakan, berterima kasih kepada pemain, fans, dan media. ”Tuhan sangat baik kepada kami,” ujarnya.
Warisan
Mengutip laman CLS Knights Indonesia, Februari 1946 merupakan awal mula kalangan warga peranakan yang punya kegiatan rutin bola basket mendirikan Yayasan Chun Lik She. Dalam bahasa Mandarin, chun berarti ”bersama”, lik adalah ”kekuatan”, dan she berarti ”perkumpulan”.
Chun Lik She bisa diartikan perkumpulan berfondasi kekuatan bersama. Tiga tahun kemudian, badan sosial itu membangun lapangan bola basket di Jalan Indrapura dengan tujuan pengembangan cabang olahraga tersebut.
Rezim Orde Baru yang berkuasa 1967-1998 punya kebijakan diskriminatif terhadap kaum peranakan Tionghoa, yakni larangan penggunaan bahasa selain Indonesia untuk nama organisasi dan tempat. Yayasan Chun Lik She berganti nama menjadi Yayasan Cahaya Lestari Surabaya.
Pada 1990, Komite Olahraga Nasional Indonesia Jawa Timur memberi kepercayaan kepada CLS untuk membangun gelanggang olahraga indoor bertaraf internasional pada lahan seluas 4.000 meter persegi dan diresmikan oleh gubernur saat itu, Basofi Sudirman. Arena itu kini dikenal sebagai GOR Basket CLS atau GOR Kertajaya di tepi Jalan Kertajaya Indah Timur.
Sejak 1994, CLS mengikuti kompetisi bola basket nasional. Perjalanan di kompetisi bergengsi domestik itu selama ini ibarat roller coaster. Di akhir Kobatama, Wismilak CLS (nama saat itu) menjadi satu dari empat tim besar.
Di era IBL, CLS malah akrab dengan posisi belakang. Kemudian terjadi revolusi pada 2007 dengan perombakan tim dan manajemen. Christopher Tanuwidjaja, pemilik Rodamas Group, konglomerasi distribusi, makanan, personal care, healthcare, kimia, kaca, baja, printing, menusuk dengan Knights Management. Kinerja manajemen dan keuangan. Tim juga menambah kata pada nama sehingga menjadi CLS Knights.
Saat mengikuti ABL dan bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan, 10 November 2017, Knights meluncurkan logo baru, yakni kesatria berbaju zirah dan berpedang emas serta berjubah dan berjambul ungu.
Pada zirah juga ada ornamen batik sebagai salah satu warisan budaya Nusantara dari Pulau Jawa dan diakui dunia. Pada bagian kuping helm zirah berona merah putih merupakan warna bendera Indonesia.
Logo itu ingin melambangkan CLS Knights sebagai laskar elite dari Surabaya yang tak gentar bertarung seperti para pahlawan dalam Pertempuran Surabaya 1945 (Hari Pahlawan).